Tuesday, 8 August 2017

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Pembelajaran kontekstual (CTL) bermula dari pengalaman pembelajaran tradisional oleh John Dewey pada tahun 1916 di USA, merumuskan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang terikat dengan pengalaman dan minat siswa. Definisi belajar dan mengajar kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar terbaik bila apa yang dipelajari terkait dengan yang telah mereka ketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pemanduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pegetahuan yang kuat dan mendalam, sehingga  siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.
Dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan kontekstual, menulis dipandang sebagai aktivitas manusia, siswa harus aktif dengan berbagai cara, seperti belajar secara individual atau kelompok untuk mengola/memproses informasi agar dapat menemukan kembali atau mengkonstruksi kembali pengetahuan dalam pikirannya. Kepada siswa disodorkan masalah-masalah kontekstual atau realistik, yaitu masalah-masalah yang dekat atau berkaitan dengan dunia nyata. Pada pendekatan kontekstual/realistik, proses lebih diutamakan sebab dengan proses yang baik akan memperoleh produk yang baik dengan probabilitas yang tinggi.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan strategi mereka sendiri.

a.    Hakikat pendekatan pembelajaran CTL

 Pendekatan CTL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. pendekatan pembelajaran CTL berdasarkan pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik, jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
CTL merupakan konsep belajar dimana guru mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikidengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas,sedikit demi sedikit,dan proses mengkotruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga (Nurhadi, 2003:13).
Hasil pembelajaran diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa dengan menggunakan konsep ini. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pendekatan CTL adalah pendekatan pembelajaran  yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan  lebih bermakna bagi siswa (Komalasari, 2010:7). Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Ditambahkan pula bahwa dalam kelas yang kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya “guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
 Pendekatan pembelajaran CTL terdiri dari bagian-bagian yang salaing terhubung. Jika bagian itu terjalin satu sama lian, maka akan menghasilkan pengaruh yang akan melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya yang terpisah, Johnson ( dalam Komalasari 2010:65). The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Leraning (dalam Nurhadi 2003:12) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaranCTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan, dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dala dunia nyata.
Pembelajaran CTL mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidemesional yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada rangsangan/tanggapan. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.

b.    Komponen utama dalam pendekatan pembelajaran CTL

Menurut sanjaya (2006, hlm. 262) ada tujuh komponen yang mendasari proses pembelajaran menggunakan model kontekstual, di antaranya sebagai berikut.yaitu konstruktivisme (construvistik), menemukan (inquiri), bertanya (quetioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) serta penilaian nyata (authentik assement).
1.    Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan berasal dari luar dan di konstruksikan dari dalam diri seseorang, oleh sebab itu pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang diamati dan kamampuan untuk menginterpretasi objek tersebut.
2.    Inquiri
Inquiri adalah pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, melainkan proses menemukan sendiri.
3.    Bertanya
Bertanya dipandang sebagai rasa keingintahuan setiap individu dan membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam setiap proses pebelajaran bertanya selalu digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.
4.    Masyarakat belajar
Melalui penerapan pembelajaran secara kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, membantu siswa untuk saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.Kerjasama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu permasalahan.
5.    Pemodelan
Memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa dan mengindari siswa dari pembelajaran yang teoritis-abstrak. Proses ini tidak terbatas pada guru saja, melainkan guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan.
6.    Refleksi
Pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan mengurutkan kembali kejadian-kejadian pembelajaran yang telah dilalui siswa. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu dimasukan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuannya.
7.    Penilaian nyata
Pengumpulan informasi tentang perkembangan belajar yang dilalui siswa.Penilaian ini diperlukan untuk mengetahuai apakah siswa benar-benar belajar atau tidak dan dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

c.     Implementasi Pembelajaran Kontekstual di SD dalam Karangan Narasi

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
      I.        Pendahuluan
·         Fase 1. Kontruktivisme
1)        Guru menyampaikan prosedur pembelajaran CTL
2)        Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran berlangsung.Materi yang akan dipelajari adalah pengembangan karangan.
3)        Guru memberikan motivasi dengan menjelaskan pentingnya materi ini dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
    II.        Kegiatan Inti
6)        Menanyakan pada siswa secara klasikal ”pernahkah kalian membaca sebuah karangan? apa saja yang kalian ketahui tentang karangan?.
7)        Menunjuk salah seorang siswa yang menjawab pernah membaca karangan kemudian menanyakan “karangan apa saja yang kamu ketahui?”.memfokuskan pada jawaban “karangan narasi”. Menanyakan kembali tentang karangan narasi.
8)        Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan baru pada buku siswa.
9)        Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan barunya tentang karangan dan pola karangan narasi.
·         Fase 2 . Melaksanakan kegiatan inkuiri
10)     Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang karangan narasi, siswa diminta memberikan contoh karangan narasi berdasarkan pengalaman mereka sendiri mengenai karangan yang pernah  dibacanya.
11)     Siswa diminta menjelaskan apa yang mereka pahami tentang karangan narasi. (Kemampuan Berbicara).
12)     Guru menghubungkan pemahaman siswa tentang karangan narasi dan memberi penjelasan materi.(Kemampuan Menyimak).
·         Fase 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
13)     Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal‑hal yang kurang  jelas dan belum dipahami mengenai pengertian dan pola susunan karangan narasi
·         Fase 4.
14)     Guru membagikan kepada siswa contoh karangan karangan narasi dan analisis pola susunan pada karangan narasi tersebut. (Kemampuan Membaca).
·               Fase 5. Masyarakat Belajar
15)     Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademik yang telah ditentukan sebelumnya
16)     Membagi LKS dan kertas , kemudian menyampaikan kepada siswa untuk mendiskusikannya dengan kelompok.  Kertas digunakan untuk menuliskan resume atau kesimpulan awal kelompok yang akan dipresentasikan. (Kemampuan Menulis).
17)     Mengarahkan siswa membagi tugas dalam kelompok, misalnya: siapa yang akan mewakili presentasi, siapa menulis pada LKS dan siapa yang menulis resume pada kertas dan lain-lain
18)     Mengarahkan siswa berdiskusi dalam kelompoknya
19)     Memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa/kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dengan cara memfasilitasi pemahaman siswa melalui pertanyaan/informasi  yang terkait dengan jawaban LKS.
20)     Menunjuk perwakilan kelompok memaparkan hasil pekerjaan kelompoknya untuk memimpin diskusi.
21)     Guru dapat memotivasi siswa dengan pertanyaan kepada kelompok penyaji, apabila diskusi tidak hidup.
22)     Meminta kelompok lain memberikan tanggapan berupa pertanyaan, komentar atau saran pada kelompok penyaji dan mengarahkan penyaji untuk memberikan tanggapan balik.
23)     Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi kelompok.
   III.        Kegiatan Akhir
·         Fase 6. Refleksi
23)     Membimbing siswa mengkaji kembali untuk menyimpulkan pengertian karangan dan pola urutan karangan narasi.
24)     Guru memberikan pekerjaan rumah dengan meminta siswa mempelajari dan mencermati kembali buku siswa maupun pada LKS.
·         Fase 7. Penilaian nyata

25)     Guru memberikan penilaian kepada siswa sesuai dengan nilai individu dan nilai kelompok yang diperolehnya meliputi kerja sama dalam kelompok, keaktifan dalam pembelajaran dan penilaian tertulis terhadap hasil kerja LKS.


Daftar Pustaka :

Sanjaya, W. (2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi  Standar Pendidikan.  Jakarta.:Kencana Prenada Media.

0 komentar:

Post a Comment