Monday, 8 June 2015

PENDEKATAN INDUKTIF DAN PENDEKATAN DEDUKTIF



AWAS KUMMAT
(Kamu Suka Matematika)

Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Tugas
Matakuliah Model Pembelajaran Matematika.

 

Disusun oleh :
Kelompok 10
Dede Ahmad Sobandi            (1105194/07)
Egi Agustian                           (1105661/15)
M. Junaedi                              (1101465/23)
Topik Rusmana                       (1105142/34)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014


 

 

PENDEKATAN INDUKTIF DAN PENDEKATAN DEDUKTIF

A.    Konsep dan Pembelajaran Pendekatan Induktif

Mendengar kata induktif ini sudah menjadi hal yang tidak asing dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tetapi terasa menjadi asing saat ada dalam pembelajaran matematika. Ternyata kata induktif ini digunakan juga dalam pembelajaran matematika yang terkenal dengan permainan angka dan logikanya.
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof dari Inggris yang bernama Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkret sebanyak mungkin. Cara induktif ini disebut juga sebagai dogmatif yang artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Dengan kata lain bahwa fakta-fakta yang ada menjadi suatu landasan dalam cara induktif ini.
Menurut Sagala (2006, hlm. 77), berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena.
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006, hlm. 108), pendekatan induktif menggunakan penalaran induktif, hingga cara empiris bisa diterapkan. Dengan cara ini konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dimengerti siswa melalui benda-benda konkret. Sementara itu menurut Indriana (2011, hlm. 165) pembelajaran induktif adalah sebuah penalaran yang bermula dari khusus (pengamatan, ukuran, data) ke umum (aturan, hukum, teori-teori).
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah suatu proses bernalar yang bermula dari khusus menuju ke yang umum dengan memperhatikan unsur  fakta setelah terjadi pengamatan. Dengan kata lain pendekatan induktif memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuaanya melalui konsep-konsep yang khusus hingga umum.
Berkenaan dengan pembelajaran induktif di sekolah dasar merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran induktif ini pada dasarnya membutuhkan suatu contoh yang kongkret yang dapat mudah dimengerti oleh siswa, kemudian dengan adanya  contoh tersebut maka siswa akan lebih mudah dalam memahami maksud dari contoh-contoh tersebut, sehingga pada tahap selanjutnya siswa dapat menarik kesimpulan mengenai maksud dari contoh-contoh yang telah dipaparkan tersebut.
Pada dasarnya penerapan pendekatan induktif harus memperhatikan karakteristik siswa, bahan ajar, keterampilan guru, serta waktu yang tersedia. Menurut Yamin (2005, hlm. 78) pendekatan induktif tepat dipergunakan bila,

1.    siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,


2.    yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
3.    pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
4.    waktu yang tersedia  cukup panjang.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pelaksanaanya. Menurut Sagala (2006, hlm. 77) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a.    Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif;
b.    Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu;
c.    Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu; dan
d.   Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, terlebih dahulu guru harus mencari memilih sebuah konsep terlebih dahulu, kemudian guru tersebut memberikan contoh-contoh mengenai konsep yang tadi telah dipilih. Berikutnya dari contoh-contoh yang diperlihatkan juga guru perlu menunjukkan bukti-bukti lain yang menunjang atau menyangkal mengenai konsep tersebut. Selanjutnya siswa menyimpulkan mengenai konsep yang diajarkan oleh guru tersebut. Contoh pada pembelajaran induktif:
Guru memilih konsep mengenai penjumlahan 2 bilangan ganjil.
1 + 3 = ………..., siswa menjawab 4.
3 + 5 = ………..., siswa menjawab 8
5 + 7 = ………..., siswa menjawab 12.
7 + 9 = ...……...., siswa menjawab 16.
Tahap identifikasi.                                    
1 + 3 = 4,  (1 adalah bilangan…, 3 adalah bilangan… , 4 adalah bilangan….)
3 + 5 = 8,  (3 adalah bilangan…, 5 adalah bilangan… , 8 adalah bilangan….)
5 + 7 = 12, (5 adalah bilangan…, 7 adalah bilangan… , 12 adalah bilangan….)
7 + 9 = 16, (7 adalah bilangan…, 9 adalah bilangan… , 16 adalah bilangan….)
Siswa dapat menarik kesimpulan dari contoh tersebut. Jadi “penjumlahan bilangan ganjil ditambah dengan bilangan ganjil hasilnya adalah bilangan genap”.

B.     Konsep dan Pembelajaran Pendekatan Deduktif

Di atas telah dipaparkan mengenai pendekatan induktif. Jika mendengar kata induktif sudah pasti berpasangan pula dengan deduktif, sehingga selain pendekatan induktif dalam pembelajaran ada pula pendekatan deduktif. Istilah induktif dan deduktif memang sudah tidak asing lagi karena pasangan kata ini sering digunakan di berbagai bidang. Pendekatan deduktif erat kaitannya dengan  prinsip dalam penalaran deduktif yang sudah sangat populer di kalangan para matematikawan. Karena metode deduktif dalam matematika dijadikan cara sebagai penarikan generalisaasi dalam ilmu tersebut.
Dalam matematika sering terjadi bahwa aturan-aturan dicoba dibuktikan kebenarannya sebelum ditetapkan sebagai aturan umum. Setelah terbukti kebenarannya barulah aturan tersebut dinyatakan sah dan dapat diterapkan pada persoalan-persoalan yang istimewa sekalipun. Cara berpikir dengan cara tersebut adalah cara berpikir yang mengakui kebenaran secara umum berlaku pada hal-hal khusus, atau istilahnya yaitu penalaran deduktif.
Metode deduktif ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Berpangkal pada hal tersebut, cara penalaran deduktif diadopsi menjadi sebuah pendekatan pembelajaran deduktif. Yang prinsip dasarnya sama persis seperti bentuk penalaran deduktif. Hanya saja hal ini diterapkan secara prosedural dalam pembelajaran dikelas. Berikut beberapa pengertian pendekatan pembelajaran deduktif yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Menurut Sagala (2006, hlm. 76) pendekatan deduktif adalah, “Proses penalaran yang bermula dari keadaan umum hingga keadaan  khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus”. Hal ini berarti pendekatan pembelajaran deduktif berpedoman pada penalaran deduktif. Sehingga prinsip-prinsip dalam bernalar secara deduktif dirasa perlu dalam aplikasinya pada pembelajaran di kelas.
Menurut Indriana (2011, hlm. 166), “Dalam pendekatan deduktif orang memulai dengan berbagai aksioma, prinsip, atau aturan yang mengambil kesimpulan berbagai konsekuensi dan memformulasikan berbagai aplikasi”. Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya pendekatan deduktif ketika pembelajaran di kelas siswa diarahkan oleh guru untuk belajar dengan memulai pembelajaran pada aksioma, prinsip, atau dalil-dalil
Menurut Suwangsih & Tiurlina (2006, hlm. 110 ), “Pendekatan deduktif berdasarkan penalaran deduktif, penalaran deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari hal yang umum menjadi  hal yang lebih khusus”.  Dari pendapat tersebut ternyata tidak berbeda dengan pandangan para ahli lainnya yang mengemukakan bahwa pendekatan deduktif itu berpangkal pada penalaran deduktif.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada penalaran deduktif yang bermula pada keadaan umum ke kekeadaan khusus yang disajikan dengan aksioma, prinsip, serta dalil-dalil yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Seperti contoh berikut ini yaitu untuk sembarang segitiga siku-siku berlaku kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya. Ada segitiga siku-siku ABC, siku-siku di A. Dari contoh teorema Pythagoras tersebut maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan dari hal yang lebih umum ke hal yang lebih khusus.
Aplikasi pembelajaran pendekatan deduktif memang sedikit lebih berat dan sangat abstrak, sehingga untuk ukuran siswa sekolah dasar harus bijak dalam menggunakan pendekatan ini. Selain itu dalam menggunakan pendekatan deduktif syarat utamanya yaitu siswa harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep dasarnya. Jika tidak menguasai konsep dasar terlebih dahulu maka siswa sudah pasti akan mengalami kesulitan dan kebingungan dalam menyelesaikannya. Sehingga dalam penggunaan pendekatan pembelajaran deduktif sebelumnya seorang pengajar sudah paham betul tentang penguasaan materi para siswa. Jika dirasa perlu dan mampu maka boleh dipakai dengan pendekatan deduktif untuk memepertajam lagi kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya. Menurut Yamin (2005, hlm. 78) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila,

1.    siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari;
2.    isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis;
3.    pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik; dan
4.    waktu yang tersedia sedikit.

Perlu diperhatikan pula sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran deduktif di kelas seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu langkah-langkah pembelajarannya, ini bertujuan agar pada pelaksanaanya bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Menurut Sagala (2006, hlm. 76) langkah-langkah pembelajaran pendekatan deduktif ada 4 (empat).

1.    Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2.    Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3.    Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4.    Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Sehingga dapat diurutkan proses pembelajarannya dengan memulai menyampaikan definisi terlebih dahulu, kemudian memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.Berikut contoh pembelajaran menggunakan pendekatan deduktif pada materi pelajarannya.
1 =
1 + 3  =
1 + 3 + 5 =
1 + 3 + 5 + 7 =
Dari kesamaan di atas didapatkan rumus n suku pertama dari bilangan ganjil 1 + 3 + 5  + 7 +....+ (2n-1)= , n bilangan asli.
Menurut Setyo& Harmini (2011) Cara pembuktian suatu rumus P yang berlaku untuk setiap bilangan asli n dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1.    Buktikan rumus berlaku untuk n = 1
2.    Anggap rumus berlaku untuk n = K, buktikan rumus berlaku untuk n = K + 1.

Jika dari langkah satu dan dua telah diselidiki dan ternyata benar, maka dapat disimpulkan bahwa rumus P berlaku untuk setiap bilangan asli n. Pembuktian seperti ini dinamakan pembuktian  menggunakan induksi matematika.
Contoh:
Buktikan dengan induksi matematika bahwa
1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
Bukti
P (n) :  1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
Untuk n = 1, P (1) : 1 =   . 1 (1+1), benar
Anggap benar untuk n = k, P (k):  1 + 2 + 3+....+k-= k( k +1 )
Untuk n           = k + 1 berlaku 1 + 2 + 3+....+ n-= n( n +1 )
                        =  k (k + 1) + (k + 1)
                        = (k + 1) (k + 1)
                        =  (k + 1) (k + 2)

C.    Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Induktif  dan Deduktif

1.      Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Induktif
Pada dasarnya matematika merupakan ilmu deduktif. Walaupun demikian, dalam pembelajaran matematika khususnya di tingkat SD harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Siswa SD masih dalam tahap operasional konkret. Pembelajaran matematika harus dimulai dari contoh-contoh yang konkret dan sederhana sebagai bahan dalam menemukan kebenaran konsep yang bersifat umum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika untuk siswa SD lebih cocok menggunakan pendekatan induktif.
Menurut Wariman (Permana, 2013) ada beberapa kelebihan dan kelemahan pendekatan induktif.

a.    Kelebihan dari pendekatan induktif ada empat.
1)   Dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan.
2)   Dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antar siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir.
3)   Mengajarkan siswa berpikir kritis karena selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
4)   Melatih siswa belajar bekerja sistematis.
b.    Kelemahan dari pendekatan induktif, antara lain:
1)   Memerlukan banyak waktu.
2)   Sukar menemukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda.

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya mengenai suatu konsep, seperti yang dikemukakan dalam teori konstrutivisme. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa pendekatan induktif juga memiliki kelebihan serta kelemahan lainnya.
a.       Kelebihan pendekatan induktif, diantaranya:
1)   pembelajaran berpusat pada siswa (student centre);
2)   dapat meningkatkan semangat serta hasil belajar siswa;
3)   pembelajaran lebih bermakna.
b.      Kelemahan pendekatan induktif, di ataranya :
1)   terkadang hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran, tergantung tingkat kemampuan berpikir siswa;
2)   kebenaran suatu konsep (misalnya sifat atau rumus) yang telah diperoleh masih perlu pengujian untuk menjamin berlaku secara umum.
Pendekatan induktif sangat cocok diterapkan bagi pembelajaran matematika di SD. Pendekatan ini mendorong siswa untuk bisa menemukan sendiri kebenaran konsep matematika yang umum melalui pengalaman mereka dengan contoh-contoh yang sederhana dan khusus. Jika pendekatan ini didukung dengan kualitas kemampuan berpikir siswa dan media pembelajaran yang baik tentu pembelajaran akan lebih bermakna.

2.        Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Deduktif
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pendekatan deduktif dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika jika siswa telah memahami konsep-konsep dasar. Pada dasarnya pendekatan deduktif berbanding terbalik dengan pendekatan  induktif dalam pelaksanaanya sehingga dapat diidentifikasi bahwa apa yang menjadi kelemahan dalam pendekatan induktif dapat menjadi kelebihan dalam pendekatan deduktif, dan sebaliknya.
a.    Kelebihan dari pendekatan deduktif, di ataranya:
1)   tidak memerlukan banyak waktu;
2)   tidak akan ada perbedaan pendapat dalam kebenaran konsep;
3)   setiap siswa memiliki peran dan keaktifan yang sama;
4)   kebenaran suatu konsep sudah bersifat umum sehingga dapat langsung diaplikasikan dalam masalah-masalah yang konkret.
b.      Kelemahan dari pendekatan deduktif di ataranya:
1)   pembelajaran berpusat pada guru (teacher center);
2)   kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya;
3)   siswa terkadang sulit memahami konsep yang baru yang belum diketahui sebelumnya;
4)   Pembelajaran kurang bermakna serta terkesan membosankan bagi siswa.
Pada pembelajaran matematika, khususnya di sekolah dasar, kedua pendekatan ini bisa saling melengkapi. Pembelajaran bisa diawali dengan pendekatan induktif dan dilanjutkan dengan pendekatan deduktif.

D.    Implementasi Pendekatan Induktif

Materi : Operasi Hitung (Penjumlahan)
Kegiatan Inti
1.      Guru menyuruh siswa untuk mengamati benda-benda yang ada di kelas.
2.      Siswa mengamati benda-benda yang ada di kelas.
3.      Guru memberitahu siswa untuk menuliskan benda-benda yang tadi telah diamati.
4.      Siswa bersama guru melakukan tanya jawab mengenai, “Benda apa saja yang ada di kelas ini?”.
5.      Siswa menyimak pertanyaan guru.
6.      Guru menampung pendapat-pendapat dari siswa dan dituliskannya di papan tulis.
7.      Guru menggambarkan bentuk benda yang tadi diucapkan oleh siswa. (gambar sederhana)
8.      Guru memberi tahu siswa untuk menghitung jumlah benda-benda
9.      Siswa bersama guru menghitung benda-benda yang ada di kelas.
10.  Salah satu siswa disuruh maju untuk menuliskan jumlah benda yang ada ke papan tulis.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif memiliki langkah-langkah tersendiri dalam pelaksanaanya. Menurut Sagala (2006, hlm.77) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a.       Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif;
Skenario :
11. Guru memilih konsep penjumlahan 2 bilangan ganjil yang hasilnya selalu genap.

b.      Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu;
Skenario :
12. Guru menanyakan kembali kepada siswa mengenai “bilangan ganji itu apa saja?”.
13. Siswa menjawab dengan ramai. 1, 3, 5, 6, 7, 9, dan seterusnya
14. Masih masuk ke materi awal mengenai penjumlahan.
15. Guru menyediakan soal-soal diantaranya sebagai berikut:
c.       Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu; dan
Skenario :
16. Siswa memilih sendiri angka berapa saja yang ingin dijumlahkan,    asalkan bilangan ganjil.
17. Guru memberikan contoh soal kembali.
d.      Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.
Skenario:
18. Siswa bersama guru langsung mengidentifikasi bilangan-bilangan yang ada di papan tulis.
19. Guru menyimpulkan bahwa dari penjumlahan 2 buah bilangan ganjil ini hasilnya selalu bilangan genap.

E.     Implementasi Pendekatan Induktif

Skenario pembelajaran berikut ini berdasarkan pada langkah langkah pembelajaran deduktif menurut Sagala (2006).
1.      Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2.      Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3.      Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4.      Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
a.       Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
Materi  : Jumlah setiap tiga sudut segitiga selalu
b.      Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
Guru :Guru mengecek pengetahuan siswa dengan bertanya “apakah kalian mengetahui bangun datar segitiga, dan bagimana besar sudut ketiga segitiga?”.
Siswa: Siswa menjawab dengan cara diskusi sebentar dengan temannya dengan membaca buku yang telah disediakan oleh guru.
Guru : Guru mengklarifikasi bahwa setiap segitiga jika dijumlahkan ketiga sudutnya selalu berjumlah  apapun jenis dari segitiga tersebut, seperti segitiga siku-siku, segitiga samakaki, segitiga sama sisi-sisi, dan segitiga sembarang lainnya.
c.       Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyususn hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
Guru : Guru memberi contoh-contoh penghitungan menjumlahkan berbagai macam segitiga. Yang dimodifikasi soalnya seperti “Berapa besar Sudut C dalam segitiga ABC jika diketahui besar sudut A=  dan besar sudut B=?” contoh-contoh soal tersebut diperbanyak lagi variasinya.
Siswa     : Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
d.      Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Guru    : Guru memberi suatu contoh segitiga siku-siku buktikan dengan cara ketiga ujungnya dipotong dan disatikan menjadi satu, ukur dengan busur benarkah berjumlah
Siswa    : Siswa mencoba membuat sebuah segitiga siku-siku secara berkelompok dari sebuah kertas, kemudian ketiga sudut tersebut dihubungkan untuk diukur dengan busur derajat.
Setelah terbukti maka siswa dapat mencoba dengan membuat segitiga sembarang lainnya untuk mencoba dibuktikan.


DAFTAR PUSTAKA


Indriana, Dina. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jogjakarta: Diva Press.

Permana, Bagus. (2013). Pendekatan Induktif dan Deduktif.  [Online]. Tersedia di:http://cahbaguz-uhuy.blogspot.com/2013/02/pendekatan-induktif-dan-deduktif.html .  Diakses 14 Februari 2014.

Sagala, Syaiful (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Setyo, E dan Harmini S. (2011). Matematika untuk PGSD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suwangsih, Erna danTiurlina.(2006). Model PembelajaranMatematika. Bandung: UPI Press

Yamin, Martinis (2005). Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Cipayung: Gaung Persada Press.


 versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL 

0 komentar:

Post a Comment