Saturday 13 February 2016

PENDEKATAN DALAM MENGAPRESIASI SASTRA

          Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan itu dalam hal ini lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan dan apa yang akan di apresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, (2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan (3) landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi. Pemilihan dan penentuan pendekatan tersebut tentu sangat ditentukan oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri.
       Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat menggunakan sejumlah pendekatan meliputi
1.        Pendekatan parafratis
2.        Pendekatan emotif
3.        Pendekatan analitis
4.        Pendekatan historis
5.        Pendekatan sosiopsikologis
6.        Pendekatan dikdatis
     Uraian tentang pengertian setiap jenis pendekatan tersebut, prinsip dasar yang melatarbelakanginya serta gambaran penerapannya dalam kegiatan apresiasi sastra dapat diuraikan sebagai berikut.
1.        Pendekatan parafratis
     Pendekatan prafratis adalah startegi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnnya. Tujuan akhir dari pendekaran parafratis itu adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
      Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafratis oada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa (1) gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, (2) simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna, (3) kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra mengalami pelepasan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu cipta sastra baik dalam hal kata maupun kalimat yang semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya sesorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, dan (5) pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh dari pembaca itu sendiri.
       Dari prinsip dasar pada butir 5 itu dapat disimpilkan juga bahwa penerapan pendekatan parafratis selain untuk mempermudah upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk mempertajam, memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh pembaca itu sendiri. Sebab itu, dalam pelaknsanaannya nanti, pendekatan parafratis ini, selain dapat dilaksanakan pada awal kegiatan mengapresiasi sastra, juga dapat dilaksanakan setelah kegiatan apresiasi berlangsung.
2.        Pendekatan emotif
    Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
      Prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir diahadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan. Dan dengan pendekatan emotif inilah diharapkan pembaca mampu menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam suatu karya sastra.
    Sebab itulah dalam pelaksanaannya pendekatan emotif ini pembaca akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang : ada kah unsur-unsur keindahan dalam cipta sastra yang akan saya baca ini? Bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu? Dan bagaimana wujud keindahan itu sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana cara pembaca menemukan keindahan itu ? serta berapa banyak keindahan itu dapat ditemukan?
      Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile,  maupun penaraan setting yang mampu menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat berhubungan dengan penyampaian cerita, peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.
       Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra yang termasuk dalam ragam-ragam tertentu. Ragam itu misalnya humor, satirik, sarkasme, maupun ragam komedi.
3.        Pendekatan analitis
    Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasan, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanyan keselarasan dan kesatuan dalam rangkan membangun totalitas bentuk maupun totalitas makna.
      Penerapan pendekatan analitis itu pada dasarnya akan menolong pembaca dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik sastra yang secara aktual telah berada dalam suatu cipta sastra dan bukan dalam rumusan-rumusan atau definisi yang terdapat dalam kajian teori sastra. Selain itu, pembaca juga dapat memahami bagaimana fungsi setiap elemen cipta sastra  dalam rangka membandung keseluruhannya. Dengan kata lain, pendekatan analitis ini adalah suatu pendekatan yang bertujuan menyusun sintetis lewat analisis. Lewat penerapan pendekatan ini diharapkan pembaca pada umumnya menyadari bahwa cipta sastra itu pada dasarnya diwujudkan lewat kegiatan yang serius dan terencana sehingga tertanamkanlah rasa penghargaan atau sikap yang baik terhadap karya sastra.
      Dalam kehadiran pendekatan analitis ini, prinsip dasar yang melatarbelakanginya adalah anggapa bahwa (1) cipta sastra itu dibentuk oleh elemen-elemen tertentu, (2) setiap elemen dalam cipta sastra memiliki fungsi tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya meskipun karakteristik masing-masing berbeda, (3) dari adanya ciri karakteristik setiap elemen itu, maka antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun pada akhirnya setiap elemen itu harus dilengkapi sebagai suatu kesatuan.
       Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca menampilkan beberapa pertyanyaan yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang membandung cipta sastra yang dibacanya. Setelah itu, pembaca kembali membaca ulang sambil berusaha menganilis setiap unsur yang telah ditetapkannya. Dari hasil analisis setiap unsur itu, pembaca lebih lanjut berusaha memahami bagaimana mekanisme hubungan. Lewat analisis mekanisme hubungan ini lebih lanjut pembaca menganlisis bagaimana fungsi setiap elemen itu dalam rangka mewujudkan suatu cipta sastra. 
      Kegiatan mengapresiasi sastra dengan menerapkan pendekatan analitis ini dapat dianggap sebagai suatu kerja yang bersifat saintifik karena dalam menerapkan pendekatan itu pembaca harus berangkat dari landasan teori tertentu, bersikap objektif dan harus mewujudkan hasil analisis yang tepat, sistematis, dan diakui kebenarannya oleh umum.
4.        Pendekatan historis
      Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra yang di baca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
     Prinsip dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan historis ini adalah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapun juga merupakan bagian dari zamannya. Selain itu, pemahaman terhadap biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami kandungan makna dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam pendekatan sosiosemantik sangat mengutamakan konteks, baik konteks sosio-budaya, situasi zaman maupun konteks kehidupan pengarangnnya sendiri.
5.        Pendekatan sosiopsikologis
    Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latarbelakang kehidupan sosial-budayanya, kehidupan masyarakat maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksanaannya pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan pendekatan historis. Dalam pendekatan sosiopsikologis apresiator berusaha memahami bagaimana kehidupan sosuak masyarakat pada masa itu, bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana hubungan antara cipta sastra itu dengan zamannya.
6.        Pendekatan didaktis
      Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca
      Dalam pelaksanaanya, penggunaan pendekatan dikdaris diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuntutan ekspresif, komentar, dialog, lakuanm maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika malin kundang itu akhirnya matu karena durhaka kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu harus bersifat baik kepada orang tua


Daftar Pustaka
Aminudin.(2002). Pengantar Apresiasi Sastra.Bandung : Sinar baru algesindo

Djuanda, Dadan dan Prana Dwija I .(2006).Apresiasi Sastra Indonesia.Bandung. UPI Press.


0 komentar:

Post a Comment