AWAS KUMMAT
(Kamu Suka Matematika)
Diajukan
untuk Memenuhi Salahsatu Tugas
Matakuliah
Model Pembelajaran Matematika.
Disusun oleh :
Kelompok 10
Dede Ahmad Sobandi (1105194/07)
Egi Agustian (1105661/15)
M. Junaedi (1101465/23)
Topik Rusmana (1105142/34)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2014
PENDEKATAN INDUKTIF DAN PENDEKATAN DEDUKTIF
A. Konsep dan Pembelajaran Pendekatan Induktif
Mendengar kata induktif ini sudah
menjadi hal yang tidak asing dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tetapi terasa
menjadi asing saat ada dalam pembelajaran matematika. Ternyata kata induktif
ini digunakan juga dalam pembelajaran matematika yang terkenal dengan permainan
angka dan logikanya.
Pendekatan induktif pada awalnya
dikemukakan oleh filosof dari Inggris yang bernama Prancis Bacon (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkret
sebanyak mungkin. Cara induktif ini disebut juga sebagai dogmatif yang artinya
bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Dengan kata
lain bahwa fakta-fakta yang ada menjadi suatu landasan dalam cara induktif ini.
Menurut Sagala (2006, hlm. 77), berpikir
induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju
ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai
fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu
terdapat pada semua jenis fenomena.
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006,
hlm. 108), pendekatan induktif menggunakan penalaran induktif, hingga cara
empiris bisa diterapkan. Dengan cara ini konsep-konsep matematika yang abstrak
dapat dimengerti siswa melalui benda-benda konkret. Sementara itu menurut
Indriana (2011, hlm. 165) pembelajaran induktif adalah sebuah penalaran yang
bermula dari khusus (pengamatan, ukuran, data) ke umum (aturan, hukum, teori-teori).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan
induktif adalah suatu proses bernalar yang bermula dari khusus menuju ke yang
umum dengan memperhatikan unsur fakta
setelah terjadi pengamatan. Dengan kata lain pendekatan induktif memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuaanya melalui
konsep-konsep yang khusus hingga umum.
Berkenaan dengan pembelajaran induktif
di sekolah dasar merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran induktif ini pada dasarnya
membutuhkan suatu contoh yang kongkret yang dapat mudah dimengerti oleh siswa,
kemudian dengan adanya contoh tersebut
maka siswa akan lebih mudah dalam memahami maksud dari contoh-contoh tersebut,
sehingga pada tahap selanjutnya siswa dapat menarik kesimpulan mengenai maksud
dari contoh-contoh yang telah dipaparkan tersebut.
Pada dasarnya penerapan pendekatan
induktif harus memperhatikan karakteristik siswa, bahan ajar, keterampilan
guru, serta waktu yang tersedia. Menurut Yamin (2005, hlm. 78) pendekatan
induktif tepat dipergunakan bila,
1.
siswa
telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata
pelajaran tersebut,
2.
yang
diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan
pengambilan keputusan,
3.
pengajar
mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil
mengulang pertanyaan, dan sabar,
4.
waktu
yang tersedia cukup panjang.
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan induktif memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pelaksanaanya.
Menurut Sagala (2006, hlm. 77) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
pendekatan induktif adalah:
a.
Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif;
b.
Menyajikan
contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu;
c.
Disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
perkiraan itu; dan
d.
Disusun
pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
yang terdahulu.
Berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran di atas, terlebih dahulu guru harus mencari
memilih sebuah konsep terlebih dahulu, kemudian guru tersebut memberikan
contoh-contoh mengenai konsep yang tadi telah dipilih. Berikutnya dari
contoh-contoh yang diperlihatkan juga guru perlu menunjukkan bukti-bukti lain
yang menunjang atau menyangkal mengenai konsep tersebut. Selanjutnya siswa
menyimpulkan mengenai konsep yang diajarkan oleh guru tersebut. Contoh pada
pembelajaran induktif:
Guru
memilih konsep mengenai penjumlahan 2 bilangan ganjil.
1
+ 3 = ………..., siswa menjawab 4.
3
+ 5 = ………..., siswa menjawab 8
5
+ 7 = ………..., siswa menjawab 12.
7
+ 9 = ...……...., siswa menjawab 16.
Tahap identifikasi.
1
+ 3 = 4, (1 adalah bilangan…, 3 adalah
bilangan… , 4 adalah bilangan….)
3
+ 5 = 8, (3 adalah bilangan…, 5 adalah
bilangan… , 8 adalah bilangan….)
5
+ 7 = 12, (5 adalah bilangan…, 7 adalah bilangan… , 12 adalah bilangan….)
7
+ 9 = 16, (7 adalah bilangan…, 9 adalah bilangan… , 16 adalah bilangan….)
Siswa
dapat menarik kesimpulan dari contoh tersebut. Jadi “penjumlahan bilangan
ganjil ditambah dengan bilangan ganjil hasilnya adalah bilangan genap”.
B. Konsep dan Pembelajaran Pendekatan Deduktif
Di atas telah dipaparkan mengenai
pendekatan induktif. Jika mendengar kata induktif sudah pasti berpasangan pula
dengan deduktif, sehingga selain pendekatan induktif dalam pembelajaran ada
pula pendekatan deduktif. Istilah induktif dan deduktif memang sudah tidak asing
lagi karena pasangan kata ini sering digunakan di berbagai bidang. Pendekatan
deduktif erat kaitannya dengan prinsip
dalam penalaran deduktif yang sudah sangat populer di kalangan para
matematikawan. Karena metode deduktif dalam matematika dijadikan cara sebagai
penarikan generalisaasi dalam ilmu tersebut.
Dalam matematika sering terjadi bahwa
aturan-aturan dicoba dibuktikan kebenarannya sebelum ditetapkan sebagai aturan
umum. Setelah terbukti kebenarannya barulah aturan tersebut dinyatakan sah dan
dapat diterapkan pada persoalan-persoalan yang istimewa sekalipun. Cara
berpikir dengan cara tersebut adalah cara berpikir yang mengakui kebenaran
secara umum berlaku pada hal-hal khusus, atau istilahnya yaitu penalaran
deduktif.
Metode deduktif ini diawali dari
pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Berpangkal pada hal tersebut, cara
penalaran deduktif diadopsi menjadi sebuah pendekatan pembelajaran deduktif.
Yang prinsip dasarnya sama persis seperti bentuk penalaran deduktif. Hanya saja
hal ini diterapkan secara prosedural dalam pembelajaran dikelas. Berikut
beberapa pengertian pendekatan pembelajaran deduktif yang disampaikan oleh
beberapa ahli.
Menurut Sagala (2006, hlm. 76) pendekatan
deduktif adalah, “Proses penalaran yang bermula dari keadaan umum hingga
keadaan khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam
keadaan khusus”. Hal ini berarti pendekatan pembelajaran deduktif berpedoman
pada penalaran deduktif. Sehingga prinsip-prinsip dalam bernalar secara
deduktif dirasa perlu dalam aplikasinya pada pembelajaran di kelas.
Menurut
Indriana (2011, hlm. 166), “Dalam pendekatan deduktif orang memulai dengan
berbagai aksioma, prinsip, atau aturan yang mengambil kesimpulan berbagai
konsekuensi dan memformulasikan berbagai aplikasi”. Pendapat tersebut
memberikan gambaran bahwa pada dasarnya pendekatan deduktif ketika pembelajaran
di kelas siswa diarahkan oleh guru untuk belajar dengan memulai pembelajaran
pada aksioma, prinsip, atau dalil-dalil
Menurut
Suwangsih & Tiurlina (2006, hlm. 110 ), “Pendekatan deduktif berdasarkan
penalaran deduktif, penalaran deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari
hal yang umum menjadi hal yang lebih
khusus”. Dari pendapat tersebut ternyata
tidak berbeda dengan pandangan para ahli lainnya yang mengemukakan bahwa
pendekatan deduktif itu berpangkal pada penalaran deduktif.
Dari beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan deduktif merupakan prosedur yang
berpangkal pada penalaran deduktif yang bermula pada keadaan umum ke kekeadaan
khusus yang disajikan dengan aksioma, prinsip, serta dalil-dalil yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Seperti contoh berikut ini yaitu untuk
sembarang segitiga siku-siku berlaku kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama dengan jumlah kuadrat sisi
siku-sikunya. Ada segitiga siku-siku ABC, siku-siku di A. Dari contoh teorema
Pythagoras tersebut maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan dari hal yang
lebih umum ke hal yang lebih khusus.
Aplikasi pembelajaran pendekatan
deduktif memang sedikit lebih berat dan sangat abstrak, sehingga untuk ukuran
siswa sekolah dasar harus bijak dalam menggunakan pendekatan ini. Selain itu
dalam menggunakan pendekatan deduktif syarat utamanya yaitu siswa harus
memahami terlebih dahulu konsep-konsep dasarnya. Jika tidak menguasai konsep
dasar terlebih dahulu maka siswa sudah pasti akan mengalami kesulitan dan
kebingungan dalam menyelesaikannya. Sehingga dalam penggunaan pendekatan
pembelajaran deduktif sebelumnya seorang pengajar sudah paham betul tentang
penguasaan materi para siswa. Jika dirasa perlu dan mampu maka boleh dipakai dengan
pendekatan deduktif untuk memepertajam lagi kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pembelajaran.
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep,
definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif
dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung
dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep
dasarnya. Menurut
Yamin (2005, hlm. 78) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila,
1.
siswa
belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari;
2.
isi
pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan
proses berfikir kritis;
3.
pengajaran
mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang
baik; dan
4.
waktu
yang tersedia sedikit.
Perlu diperhatikan pula sebelum
menggunakan pendekatan pembelajaran deduktif di kelas seorang guru harus
mengetahui terlebih dahulu langkah-langkah pembelajarannya, ini bertujuan agar
pada pelaksanaanya bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Menurut Sagala (2006,
hlm. 76) langkah-langkah pembelajaran pendekatan deduktif ada 4 (empat).
1.
Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2.
Menyajikan
aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3.
Disajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus
itu dengan aturan, prinsip umum.
4.
Disajikan
bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu
merupakan gambaran dari keadaan umum.
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Sehingga dapat diurutkan proses
pembelajarannya dengan memulai menyampaikan definisi terlebih dahulu, kemudian
memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud
untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.Berikut contoh
pembelajaran menggunakan pendekatan deduktif pada materi pelajarannya.
1
=
1 + 3 =
1 + 3 + 5 =
1 + 3 + 5 + 7 =
Dari kesamaan di atas didapatkan
rumus n suku pertama dari bilangan ganjil 1 + 3 + 5 + 7 +....+ (2n-1)= ,
n bilangan asli.
Menurut
Setyo& Harmini (2011) Cara pembuktian suatu rumus P yang berlaku untuk
setiap bilangan asli n dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Buktikan rumus berlaku untuk n = 1
2.
Anggap rumus berlaku untuk n = K,
buktikan rumus berlaku untuk n = K + 1.
Jika
dari langkah satu dan dua telah diselidiki dan ternyata benar, maka dapat
disimpulkan bahwa rumus P berlaku untuk setiap bilangan asli n. Pembuktian
seperti ini dinamakan pembuktian
menggunakan induksi matematika.
Contoh:
Buktikan dengan induksi matematika
bahwa
1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
Bukti
P (n) : 1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
Untuk n = 1, P (1) : 1 = . 1 (1+1), benar
Anggap benar untuk n = k, P
(k): 1 + 2 + 3+....+k-= k( k +1 )
Untuk n = k + 1 berlaku 1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
=
k (k + 1) + (k + 1)
=
(k + 1) (k
+ 1)
=
(k + 1) (k + 2)
C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Induktif dan Deduktif
1.
Kekurangan
dan Kelebihan Pendekatan Induktif
Pada
dasarnya matematika merupakan ilmu deduktif. Walaupun demikian, dalam
pembelajaran matematika khususnya di tingkat SD harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Siswa SD masih dalam tahap operasional konkret.
Pembelajaran matematika harus dimulai dari contoh-contoh yang konkret dan
sederhana sebagai bahan dalam menemukan kebenaran konsep yang bersifat umum.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika untuk siswa SD lebih
cocok menggunakan pendekatan induktif.
Menurut
Wariman (Permana, 2013) ada beberapa kelebihan dan kelemahan pendekatan
induktif.
a.
Kelebihan
dari pendekatan induktif ada empat.
1)
Dapat mengembangkan keterampilan
berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan.
2)
Dapat menguasai secara tuntas
topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antar siswa sehingga
didapatkan suatu kesimpulan akhir.
3)
Mengajarkan siswa berpikir kritis
karena selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
4)
Melatih siswa belajar bekerja
sistematis.
b.
Kelemahan dari pendekatan induktif,
antara lain:
1)
Memerlukan banyak waktu.
2)
Sukar menemukan pendapat yang sama
karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda.
Berdasarkan penjelasan yang sudah
dipaparkan sebelumnya, bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
induktif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya mengenai suatu konsep, seperti yang dikemukakan dalam teori
konstrutivisme. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa pendekatan induktif juga
memiliki kelebihan serta kelemahan lainnya.
a.
Kelebihan pendekatan induktif,
diantaranya:
1)
pembelajaran
berpusat pada siswa (student centre);
2)
dapat
meningkatkan semangat serta hasil belajar siswa;
3)
pembelajaran
lebih bermakna.
b.
Kelemahan
pendekatan induktif, di ataranya :
1)
terkadang
hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran, tergantung tingkat
kemampuan berpikir siswa;
2)
kebenaran
suatu konsep (misalnya sifat atau rumus) yang telah diperoleh masih perlu
pengujian untuk menjamin berlaku secara umum.
Pendekatan
induktif sangat cocok diterapkan bagi pembelajaran matematika di SD. Pendekatan
ini mendorong siswa untuk bisa menemukan sendiri kebenaran konsep matematika
yang umum melalui pengalaman mereka dengan contoh-contoh yang sederhana dan
khusus. Jika pendekatan ini didukung dengan kualitas kemampuan berpikir siswa
dan media pembelajaran yang baik tentu pembelajaran akan lebih bermakna.
2.
Kelebihan
dan Kekurangan Pendekatan Deduktif
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pendekatan deduktif dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika jika siswa telah memahami konsep-konsep dasar.
Pada dasarnya pendekatan deduktif berbanding terbalik dengan pendekatan induktif dalam pelaksanaanya sehingga dapat
diidentifikasi bahwa apa yang menjadi kelemahan dalam pendekatan induktif dapat
menjadi kelebihan dalam pendekatan deduktif, dan sebaliknya.
a.
Kelebihan
dari pendekatan deduktif, di ataranya:
1)
tidak memerlukan banyak waktu;
2)
tidak
akan ada perbedaan pendapat dalam kebenaran konsep;
3)
setiap
siswa memiliki peran dan keaktifan yang sama;
4)
kebenaran suatu konsep sudah
bersifat umum sehingga dapat langsung diaplikasikan dalam masalah-masalah yang
konkret.
b.
Kelemahan dari pendekatan deduktif
di ataranya:
1)
pembelajaran berpusat pada guru (teacher
center);
2)
kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya;
3)
siswa terkadang sulit memahami
konsep yang baru yang belum diketahui sebelumnya;
4)
Pembelajaran kurang bermakna serta
terkesan membosankan bagi siswa.
Pada
pembelajaran matematika, khususnya di sekolah dasar, kedua pendekatan ini bisa
saling melengkapi. Pembelajaran bisa diawali dengan pendekatan induktif dan
dilanjutkan dengan pendekatan deduktif.
D. Implementasi Pendekatan Induktif
Materi : Operasi Hitung (Penjumlahan)
Kegiatan Inti
1. Guru
menyuruh siswa untuk mengamati benda-benda yang ada di kelas.
2. Siswa
mengamati benda-benda yang ada di kelas.
3. Guru
memberitahu siswa untuk menuliskan benda-benda yang tadi telah diamati.
4. Siswa
bersama guru melakukan tanya jawab mengenai, “Benda apa saja yang ada di kelas
ini?”.
5. Siswa
menyimak pertanyaan guru.
6. Guru
menampung pendapat-pendapat dari siswa dan dituliskannya di papan tulis.
7. Guru
menggambarkan bentuk benda yang tadi diucapkan oleh siswa. (gambar sederhana)
8. Guru
memberi tahu siswa untuk menghitung jumlah benda-benda
9. Siswa
bersama guru menghitung benda-benda yang ada di kelas.
10. Salah
satu siswa disuruh maju untuk menuliskan jumlah benda yang ada ke papan tulis.
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan induktif memiliki langkah-langkah tersendiri
dalam pelaksanaanya. Menurut Sagala (2006, hlm.77) langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a. Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif;
Skenario :
11. Guru memilih konsep
penjumlahan 2 bilangan ganjil yang hasilnya selalu genap.
b. Menyajikan
contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu;
Skenario :
12. Guru menanyakan
kembali kepada siswa mengenai “bilangan ganji itu apa saja?”.
13. Siswa menjawab dengan ramai. 1, 3, 5, 6, 7, 9,
dan seterusnya
14. Masih masuk ke materi awal mengenai penjumlahan.
15. Guru menyediakan soal-soal diantaranya sebagai
berikut:
c. Disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
perkiraan itu; dan
Skenario :
16. Siswa memilih
sendiri angka berapa saja yang ingin dijumlahkan, asalkan bilangan ganjil.
17.
Guru memberikan contoh soal kembali.
d. Disusun
pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
yang terdahulu.
Skenario:
18. Siswa bersama guru
langsung mengidentifikasi bilangan-bilangan yang ada di papan tulis.
19. Guru menyimpulkan
bahwa dari penjumlahan 2 buah bilangan ganjil ini hasilnya selalu bilangan
genap.
E. Implementasi Pendekatan Induktif
Skenario
pembelajaran berikut ini berdasarkan pada langkah langkah pembelajaran deduktif
menurut Sagala (2006).
1. Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan
aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus
itu dengan aturan, prinsip umum.
4. Disajikan
bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu
merupakan gambaran dari keadaan umum.
a.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang
akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
Materi : Jumlah setiap tiga sudut segitiga selalu
b.
Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat
umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
Guru :Guru mengecek
pengetahuan siswa dengan bertanya “apakah kalian mengetahui bangun datar
segitiga, dan bagimana besar sudut ketiga segitiga?”.
Siswa: Siswa menjawab
dengan cara diskusi sebentar dengan temannya dengan membaca buku yang telah
disediakan oleh guru.
Guru : Guru
mengklarifikasi bahwa setiap segitiga jika dijumlahkan ketiga sudutnya selalu
berjumlah apapun jenis dari
segitiga tersebut, seperti segitiga siku-siku, segitiga samakaki, segitiga sama
sisi-sisi, dan segitiga sembarang lainnya.
c.
Disajikan contoh-contoh khusus agar
siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip
umum.
Guru : Guru memberi
contoh-contoh penghitungan menjumlahkan berbagai macam segitiga. Yang
dimodifikasi soalnya seperti “Berapa besar Sudut C dalam segitiga ABC jika
diketahui besar sudut A= dan besar sudut B=?” contoh-contoh soal tersebut diperbanyak lagi variasinya.
Siswa : Siswa
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
d.
Disajikan bukti-bukti untuk menunjang
atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari
keadaan umum.
Guru : Guru memberi suatu contoh segitiga siku-siku buktikan dengan
cara ketiga ujungnya dipotong dan disatikan menjadi satu, ukur dengan busur
benarkah berjumlah
Siswa : Siswa mencoba membuat sebuah segitiga
siku-siku secara berkelompok dari sebuah kertas, kemudian ketiga sudut tersebut
dihubungkan untuk diukur dengan busur derajat.
Setelah terbukti maka
siswa dapat mencoba dengan membuat segitiga sembarang lainnya untuk mencoba
dibuktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Indriana, Dina. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif.
Jogjakarta: Diva Press.
Permana,
Bagus. (2013). Pendekatan Induktif dan Deduktif. [Online]. Tersedia di:http://cahbaguz-uhuy.blogspot.com/2013/02/pendekatan-induktif-dan-deduktif.html
. Diakses 14
Februari 2014.
Sagala, Syaiful (2005). Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Setyo, E dan Harmini S. (2011). Matematika untuk PGSD. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwangsih, Erna danTiurlina.(2006). Model PembelajaranMatematika. Bandung:
UPI Press
Yamin,
Martinis (2005). Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Cipayung: Gaung Persada Press.
versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL
versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL
0 komentar:
Post a Comment