Berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan, baik itu berupa gagasan, pikiran maupun
perasaan dengan menggunakan bahasa lisan, ujaran, dan tuturan. Hal tersebut
sesuai dengan yang disampaikan oleh H.G. Tarigan (dalam Djuanda, 2008, hlm. 55) berbicara
adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.
Menurut
Depdikbud, 1984 (dalam Resmini &Juanda, 2007, hlm. 51) berbicara juga dapat
dikatakan sebagai ‘suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang lain’.
Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa berbicara dapat diartikan sebagai salah satu alat untuk
berkomunikasi secara lisan yaitu dengan menyampaikan gagasan, pikiran, atau
dapat dikatakan sebagai pesan kepada orang lain baik secara bertatapan langsung
mau pun dengan jarak jauh.
Berbicara
bertujuan utama untuk berkomunikasi, namun dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa lisan atau berbicara, pembicara harus memahami makna yang
akan disampaikan agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif. Selain itu
pembicara juga harus mengevaluasi mengenai dampak dari apa yang ia sampaikan
atau komunikasinya terhadap pendengar.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Djuanda (2008, hlm. 55) Tujuan utama
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, sudah seharusnya pembicara memahami makna segala yang
ingin dikomunikasikannya.
Sedangkan
menurut Djago Tarigan, 1990 (dalam Djuanda, 2008, hlm. 55) terdapat lima tujuan
pembicara, yaitu bebicara untuk menghibur, berbicara untuk menginformasikan,
berbicara untuk menstimulasi, berbicara untuk meyakinkan, dan berbicara untuk
menggerakan.
Berbicara untuk menghibur ini berarti isi dari apa yang
kita bicarakan itu dapat di menghibur orang yang mendengarkannya. Dalam isi
pembicaraannya dapat berisi humor, dan cerita jenaka.
Berbicara
untuk menginformasikan berarti dalam isi pembicaraannya tentang menyampaikan
atau menderskipsikan sebuah berita, atau apapun yang dapat diinformasikan untuk
pendengarnya. Berbicara
untuk menstimulasi berarti pembicara harus mengetahui minat dan kebutuhan serta
dapat merangsang pemikiran pendengar. Berbicara untuk meyakinkan berarti dalam isi
pembicaraannya, pembicara harus bisa meyakinkan pendengarnya tentang sesuatu
hal. Misalnya ketika seorang sales menjual barang dagangannya. Berbicara
untuk menggerakkan adalah seorang pembicara harus cakap dalam berbicara,
berwibawa, mampu memanfaatkan situasi dan mampu mempengaruhi pendengar sehingga
dapat menggerakkan pendengar setelah mendengarkan pembicaraannya tersebut.
Dalam pembelajaran
berbicara guru harus mengetahui perbedaan kemampuan berbicara setiap siswanya
karena setiap siswa memiliki kemampuan berbicara yang berbeda-beda, ada siswa
yang telah lancar dalam berbicara sehingga siswa tersebut dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap oranglain dan ada siswa yang masih kesulitan dalam
berbicara karena siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga proses komunikasi tidak dapat
berjalan dengan baik.
Menurut
Tarigan 1990 (dalam Djuanda, 2008, hlm. 59) menyatakan bahwa terdapat delapan
konsep dasar berbicara yaitu, berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal, berbicara adalah proses individu berkomunikasi, berbicara adalah
ekspresi kreatif, berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, berbicara
dipengaruhi kekayaan pengalaman, berbicara sarana memperluas cakrawala, kemampuan
linguistik dan lingkungan berkaitan erat, berbicara adalah pancaran pribadi.
Dari 8 konsep berbicara diatas maka dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Berbicara dan Menyimak
adalah Dua Kegiatan Resiprokal
Kegiatan
berbicara dan menyimak merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan karena saling
melengkapi satu sama lain.
2.
Berbicara adalah Proses
Individu Berkomunikasi.
Kegiatan
berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, mengadaptasi,
mempelajari lingkungannya dan mengontrol lingkungannya.
3.
Berbicara adalah
Ekspresi Kreatif
Kegiatan
berbicara tidak hanya mengungkapkan ucapan kata saja tetapi juga
memanifestasikan kepribadiannya dengan cara menyatakan secara fasih, ceria, dan
spontan kata-kata tersebut.
4.
Berbicara sebagai
Tingkah Laku
Kegiatan
berbicara sudah dipelajari oleh siswa dilingkungan keluarga, tetangga dan
lingkungan disekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekolah. Walaupun siswa sudah dapat
mengekspresikan dirinya secara lisan, sebelum mereka diajar secara formal
mereka tetap memerlukan bimbingan untuk mengembangkan keterampilan berbicara
mereka.
5.
Berbicara dipengaruhi
Kekayaan Pengalaman
Bila
diri pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan
mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan atau pengalamannya itu. Bila
pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka yang bersangkutan akan
mengalami kesukaran dalam berbicara.
6.
Berbicara Sarana
Memperluas Cakrawala
Paling
sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk
mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga
digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
7.
Kemampuan Linguistik
dan Lingkungan Berkaitan Erat
Anak-anak
adalah produk lingkungannya. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak
berbicara, dan segala pertannyannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan
itu sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar berlatih berbicara, maka dapat
diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memiliki
kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah. Lingkungan
sepi, buta bicara, tidak ada kesempatan belajar berbahasa sehingga membuat anak
tidak berkembang. Bila anak masuk sekolah dia akan kelihatan kaku, kurang
bicara, pemalu, dan tidak dapat menyatakan dirinya.
8.
Berbicara adalah
Pancaran Pribadi
Gambaran
pribadi seseorang dapat diidentifikasikan dengan berbagai cara kita dapat
menduganya melalui gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya,
kesukaannya, dan cara bicaranya. Berbicara pada hakikatnya melukiskan apa yang
ada dihati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan dan idenya. Karena itu sering
dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian.
Daftar Pustaka
DePORTER, B. (2004). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Sumedang: pustaka
latifah.
Tarigan, D. dkk. (1997). Pengembangan Keterampilan Berbicara . Jakarta: Depdikbud.
0 komentar:
Post a Comment