AWAS KUMMAT
(Kamu Suka Matematika)
Diajukan
untuk Memenuhi Salahsatu Tugas
Matakuliah
Model Pembelajaran Matematika.
Disusun oleh :
Kelompok 10
Dede Ahmad Sobandi (1105194/07)
Egi Agustian (1105661/15)
M. Junaedi (1101465/23)
Topik Rusmana (1105142/34)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2014
PENDEKATAN OPEN-ENDED
A. Sejarah Pendekatan Open-Ended
Sejarah mengenai pendekatan open-ended yang disajikan berikut ini
dikembangkan berdasarkan tulisan Becker dan Shimada (1997) berjudul The Open-Ended Approach: A New Proposal for
Teaching Mathematics. Antara tahun 1971 dan 1976 para ahli pendidikan
matematika Negara Jepang melakukan serangkaian penelitian yang berfokus pada
pengembangan metode evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam pendidikan matematika. Rangkaian penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Studi pengembangan metoda evaluasi dalam
pendidikan matematika, tahun 1971.
2.
Studi pengembangan metoda evaluasi dan
analisis pengaruh faktor-faktor belajar dalam pendidikan matematika, tahun
1972-1973.
3.
Studi pengembangan metoda evaluasi untuk
mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan berpikir matematik tingkat tinggi,
tahun 1974-1976.
B. Konsep Pendekatan Open-ended
Pendekatan
open-ended merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang bisa memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir bebas dalam menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan cara
mereka sendiri. Menurut Shimada
(Zahrotusshobah, 2010),pendekatan open-ended adalah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki
kebenaran penyelesaian masalah lebih dari satu, sehingga dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
menyelesaikan masalah melalui barbagai cara yang berbeda.
Menurut Suryadi (Ali, dkk., 2007) masalah yang diformulasikan sedemikian hingga
memungkinkan variasi jawaban benar baik dari aspek cara maupun hasilnya disebut
masalah open-ended. Ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah yang
menuntut mereka untuk mengembangkan metode dan cara berbeda dalam upaya
memperoleh jawaban yang benar, maka sebenarnya mereka dihadapkan dengan sebuah
masalah yang bersifat open-ended. Siswa tidak hanya menentukan jawaban
yang benar atas soal permasalahan yang diberikan, melainkan mereka dituntut
juga untuk menjelaskan bagaimana caranya sampai pada jawaban yang benar
tersebut. Masalah yang bisa diangkat sebagai materi
pembelajaran dapat diperoleh dari
masalah yang terdapat pada kehidupan sehari-hari atau masalah-masalah yang
dapat dipahami oleh pikiran siswa. Melalui masalah itu siswa akan dibawa kepada
konsep matematika melalui reinvetion atau melalui discovery.
Menurut
Nohda (Kusmiyati, 2007) bahwa tujuan belajaran open-ended
yaitu membawa siswa lebih mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir
matematisnya melalui problem solving secara simultan.
Penggunaanpendekatan open-ended dalam
pembelajaran matematika diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika itu sendiri melalui pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Di
dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak luput dari yang namanya masalah.
Masalah sangat beragam jenisnya tergantung pada sudut pandang seseorang
menyikapi masalah tersebut. Setiap masalah harus tahu bagaimana cara
penyelesaiaannya Untuk memecahkan masalah diperlukan beberapa informasi atau
data yang bisa menjadi indikator dari permasalahan tersebut.
C. Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Open-ended
Pendekatan
open-ended sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas belajar siswa dalam
pemecahan masalah memiliki beberapa pijakan teori belajar, diantaranya:
1.
Teori Belajar Kognitif
Pada
proses pembelajaran teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu aktifitas yang
berkaitan dengan penataan informasi dan reorganisasi perseptual yang
berlangsung dalam proses internal.
Menurut
Piaget (Budiningsih, 2004), pada umumnya seorang siswa akan memperoleh kecakapan
intelektual melalui proses pencarian keseimbangan antara apa yang mereka
ketahui dan mereka rasakan dengan dengan apa yang mereka lihat pada situasi
baru sebagai suatu pengalaman atau permasalahan. Apabila siswa mampu mengatasi
permasalan pada situasi baru tersebut, maka keseimbangan mereka tidak akan
terganggu, dan jika tidak maka ia harus melakukan adaptasi dengan
lingkungannya. Pendapat lain dari Piaget (Sagala, 2006) bahwa terdapat dua proses yang terjadi
dalam perkembangan kognitif siswa, yaitu asimilasi dan akomodasi. Proses
asimilasi bisa diartikan sebagai proses penyesuaian informasi baru dengan apa
yang telah diketahui, sedangkan dalam proses akomodasi siswa membangun kembali
atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga memunculkan
pengetahuan baru yang lebih berkembang.
Menurut
Bruner (Budiningsih, 2004), “Pembelajaran harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar
sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)”. Proses belajar akan berjalan
dengan baik jika guru mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya.
Menurut
Ausubel (Budiningsih, 2004), “Belajar seharusnya merupakan kegiatan yang bermakna bagi siswa. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif”. Gagasan yang dikembangkan oleh Ausubel inilah
yang kemudian kita kenal dengan proses pembelajaran yang bermakna.
2.
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori
belajar konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang
sudah ada dan orang lain tinggal menerimanya, tetapi pengetahuan lebih
diartikan sebagai suatu pembentukan kognitif oleh siswa terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya. Proses belajar akan terjadi secara evisien
dan efektif apabila siswa belajar secara kooperatif dalam suasana dan
lingkungan yang mendukung, serta adanya bimbingan seseorang guru atau orang
yang lebih mampu lainnya. Berkaitan
dengan pembelajaran, Vygotsky (Slavin, 2008) mengemukakan empat prinsip pembelajaran
konstruktivis.
a. Percakapan Pribadi
b. Zona Perkembangan Proksimal
c. Perancahan
d. Pembelajaran Kerja Sama
Adapun penjelasannya, sebagai berikut:
a. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi dapat diartikan sebagai suatu
mekanisme untuk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi. Siswa
bisa memperoleh pengetahuan dari apa yang disampaikan orang lain kemudian
menggunakan pengetahuan tersebut untuk membantu diri sendiri dalam
menyelesaikan suatu masalah.
b. Zona Perkembangan Proksimal
Pembelajaran terjadi ketika siswa bekerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal
development). Zona perkembangan proksimal ini menggambarkan tugas yang
masih belum dipelajari siswa tetapi sanggup untuk dipelajari pada waktu
tertentu. Tugas-tugas dalam zona ini mesih belum dapat dikerjakan sendiri oleh
siswa tetapi mereka harus mengerjakannya dengan adanya bantuan teman atau orang
lain yang lebih kompeten.
c. Perancahan
Perancahan (scaffolding)
bisa diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang
lebih kompeten. Menurut Rosenshine &Meister
(Slavin, 2008),
perancahan berarti menyediakan banyak dukungan kepada siswa selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian menghilangkan dukungan dan meminta siswa
tersebut untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar ketika ia dianggap sudah
sanggup. Dukungan untuk siswa dalam pemecahan masalah bisa meliputi petunjuk,
sarana, dorongan, atau semua hal yang memungkinkan siswa untuk tumbuh secara
mandiri, yaitu mampu berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
d. Pembelajaran Kerja Sama
Proses pembelajaran akan selalu menuntut siswa untuk
melakukan kerja sama dengan siswa lainnya. Kerja sama inilah yang sangat membantu
mereka dalam belajar dan nilai interaksi dengan sesama teman akan dapat
memajukan siswa dalam tingkat pemikiran mereka.
3. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan manusia. Pada dasarnya teori belajar apapun
dapat dimanfaatkan, asal tujuannya adalah untuk membantu manusia dalam memahami
serta mengaktualisasikan diri. Salah satu hasil dari teori humanistik adalah taksonomi bloom.
Pada penerapannya, taksonomi Bloom ini telah membantu para praktisi pendidikan
dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta program-program
pembelajarannya. Secara ringkas taksonomi bloom
tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Kognitif, yang terdiri dari,
1)
pengetahuan
(mengingat dan menghafal),
2)
pemahaman
(menginterpretasikan),
3)
aplikasi
(menggunakan konsep untuk pemecahan masalah),
4)
analisis
(menjabarkan suatu konsep),
5)
sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh), dan
6)
evaluasi
(membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya).
b. Psikomotor, yang terdiri dari,
1)
peniruan
(menirukan gerak),
2)
penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak),
3)
ketepatan
( melakukan gerak dengan benar)
4)
perangkaian
(melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), dan
5)
naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar).
c. Afektif, yang terdiri dari,
1)
pengenalan
(ingin menerima dan sadar akan adanya sesuatu),
2)
merespon
(aktif berpartisipasi),
3)
penghargaan
(menerima serta setia kepada nilai-nilai tertentu),
4)
Pengorganisasian
(menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya)
5)
Pengamalan
(menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola kehidupan)
Semua
komponen pembelajaran, termasuk tujuan, perencanaan, proses, dan hasil
pembelajaran diarahkan untuk membentuk manusia yang ideal dan manusia yang
dicita-citakan, yitu manusia yang mampu mengaktualisasikan diri dengan optimal.
Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran mengarahkan siswa untuk berpikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
D. Karakteristik Pendekatan Open-Ended
Nohda merumuskan karakteristik yang mendasari pendekatan open-ended adalah sifat terbuka atau
keterbukaan. Menurutnya, dalam pendekatan pembelajaran open-ended terdapat tiga hal yang mendasarinya (Afgani, 2014).
1.
Process is open.(Prosesnya terbuka)
Maksud dari proses yang terbuka adalah masalah matematika
berupa soal yang diberikan kepada siswa memiliki banyak cara penyelesaian yang
benar.
Contoh: Sebuah tali dibagi menjadi 10 bagian, yang
panjangnya masing- masing membentuk deret aritmatika. Apabila yang paling
pendek panjangnya 5 cm dan yang paling panjang 40 cm. Hitunglah panjang tali
sebelum dipotong.
2.
End products are open. (Hasil akhirnya terbuka)
Hasil akhir yang terbuka berarti masalah matematika berupa
soal memiliki tipe jawaban soal yang banyak.
Contoh : Sebutkan beberapa bilangan yang habis dibagi 5 dari
100 bilangan asli pertama ?
3.
Ways to develop are open.(Cara pengembangan
lanjutannya terbuka)
Artinya bahwa ketika siswa telah
selesai menyelesaikan masalah, mereka dapat mengembangkan masalah yang baru
dengan mengubah kondisi masalah yang ada di awal.
Contoh: 3 bilangan membentuk barisan aritmatika.
Perbandingan bilangan pertama dengan jumlah bilangan yang lain adalah 5 : 4
.Jika setiap bilangan ditambah 1 maka terjadi 3 bilngan baru, dimana: 2log
(bilangan ke-2) + 2log (bilangan ke-3). Hitunglah tiga bilangan
tersebut !
E. Prinsip Pendekatan Open-Ended
Menurut
Nohda (Afgani, 2014, hlm. 5) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended mengasumsikan
tiga prinsip, yakni sebagai berikut:
1.
Related to the autonomy of
student’ activities. If requires that we should appreciate the value of
student’ activities of fear of being just non-interfering.
2.
Related to evolutionary and
integral nature of mathematical knowledge. Content mathematics is theoretical
and systematic. Therefore, the more essential certain knowledge is, the more
comprehensively it derives analogical, special and general knowledge.
Metaphorically, more essential knowledge opens the door ahead more widely. At
the same time, the essential original knowledge can be reflected on many times
later in the course of evolution of mathematical knowledge. This reflection on
the original knowledge is a driving force to continue to step forward across
the door.
3.
Related to teachers’ expedient
decision-making in class. In mathematics class, teachers often encounter
student’s unexpected ideas. In this bout, teachers have an important role to
give the ideas full play, and to take into account that other students can also
understand real amount of unexpected ideas.
F. Masalah Dalam Pendekatan Open-Ended
Pada
pembelajaran melalui pendekatan open-ended, masalah merupakan alat
pembelajaran yang utama. Untuk mengkondisikan siswa agar dapat memberikan
reaksi terhadap situasi masalah yang diberikan berbentuk open-ended tidaklah
mudah. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah non-rutin, yakni
masalah yang dikontruksi sedemikian hingga siswa tidak serta merta dapat
menentukan konsep matematika prasyarat dan algoritma penyelesaianya. Shimada & Becker(Afgani, 2014)mengemukakan bahwa, secara umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat
diberikan, “Menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan
pengukuran”.
1.
Menemukan
hubungan. Siswa diberi fakta-fakta sedemikian hingga siswa
dapat menemukan beberapa aturan atau pengaitan yang matematis.
2.
Mengklasifikasi. Siswa ditanya untuk mengklasifikasi yang didasarkan atas
karaktersitik yang berbeda dari beberapa objek tertentu untuk memformulasi
beberapa konsep matematika.
Pilih
satu atau lebih bangun yang memiliki ciri atau karakteristik sama dengan gambar
bangun B dan tuliskan ciri-ciri yang sama tersebut. Selanjutnya, pilih satu
atau lebih bangun yang memiliki ciri yang sama dengan bangun H, kemudian
tuliskan ciri-ciri tersebut! Catatan: Biasanya siswa hanya ditanya, mana
tabung, bola, limas, prisma dan lain-lain.
3.
Pengukuran. Siswa diminta untuk menentukan
ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Siswa diharapkan
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan matematika yang telah dipelajarinya.
Adapun
penyajian soalnya dapat dikreasikan dengan berbagai cara, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Sajikan permasalahan melalui
situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika dapat diamati dan
dikaji oleh siswa.
b.
Soal-soal pembuktian dapat diubah
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari
variabel dalam persoalan itu.
c.
Sajikan bentuk-bentuk atau
bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
d.
Sajikan urutan bilangan atau tabel
sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
e.
Berikan beberapa contoh konkret dalam beberapa kategori
sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan
sifat-sifat yang umum.
f.
Hadapkan siswa pada suatu kelompok
soal atau masalah yang mempunyai beberapa sifat yang sama. Suruh siswa untuk
menyelesaikannya dan kemudian disuruh untuk menemukan beberapa kesamaan
sifat-sifat yang mungkin yang terjadi paling sedikit diantara dua soal yang
diberikan.
G. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Open-Ended
Dalam pendekatan open-ended
guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan
hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur
yang ditempuh siswa dalam memecahkan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan
pengetahuan, ketrampilan dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh
sebelumnya. Jika
dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada, maka ada beberapa keunggulan dari pendekatan ini, antara
lain :
1. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan matematika secara komprehensif.
3. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan
denga cara mereka sendiri.
4. Siswa terdorong untuk membiasakan diri
memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
5. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui
temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan
Namun demikian, pendekatan ini juga memunculkan
berbagai kelemahan. Adapun kelemanahan yang muncul antara lain :
1. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah
matematika yang bermakna bagi siswa.
2. Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah
secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana
caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan.
3. Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa
kelompok pandai seringkali merasa atau cemas bahwa jawabannya akan tidak
memuaskan.
4. Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa
kegiatan belajar mereka tidak menyenagkan karena mereka merasa kesulitan dalam
mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
Namun dari kelemahan tersebut tidak perlu dijadikan
permasalahan yang serius. Jangan sampai calon guru
terlalu terfokus pada kelemahannya sehingga keberatan untuk menerapkan
pendekatan ini.
H. Implementasi Pendekatan Open-Ended
Hal-hal
yang perlu dilakukan dalam pembelajaran dengan model open-ended yaitu:
1. Orientasi siswa pada masalah matematika open-ended.
Guru
memaparkan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Siswa
menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses
pembelajaran. Siswa berada dalam kelompok yang telah ditetapkan.
2.
Mengorganisasi siswa dalam belajar pemecahan masalah.
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang dipecahkan. Siswamenginvestigasi konteks
masalah, mengembangkan berbagai perspektif dan pengandaian yang masuk akal.
3.
Membimbing penyelidikan
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan trial
and eror atau eksperimen untuk mendapatkan suatu pemecahan yang masuk akal,
mengulanginya lagi untuk mendapatkan kemungkinan pemecahan dan solusi
alternatif. Siswa melakukan inkuiri investigasi, dan merumuskan kembali
masalah, untuk mendapatkan suatu kemungkinan pemecahan dan solusi yang masuk
akal. Mengevalua si strategi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi dan
sekaligus untuk menyusun kemungkinan pemecahan dan alternatif jawaban.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan
hasil karya.
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
ringkasan, laporan, model-model pemecahan masalah, dan membantu dalam berbagai
tugas dalam kelompok. Siswa menyusun ringkasan atau laporan baik secara
individual atau kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi dalam
kelas.
5.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru
membantu siswa melakukan refleksi dan mengadakan evaluasi terhadap penyelidikan
dan proses-proses belajar yang mereka gunakan.
Siswa mengikuti asessmen dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.
Siswa mengikuti asessmen dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.
Tujuan
pembelajaran Open-ended adalah siswa diharapkan dapat mengem-bangkan ide-ide
kreatif dan pola pikir matematis, dengan diberikan masalah yang bersifat
terbuka siswa terlatih untuk melakukan investigasi berbagai strategi dalam
menyelesaikan masalah. Siswa akan memahami bahwa proses penyelesaian suatu
masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang diperoleh.
Langkah penting lain yang harus
dikembangkan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended adalah
menyusun rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada siswa, yakni :
a.
Apakah masalah tersebut kaya
dengan konsep-konsep matematika dan bernilai?
Masalah
harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang. Selain itu,
masalah juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuia dengan
siswa berkemampuan rendanh sampai tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan
kemampuannya.
b.
Apakah level matematika dari
masalah itu cocok dengan siswa?
Pada
saat menyelesaikan masalah, siswa harus menggunakan pengetahuan dan ketrampilan
yang dimilikinya. Jika soal tersebut diprediksi diluar jangakaun siswa, maka
guru harus mengubahnya.
c.
Apakah masalah itu mengundang
pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Masalah
harus terkait dengan konsep-konsep matematika lebih tinggi sehingga memacu
siswa berfikir tingkat tinggi Apabila telah diformulasi masalah yang sesuia
dengan kriteria tersebut, maka kita dapat mengembangkan rencana pembelajaran
yang baik. Untuk itulah, maka kita susun beberapa hal berikut :
1)
Tuliskan respon siswa yang
diharapkan.
2)
Tujuan masalah yang diberikan
hasrus jelas.
3)
Sajikan masalah semenarik
mungkin.
4)
Lengkapi prinsip posing problem
sehingga siswa memahaminya dengan mudah.
5)
Berikan waktu yang cukup kepada
siswa untuk melakukan eksplorasi.
Secara
lengkap rencana pembelajarannya dapat dilihat pada skenario pembelajarannya
dibawah ini.
Kelas
/ Semester : V / 1
Materi
Ajar : Menghitung
volume kubus dan balok
Alat
dan Bahan : Kubus satuan
secukupnya
Langkah-langkah
Pembelajaran
1.
Orientasi
a.
Guru
mengecek pengetahuan awal siswa mengenai kubus dan balok.
b.
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu menghitung volume kubus dan balok.
c.
Guru
memotivasi siswa untuk selalu semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
d.
Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok bisa terdiri 3-5 orang siswa.
Pembagian kelompok diusahakan harus heterogen.
e.
Guru
memberikan motivasi lanjutan kepada siswa. Siswa diminta untuk menyebutkan
hal-hal atau contoh kasus di kehidupan sehari-hari mereka yang memiliki
hubungan dengan materi ajar volume kubus dan balok.
f.
Siswa
mempersiapkan media pembelajaran yang telah mereka buat secara berkelompok (di
luar jam sekolah).
2.
Pengorganisasian
g.
Setiap
kelompok menyediakan 36 kubus satuan.
h.
Setiap
kelompok mendapatkan lembar kerja siswa (LKS).
LKS yang disediakan oleh mengarahkan
siswa beraktifitas dengan media kubus satuan secara berkelompok.
Misalnya:
1)
Buatlah
bentuk model kubus-kubus lainnya yang bisa dibentuk dari 36 kubus satuan yang
tersedia!
2)
Berapa
jumlah kubus satuan yang diperlukan untuk membuat kubus-kubus lain tersebut?
3)
Buatlah
bentuk berbagai model balok dengan menggunakan 36 kubus satuan yang tersedia!
(Tiap model balok yang dibentuk harus menggunakan 36 kubus satuan yang
tersedia)
4)
Catatlah
pekerjaan kelompok pada lembar yang telah disediakan:
a)
Model
kubus yang dibuat:
1)
(panjang)
(lebar) (tinggi) dan (jumlah total balok satuan)
2)
(panjang)
(lebar) (tinggi) dan (jumlah total balok satuan)
3)
dan
seterusnya.
b)
Model
balok yang dibuat:
1)
(panjang)
(lebar) (tinggi) dan (jumlah total balok satuan)
2)
(panjang)
(lebar) (tinggi) dan (jumlah total balok satuan)
3)
dan
seterusnya.
3.
Pemberian
Bimbingan
i.
Setiap
kelompok melakukan diskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal LKS.
Setiap kelompok mempunyai kebebasan
untuk mengkonsruksi model kubus dan balok yang lain dengan menggunakan balok
satuan yang tersedia.
j.
Guru
berkeliling untuk mengawasi pekerjaan siswa.
k.
Guru
memberikan arahan serta bimbingan kepada siswa dalam penggunaan media dan
pengerjaan LKS supaya siswa tidak salah arah.
l.
Setiap
kelompok mencatat hasil pekerjaanmereka pada lembar yang telah disediakan.
4.
Pengembangan
dan Presentasi
m.
Setiap
kelompok melakukan diskusi serta pengembangan lebih lanjut mengenai hasil
pekerjaan kelompok masing-masing.
n.
Setiap
kelompok membuat kesimpulan dari hasil pekerjaan yang selanjutnya akan menjadi
bahan presentasi.
o.
Setiap
kelompok menyampaikan hasil pekerjaan kelompoknya kepada kelompok yang lain.
p.
Setiap
siswa (kelompok) bisa memberikan tanggapan terhadap penyampaian hasil pekerjaan
kelompok lain.
5.
Analisis
dan Evaluasi
q.
Siswa
bersama guru melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilakukan
serta hasil belajar yang diperoleh siswa.
r.
Guru
melakukan evaluasi untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi ajar secara
keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Afgani,
Jarnawi. (2014). Pendekatan Open-Ended dalam
Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.
Ali,
Mohammad, dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
Budiningsih,
Asri. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dhomudin.
(2013). Pembelajaran dengan Strategi
Open Ended. [Online] Tersedia di:
http://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/12/pembelajaran-dengan-strategi-open- ended/.
Diakses 22 April 2013.
Sagala, Syaiful.
(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Slavin, Robert
E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.
versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL
versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL
0 komentar:
Post a Comment