Pendekatan
sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu
mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Keanekaragaman pendekatan yang
digunakan itu dalam hal ini lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan dan apa
yang akan di apresiasi lewat teks sastra yang dibacanya, (2) kelangsungan
apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan (3) landasan teori yang
digunakan dalam kegiatan apresiasi. Pemilihan dan penentuan pendekatan tersebut
tentu sangat ditentukan oleh tujuan pengapresiasi itu sendiri.
Bertolak dari tujuan dan apa yang
akan diapresiasi, pembaca dapat menggunakan sejumlah pendekatan meliputi
1.
Pendekatan parafratis
2.
Pendekatan emotif
3.
Pendekatan analitis
4.
Pendekatan historis
5.
Pendekatan sosiopsikologis
6.
Pendekatan dikdatis
Uraian tentang pengertian setiap
jenis pendekatan tersebut, prinsip dasar yang melatarbelakanginya serta
gambaran penerapannya dalam kegiatan apresiasi sastra dapat diuraikan sebagai
berikut.
1.
Pendekatan parafratis
Pendekatan prafratis adalah startegi
pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan
kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun
kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnnya.
Tujuan akhir dari pendekaran parafratis itu adalah untuk menyederhanakan
pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah
memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
Prinsip dasar dari penerapan
pendekatan parafratis oada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa (1)
gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, (2)
simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti
dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna, (3)
kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra mengalami pelepasan dapat
dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu cipta sastra
baik dalam hal kata maupun kalimat yang semula simbolik dan eliptis menjadi
suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya
sesorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, dan (5)
pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau
bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan
yang diperoleh dari pembaca itu sendiri.
Dari prinsip dasar pada butir 5 itu
dapat disimpilkan juga bahwa penerapan pendekatan parafratis selain untuk
mempermudah upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk
mempertajam, memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh pembaca
itu sendiri. Sebab itu, dalam pelaknsanaannya nanti, pendekatan parafratis ini,
selain dapat dilaksanakan pada awal kegiatan mengapresiasi sastra, juga dapat dilaksanakan
setelah kegiatan apresiasi berlangsung.
2.
Pendekatan emotif
Pendekatan emotif dalam
mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu dapat
berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
Prinsip-prinsip dasar yang
melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah pandangan bahwa cipta
sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir diahadapan masyarakat
pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan. Dan
dengan pendekatan emotif inilah diharapkan pembaca mampu menemukan unsur-unsur
keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam suatu karya sastra.
Sebab itulah dalam pelaksanaannya
pendekatan emotif ini pembaca akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan
tentang : ada kah unsur-unsur keindahan dalam cipta sastra yang akan saya baca
ini? Bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu? Dan bagaimana wujud
keindahan itu sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana cara pembaca
menemukan keindahan itu ? serta berapa banyak keindahan itu dapat ditemukan?
Selain berhubungan dengan masalah
keindahan yang lebih lanjut akan berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti
metafor, simile, maupun penaraan setting yang mampu menghasilkan panorama
yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat berhubungan dengan
penyampaian cerita, peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik
sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.
Untuk menemukan dan menikmati cipta
sastra yang mengandung kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra
yang termasuk dalam ragam-ragam tertentu. Ragam itu misalnya humor, satirik,
sarkasme, maupun ragam komedi.
3.
Pendekatan analitis
Pendekatan analitis merupakan suatu
pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan
atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan
gagasan-gagasan, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen
intrinsik itu sehingga mampu membangun adanyan keselarasan dan kesatuan dalam
rangkan membangun totalitas bentuk maupun totalitas makna.
Penerapan pendekatan analitis itu
pada dasarnya akan menolong pembaca dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik
sastra yang secara aktual telah berada dalam suatu cipta sastra dan bukan dalam
rumusan-rumusan atau definisi yang terdapat dalam kajian teori sastra. Selain
itu, pembaca juga dapat memahami bagaimana fungsi setiap elemen cipta
sastra dalam rangka membandung
keseluruhannya. Dengan kata lain, pendekatan analitis ini adalah suatu
pendekatan yang bertujuan menyusun sintetis lewat analisis. Lewat penerapan
pendekatan ini diharapkan pembaca pada umumnya menyadari bahwa cipta sastra itu
pada dasarnya diwujudkan lewat kegiatan yang serius dan terencana sehingga
tertanamkanlah rasa penghargaan atau sikap yang baik terhadap karya sastra.
Dalam kehadiran pendekatan analitis
ini, prinsip dasar yang melatarbelakanginya adalah anggapa bahwa (1) cipta
sastra itu dibentuk oleh elemen-elemen tertentu, (2) setiap elemen dalam cipta
sastra memiliki fungsi tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang
satu dengan lainnya meskipun karakteristik masing-masing berbeda, (3) dari adanya
ciri karakteristik setiap elemen itu, maka antara elemen yang satu dengan
elemen yang lain, pada awalnya dapat dibahas secara terpisah meskipun pada
akhirnya setiap elemen itu harus dilengkapi sebagai suatu kesatuan.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan
analitis ini diawali dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah
itu, pembaca menampilkan beberapa pertyanyaan yang berhubungan dengan
unsur-unsur intrinsik yang membandung cipta sastra yang dibacanya. Setelah itu,
pembaca kembali membaca ulang sambil berusaha menganilis setiap unsur yang
telah ditetapkannya. Dari hasil analisis setiap unsur itu, pembaca lebih lanjut
berusaha memahami bagaimana mekanisme hubungan. Lewat analisis mekanisme
hubungan ini lebih lanjut pembaca menganlisis bagaimana fungsi setiap elemen
itu dalam rangka mewujudkan suatu cipta sastra.
Kegiatan mengapresiasi sastra dengan
menerapkan pendekatan analitis ini dapat dianggap sebagai suatu kerja yang
bersifat saintifik karena dalam menerapkan pendekatan itu pembaca harus
berangkat dari landasan teori tertentu, bersikap objektif dan harus mewujudkan
hasil analisis yang tepat, sistematis, dan diakui kebenarannya oleh umum.
4.
Pendekatan historis
Pendekatan historis adalah suatu
pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar
belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra
yang di baca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun
kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi
lahirnya pendekatan historis ini adalah anggapan bahwa cipta sastra
bagaimanapun juga merupakan bagian dari zamannya. Selain itu, pemahaman
terhadap biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami kandungan
makna dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah telaah makna suatu teks dalam
pendekatan sosiosemantik sangat mengutamakan konteks, baik konteks
sosio-budaya, situasi zaman maupun konteks kehidupan pengarangnnya sendiri.
5.
Pendekatan
sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis adalah
suatu pendekatan yang berusaha memahami latarbelakang kehidupan
sosial-budayanya, kehidupan masyarakat maupun tanggapan kejiwaan atau sikap
pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta
sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksanaannya pendekatan ini memang sering
tumpang tindih dengan pendekatan historis. Dalam pendekatan sosiopsikologis
apresiator berusaha memahami bagaimana kehidupan sosuak masyarakat pada masa
itu, bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana hubungan
antara cipta sastra itu dengan zamannya.
6.
Pendekatan didaktis
Pendekatan didaktis adalah suatu
pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif
maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu
dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu dalam suatu pandangan etis,
filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu
memperkaya kehidupan rohaniah pembaca
Dalam pelaksanaanya, penggunaan
pendekatan dikdaris diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran
yang terdapat dalam suatu cipta sastra. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya
disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuntutan ekspresif,
komentar, dialog, lakuanm maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau
penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing
kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika
malin kundang itu akhirnya matu karena durhaka kepada ibunya, maka dalam
hidupnya, manusia itu harus bersifat baik kepada orang tua
Daftar Pustaka
Aminudin.(2002). Pengantar
Apresiasi Sastra.Bandung : Sinar baru algesindo
Djuanda, Dadan dan Prana Dwija I .(2006).Apresiasi Sastra Indonesia.Bandung. UPI
Press.
0 komentar:
Post a Comment