AWAS KUMMAT
(Kamu Suka Matematika)
Diajukan
untuk Memenuhi Salahsatu Tugas
Matakuliah
Model Pembelajaran Matematika.
Disusun oleh :
Kelompok 10
Dede Ahmad Sobandi (1105194/07)
Egi Agustian (1105661/15)
M. Junaedi (1101465/23)
Topik Rusmana (1105142/34)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2014
NCTM
A. Standar
Proses NCTM
Standar proses merujuk kepada proses
matematika yang mana melalui proses tersebut siswa memperoleh dan menggunakan
pengetahuan matematika. Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai
sesuatu yang terpisah dari standar isis dalam kurikulum matematika. Kelima
standar proses mengarahkan metode-metode atau proses-proses untuk mengerjakan
seluruh matematika. Oleh karena itu, harus dilihat sebagai komponen-komponen
integral dengan pembelajaran dan pengajaran matematika. NCTM memuat lima
standar proses, yaitu:
1.
Pemahaman
2.
Penalaran
3.
Komunikasi
4.
Koneksi
5.
Pemecahan
masalah
Menurut
Van de Wale (2003), “mengajar matematika yang mencerminkan kelima standar
proses merupakan pengertian terbaik dari mengajar matematika menurut standar
NCTM”. Oleh karena itu bagi guru mutlak adanya
untuk menguasai keterampilan lima standar proses tersebut dalam
mengajar.
B. Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Kemampuan
pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran,
memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan
hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih
mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga
merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru,
sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.
Salahsatu tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami peserta didik. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa
siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan
dipahami sepenuhnya oleh siswa.
Pemahaman merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris yaitu understanding. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang artinya
mengerti benar dalam suatu hal. Sedangkan Bahasa Inggris pemahaman disebut comperhenson. Dalam istilah lain
pemahaman dapat disebut juga “mengerti” yang artinya kemampuan memahami.
Menurut Driver (Hasanah, 2004, hlm. 20),
“Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu
tindakan”. Dari pengertian tersebut terdapat tiga kata kunci, yaitu: Kemampuan mengenal, kemampuan menjelaskan, kemampuan
menginterprestasi atau kemampuan menarik kesimpulan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Machener bahwa untuk
memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui lima hal,
yaitu:
1.
Objek
itu sendiri.
2.
Relasinya
dengan objek lain yang sejenis.
3.
Relasinya
dengan objek lain yang tidak sejenis.
4.
Relasi
dual dengan objek lain yang sejenis.
5.
Relasi
dengan objek dalam teori lainnya.
2. Jenis-jenis
Pemahaman
Terdapat beberapa pendapat para ahli
yang menkjelaskan tentang jenis-jenis pemahaman matematika, salah satunya yang
paling populer adalah jenis pemahaman berdasarkan taksonomi tujuan Bloom,
Ruseffendi (Herdian, 2010) yang menyebutkan bahwa pemahaman dapat digolongkan
kedalam tiga segi yang berbeda yaitu pemahaman translasi (pengubahan),
interprestasi (pemberi arti), ekstrapolasi (pembuatan ekstrapolasi).
Pemahaman translasi merupakan
kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dalam bentuk lain dari
pernyataan atau ide yang dikenal sebelumnya. Misalnya mengubah soal cerita luas
persegipanjang kedalam kalimat. matematika. Pemahaman interprestasi adalah
kemampuan untuk memahami suatu ide yang disusun ke dalam bentuk lain, misalnya
mengubah persamaan garis ke dalam bentuk gambar. Pemahaman ekstrapolasi adalah
keterampilan untuk meramalkan kalanjutan dari kecenderungan yang ada, misalnya membayangkan
bentuk yang terjadi akibat dari perputaran luas daerah yang diputar terhadap
sumbu X dan sumbu Y.
Menurut Maulana (2011) ada beberapa
jenis pemahaman menurut beberapa ahli. Adapun jenis-jenis pemahaman yang
dikemukakan oleh beberapa ahli ialah sebagai berikut.
a.
Polya membagi
kemampuan pemahaman menjadi empat tahap. Keempat tahap pemahaman menurut Polya
ialah sebagai berikut.
1)
Pemahaman
mekanikal yang dicirikan oleh kemampuan mengingat dan menerapkan rumus secara
rutin dan menghitung secara sederhana.
2)
Pemahaman
induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau
dalam kasus serupa.
3)
Pemahaman
rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran suatu rumus atau teorema.
4)
Pemahaman
intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran tanpa ragu-ragu sebelum
menganalisis lebih lanjut.
b. Polattsek membagi pemahaman dalam dua jenis,
yakni sebagai berikut.
1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat
menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara
algoritmik saja.
2) Pemahaman fungsional, ditandai
dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, dan menyadari proses yang
dikerjakannya.
c. Copeland membedakan dua jenis pemahaman
yakni sebagai berikut.
1) Knowing how to, yaitu dapat melakukan suatu
perhitungan secara rutin atau algoritmik.
2) Knowing, yaitu dapat mengerjakan suatu
perhitungan secara sadar.
d. Skemp membedakan dua jenis pemahaman:
1) Pemahaman instrumental, dengan ciri
hafal konsep atau prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan
rumus dalam perhitungan sederhana, dan melakukan pengerjaan hitung secara
algoritmik.
2) Pemahaman relasional, yakni
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip dengan
prinsip lainnya.
Terkait dengan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika menurut NCTM (Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa.
a.
Mengidentifikasi
konsep secara verbal dan tulisan.
b.
Membuat
contoh dan non contoh penyangkalan.
c.
Mempresentasikan
suatu konsep dengan model, diagram dan simbol.
d.
Mengubah
suatu bentuk representasi ke bentuk lain
e.
Mengidentifikasi
sifat-sifat suatu konsep dengan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu
konsep.
f.
Mengenal
berbagai makna dan interprestasi konsep.
g.
Membandingkan
dan membedakan konsep-konsep.
3. Aspek
Kemampuan Pemahaman Matematika
Terdapat beberapa aspek yang harus
termuat dalam kemampuan pemahaman. Menurut Kurniawan (2009), terdapat tujuh
aspek yang harus termuat dalam kemampuan pemahaman, yakni sebagai berikut.
a.
Interpreting/menginterpretasikan/menafsirkan,
yaitu suatu kemampuan untuk menafsirkan suatu objek yang diawali dengan proses
perubahan representasi yang satu ke representasi yang lainnya. Misalnya,
menguraikan sesuatu dengan kata-katanya sendiri, menafsirkan gambar-gambar
dengan kata-kata, menafsirkan kalimat atau kata-kata dengan gambar, dan
menafsirkan bilangan-bilangan dengan kata-kata atau sebaliknya.
b.
Examplifying atau kemampuan
memberikan contoh khusus dari suatu konsep yang umum.
c.
Classsifying atau kemampuan mengklasifikasikan,
yaitu terjadi ketika seorang siswa merekognisi suatu contoh atau kejadian
menjadi suatu konsep tertentu. Mengklasifikasikan merupakan proses yang dimulai
dengan pemberian sebuah contoh khusus kepada siswa yang kemudian mendorong
siswa untuk menemukan sebuah konsep umum.
d.
Summarizing atau merangkum, yaitu terjadi
ketika siswa memberi kesan atas sebuah statemen tunggal yang mewakili suatu
informasi yang disajikan. Yang termasuk merangkum adalah membangun sebuah
representasi suatu informasi dari suatu peran. Nama lain merangkum adalah
menggeneralisasikan dan mengabstraksikan. Mengabstraksi sebuah rangkuman
berarti seperti menentukan sebuah tema utama.
e.
Inferring atau menduga, yaitu kemampuan
menemukan sebuah bentuk dari sejumlah contoh-contoh yang serupa atau menduga
suatu objek. Inferring terjadi ketika
seseorang dapat membuat suatu abstraksi dari sebuah konsep atau sejumlah
contoh-contoh melalui hubungan pengkodean contoh-contoh yang relevan. Sebagai
contoh, ketika siswa diberikan sejumlah bilangan berurut seperti 1, 2, 3, 5, 8,
13, 21, … Inferring terjadi ketika
siswa dapat membedakan bentuk dari sejumlah bilangan yang satu dengan bilangan
sebelumnya. Proses pendugaan suatu objek termasuk membuat perbandingan di
antara sekumpulan konteks tertentu. Nama lain menduga, yaitu mengektrapolasi,
interpolasi, memprediksi, dan mengkonklusikan.
f.
Comparing atau membandingkan. Membandingkan
terjadi ketika seorang siswa diberikan sebuah informasi baru kemudian siswa
meneliti lebih lanjut dengan mengkorespondensikan informasi tersebut dengan
pengetahuan yang lebih dikenalnya. Membandingkan berarti juga menemukan
korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan bentuk pola suatu objek,
kejadian, dan ide yang lainnya.
g.
Explaining atau menjelaskan, yaitu terjadi
ketika seorang siswa dapat mengkonstruksi dan menggunakan penyebab dan efek
model sebuah sistem.
4. Contoh
Soal Pemahaman
Berdasarkan
jenis-jenis masalah menurut Ruseffendi. Berikut
a.
Pemahaman
translasi.
Waginoh memiliki
sebuah meja belajar lipat yang berbentuk persegi panjang. Meja belajar tersebut
memiliki panjang 40cm dan lebarnya 25 cm. Ubahlah pernyataan tersebut kedalam
kalimat matematika!
b.
Pemahaman
interprestasi.
Tentukanlah
letak kordinat-kordinat berikut!
a.(2,7) b.(-4, 5) c.(5,-8)
c.
Suatu
pekerjaan dapat selesai oleh 8 orang dalam waktu 24 hari. Jika jumlah pekerja
bertambah menjadi 16 orang, berapa hari pekerjaan tersebut dapat selesai?
C. Penalaran
1. Pengertian Kemampuan Penalaran
Kemampuan untuk
menggunakan nalar sangatlah penting untuk memahami matematika. Dengan
mengembangkan ide-ide dalam suatu permasalahan dapat terciptanya dugaan atau
hipotesis untuk penyelesaiannya. Kemampuan penalaran ini dibutuhkan dalam dunia
pendidikan. Menurut Gilarso (Setyono, 2008) yang dimaksud dengan penalaran
adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal
atau lebih yang atas dasar alasan-alasan tertentu dan dengan langkah-langkah
tertentu sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Nico (2012) penalaran adalah
sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
Wikipedia (2014) mengemukakan bahwa penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Suherman dan
Winataputra (Gunawan, 2013) menyatakan bahwa, “Penalaran adalah proses berpikir
yang dilakukan untuk menarik kesimpulan”. Kesimpulan yang bersifat umum bisa
ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual, tetapi dapat juga sebaliknya
dari hal yang bersifat individual menjadi bersifat umum.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah suatu penjelasan yang
berasal dari proses berpikir yang menghasilkan kesimpulan, baik sebuah konsep
maupun pengertian. Dengan kata lain, kemampuan penalaran ini terfokus terhadap
kesimpulan dari penyerapan ide-ide yang telah dibuktikan secara ilmiah.
2. Jenis Kemampuan Penalaran
Kemampuan
penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Jenis kemampuan penalaran ini dibutuhkan untuk mengetahui adanya berbagai pola
pikir yang ada. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 2 jenis kemampuan
penalaran.
a.
Penalaran
induktif
Menurut Smart (Nadia, 2011), “Penalaran induktif adalah
penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat
umum”. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi (pengamatan)
atau empirik. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum. Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan
istilah generalisasi. Sagala
(2006, hlm. 77) mengemukakan bahwa, “Berpikir induktif ialah suatu proses dalam
berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum”. Orang mencari
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis
fenomena.
b.
Penalaran
deduktif
Matematika
terkenal dengan penalaran deduktifnya, karena matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan saja. Menurut Maulana (2006, hlm. 29),
“Bahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran
pernyataan-pernyataan lain. Dalam penalaran deduktif kebenaran setiap
pernyataan harus didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar”. Menurut
Sagala (2006, hlm. 76),
“Pendekatan
dduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum hingga
keadaan khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam
keadaan khusus”.
Seperti telah dijelaskan di atas, terdapat dua jenis kemampuan penalaran,
yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan
dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi
simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Penalaran deduktif
merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau
fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3. Indikator Kemampuan Penalaran
Kemampuan
penalaran berpengaruh pada kurikulum pendidikan, sehingga berkaitan dengan
indikator pada setiap materi yang akan dibahas. Menurut Maulana (2011),
indikator dalam kemampuan penalaran matematik adalah sebagai berikut:
a.
Menarik
kesimpulan logis.
b.
Memberi
penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat, dan hubungan.
c.
Memperkirakan
jawaban dan proses solusi.
d.
Menggunakan
pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik.
e.
Menyusun
dan menguji konjektur.
f.
Merumuskan
lawan contoh.
g.
Mengikuti
aturan inferensi, memeriksa validitas argumen.
h.
Menyusun
argumen yang valid.
i.
Menyusun
pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematik.
4. Tujuan Kemampuan Penalaran
Berdasarkan
indikator kemampuan penalaran tersebut, didapatkan beberapa tujuan dari
kemampuan penalaran, diantaranya sebagai berikut.
a.
Bisa berpikir logis.
b.
Mengetahui penjelasan yang berkaitan
dengan model, fakta, sifat, dan hubungan.
c.
Dapat melakukan dugaan sementara atau
hipotesis.
d.
Dapat melakukan pembuktian dengan
penalaran deduktif.
e. Dapat
membedakan antara argumen yang valid ataupun sebaliknya.
5. Soal Kemampuan Penalaran
a. Contoh
soal penalaran induktif.
Tebaklah bangun datar
apa yang sesuai dengan penjelasan ini?
1)
Memiliki empat sisi yang sama panjang.
2)
Memiliki empat sudut yang sama besar. Besar masing-masing
sudut adalah 90ᵒ.
3)
Kelilingnya adalah 4 x sisi.
4)
Luasnya adalah sisi x sisi.
5)
Memiliki dua diagonal sama panjang.
6)
Memiliki empat simetri putar.
7)
Memiliki empat simetri lipat.
Bangun datar tersebut
ialah ……..
b.
Contoh soal penalaran deduktif.
Soal ini diberikan
setelah adanya penanaman konsep mengenai luas bangun datar yang telah
disampaikan oleh guru sebelumnya. Berapakah luas persegi panjang yang memiliki
panjang 8 cm dan lebar 3 cm?
D. Kemampuan
Komunikasi
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi
Komunikasi
matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa. Pengertian dari kemampuan komunikasi matematika dilihat
dari beberapa sumber yaitu menurut Ontario Ministry of Education (Nurdina, 2013) kemampuan komunikasi
merupakan, “Proses esensial pembelajaran matematika karena melalui komunikasi,
siswa merenungkan, memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman mereka
tentang hubungan dan argumen matematika”.
Menurut
Wahyudin (Rizky, 2012) mengemukakan bahwa,
Komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan
matematika. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelangengan
untuk gagasan-gagasan serta menjadikan gagasan itu diketahui publik”.
Menurut NCTM (Nurdina,
2013), “Komunikasi yaitu cara untuk berbagi gagasan dan mengklarifikasi
pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan-gagasan menjadi objek-objek refleksi,
penghalusan, diskusi, dan perombakan”. Dengan demikian proses komunikasi juga
membantu membangun makna dan kelanggengan untuk gagasan-gagasan, serta juga
menjadikan gagasan-gagasan itu diketahui publik.
Asikin (Rizky, 2012) mengemukakan
komunikasi matematika dapat diartikan sebagai, ”Suatu peristiwa saling hubungan
atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan pesan”. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat
secara tertulis maupun lisan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi pada dasarnya adalah bagian esensial
dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara untuk
mengklarifikasi pemahaman dan melanggengkan gagasan-gagasan sehingga
gagasan-gagasan itu diketahui publik.
2.
Aspek Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi
dalam matematika mencakup komunikasi secara tertulis maupun lisan atau verbal
(Mahmudi, 2004). Komunikasi secara tertulis dapat berupa kata‐kata,
gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa.
Komunikasi tertulis dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian
matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai
konsep untuk menyelesaikan masalah. Proses komunikasi dapat membantu siswa
membangun pemahamannya terhadap ide‐ide matematika
dan membuatnya mudah dipahami. Ketika siswa ditantang untuk berpikir tentang
matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang atau siswa lain secara lisan
maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide‐ide
matematika itu lebih terstrukur dan menyakinkan, sehingga ide‐ide
itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh diri mereka sendiri. Dengan
demikian, proses komunikasi akan bermanfaat bagi siswa terhadap pemahamannya
akan konsep‐konsep matematika.
Menurut
Vermont Department of Education, (Mahmudi,
2004) komunikasi matematika melibatkan tiga
aspek, diantanya sebagai berikut.
a.
Menggunakan
bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya untuk mengkomunikasikan
aspek‐aspek penyelesaian masalah.
b.
Menggunakan
representasi matematika secara akurat untuk mengkomunikasikan penyelesaian
masalah.
c.
Mempresentasikan
penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur dengan baik.
Ada alasan penting mengapa pelajaran matematika terfokus
pada pengkomunikasian, menurut Wahyudin (Rizky, 2012), matematika pada dasarnya
adalah suatu bahasa. Bahasa disajikan sebagai suatu makna representasi dan
makna komunikasi. Matematika juga merupakan alat yang tak terhingga adanya
untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, cermat dan tepat.
3.
Manfaat Kemampuan Komunikasi
Kemampuan
komunikasi sebagai salah satu dari lima standar proses NCTM selain memiliki
tujuan, tentunya memiliki juga manfaat bagi siswa. Menurut Asikin (Rizky,
2012), uraian tentang peran penting komunikasi dalam pembelajaran matematika
dideskripsikan sebagai berikut.
a.
Komunikasi dimana
ide matematika dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam
cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai
keterkaitan materi matematika.
b.
Komunikasi merupakan
alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan pemahaman
matematika para siswa.
c.
Melalui komunikasi,
siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika
mereka.
d.
Komunikasi antar
siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksian
pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah, dan peningkatan
penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan ketrampilan sosial.
e.
Writing and talking dapat menjadi alat
yang sangat bermakna (powerful) untuk
membentuk komunitas matematika yang inklusif.
4. Indikator Kemampuan Komunikasi
Dalam proses
pembelajaran matematika, ketika siswa belajar untuk menemukan, memahami dan mengembangkan konsep yang sedang
dipelajarinya melalui kegiatan berpikir,
menulis dan berdiskusi sesungguhnya mereka telah menggunakan kemampuan
matematika. Ada beberapa indikator kemampuan komunikasi dalam diskusi yang
diungkapkan oleh Djumhur (Rizky, 2012), yaitu:
a.
Siswa ikut
menyampaikan pendapat tentang masalah yang dibahas.
b.
Siswa
berpartisipasi aktif dalam menanggapi pendapat yang diberikan siswa lain.
c.
Siswa mau
mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak dimengerti.
d.
Mendengarkan secara
serius ketika siswa lain mengemukakan pendapat.
Menurut
Utari (Rizky, 2012), indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika
adalah:
a.
Menghubungkan benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
b.
Menjelaskan ide,
situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata,
gambar, grafik dan aljabar.
c.
Menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik.
d.
Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e.
Membaca dengan
pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa indikator dari kemampuan komunikasi yaitu: (1) Menyampaikan
pendapat,
mendengarkan dan berdiskusi tentang masalah
yang dibahas;
(2) Mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak
dimengerti;
(3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematik; (4) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
5. Mengembangkan Kemampuan
Komunikasi Siswa
Solusi pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi yang dikemukakan dalam jurnal Ontario
Ministry of Education Communication in the Mathematics Classroom (Nurdina, 2013) ada tiga,
“Pembelajaran Gallery walk, Kongres Matematika dan Bansho”. Pembelajaran
ini memberikan kesempatan kepada siswa dan memfasilitasi waktu untuk berbicara
dan mendengarkan secara aktif satu sama, mendisklusikan pemikiran tentang
konsep matematika kepada orang lain dan merefleksikan apa yang mereka pelajari.
Bahkan, forum diskusi ini terorganisir dan mendorong siswa untuk berbagi ide
yang menantang.
a.
Gallery walk
Fosnot
& Dolkdalam Ontario Ministry of
Education Gallery walk adalah teknik diskusi interaktif yang
mendapat siswa keluar dari kursi mereka dan menjadi mode fokus dan keterlibatan
aktif dengan siswa lainnya dalam ide ‘matematika. Tujuan dari Gallery
walk adalah agar siswa dan guru memiliki komunikasi matematis dan terlibat
dengan berbagai solusi melalui analisis dan respon. Hal ini sering dilakukan
setelah siswa telah menghasilkan solusi untuk masalah dalam pembelajaran
matematika. Solusi dapat direkam pada komputer, potongan kertas di atas meja
atau diposting pada bagan kertas.
b.
Math Kongres
Math Kongres adalah strategi
pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh Fosnot dan Dolk dalam Ontario
Ministry of Education. Tujuan kongres adalah untuk mendukung pengembangan
matematika di pembelajaran dalam masyarakat kelas, memperbaiki kesalahan dalam
pekerjaan anak-anak atau mendapatkan kesepakatan tentang jawaban. Sebuah
kongres memungkinkan guru untuk memfokuskan siswa pada penalaran tentang
beberapa ide matematika besar yang berasal dari pemikiran matematika yang ada
pada solusi siswa ketika mengerjakan permasalahan matematika. Oleh karena itu,
kongres matematika bukan tentang menunjukkan setiap solusi, karena waktu tidak
cukup, dua atau tiga solusi strategis siswa dipilih, dalam rangka untuk
mengembangkan pembelajaran matematika setiap siswa. Untuk mengeksplorasi
strategi ini, mencoba memecahkan masalah sendiri dalam dua cara yang berbeda.
c.
Bansho (Dewan
Menulis)
Bansho, dalam bahasa Jepang, secara
harfiah berarti menulis papan. Menurut Fernandez dan Yoshida dalam Ontario
Ministry of Education tujuan Bansho
adalah untuk mengatur dan merekam asal dari pikiran matematika dandiproduk si
secara kolektifoleh siswa di papan tulis ukuran besar. Menulis di papan
tersebut meliputi penggunaan ekspresi matematis, angka dan diagram solusi siswa
dan strategi untuk masalah pelajaran. Karena ini catatan tertulis memungkinkan
perbandingan secara simultan multipel-solusi metode, ada potensi siswa untuk
membangun ide-ide matematika baru dan memperdalam matematika mereka. Papan
tulis adalah catatan tertulis dari pelajaran keseluruhan, para siswa dan guru
memiliki pandangan seluruh diskusi matematika di kelas pada seluruh pelajaran.
Selain itu, dengan pemodelan organisasi yang efektif, Bansho mendorong keterampilan mencatat matematika siswa. Guru
menjaga semua pelajaran yang ditulis pada papan tulis tanpa menghapus.
Menurut Goetz (Mahmudi, 2004), mengembangkan
kemampuan komunikasi dalam matematika tidak berbeda jauh dengan mengembangkan
kemampuan komunikasi di bidang lain. Berikut pendapat dan saran yang
dikemukakannya terkait pengembangan komunikasi matematika siswa.
a.
Brainstorming (curah pendapat)
Perlunya curah pendapat yaitu untuk
mengawali proses menulis siswa. Curah pendapat dapat mencakup pengungkapan
sejumlah daftar kata atau konsep yang mungkin diperlukan untuk
mengkomunikasikan ide‐ide matematika. Daftar kata atau konsep
tersebut dapat diletakkan di dinding yang memungkinkan siswa dapat
mengaksesnya.
b.
Tujuan penulisan
Ketika siswa menulis dalam seni bahasa,
mereka hendaknya berpikir tentang kepada siapa tulisan itu ditujukan. Hal ini
juga hendaknya terjadi dalam menulis matematika. Apabila tugas menulis
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, siswa hendaknya mengetahui
bahwa pembaca tulisan mereka adalah guru atau sekelompok penilai yang belum
mereka ketahui. Hal ini berarti siswa harus menulis dengan jelas yang mencakup
berbagai informasi lengkap yang relevan sehingga mudah dipahami.
c.
Memberi
kesempatan secara verbal
Siswa perlu diberikan kesempatan
terlebih dahulu untuk mengungkapkan ide‐ide secara
verbal sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan meningkatkan kedalaman dan
kejelasan tulisan siswa.
d.
Memberikan
ide kunci
Beri
kesempatan siswa untuk menggambarkan ide‐ide kuncinya.
Selanjutnya minta siswa untuk mendeskripsikan ide‐ide mereka dalam
bentuk gambar. Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa memulai
menulis dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah
mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah beberapa katakata yang memungkinkan
dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa
merasa berhasil dan yakin untuk dapat menuliskan ide‐ide
mereka secara tertulis secara langsung.
e.
Revisi
Dorong dan beri kesempatan siswa untuk
merevisi dan membetulkan tulisan mereka. Merevisi merupakan kegiatan
memperbaiki kesalahan yang ada.
f.
Refleksi
Refleksi merupakan kunci pemahaman.
Tanpa memberikan kesempatan bagi siswa merefleksi diri, pembelajaran matematika
hanya merupakan sederet aktivitas yang rutin.
6. Peran Guru dalam Pengembangan
Kemampuan Komunikasi Siswa
Guru sebagai ujung tombak pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan komunikasi
siswa. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai pembimbing, pengarah, pemberi informasi, maupun sebagai
fasilitator. NCTM (Rizky,
2012) mengungkapkan mengenai aktivitaspara guru dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa, yaitu:
a.
Menyelidiki
pertanyaan dan tugas yang diberikan, menarik hati dan menantang masing-masing
siswa untuk berfikir.
b.
Meminta siswa untuk
mengklarifikasi dan menilai ide-ide mereka secara lisan dan tulisan.
c.
Menilai kedalam
pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi.
d.
Memutuskan kapan
dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika kepada
siswa.
e.
Memutuskan kapan
untuk memberi informasi, kapan mengklarifikasi suatu permasalahan, dan kapan
untuk membiarkan para siswa bergelut dengan pemikiran dan penalarannya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
f.
Memonitor
partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana untuk
memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi.
Menurut
Jacob (Umar, 2012), makna membangun kemampuan komunikasi bagi guru adalah
sebagai “teaching how to learn mathematics”, sedangkan bagi siswa
bermakna sebagai “learning how to learn mathematics”. Oleh karena itu, jadikan siswa sebagai
subjek dan objek belajar dalam suatu pembelajaran untuk memperoleh ilmu dari
guru dan pengalaman siswa itu sendiri.
7. Soal kemampuan Komunikasi
a.
Perhatikan gambar dibawah ini!
Daerah yang diarsir menyatakan pecahan berapa?
Daerah yang tidak diarsir menyatakan pecahan berapa?
b.
Perhatikan gambar dibawah ini!
Apakah bagian yang diarsir menyatakan pecahan
?
- Perhatikan
gambar di bawah ini!
Apakah bagian yang diarsir menyatakan pecahan
?
- Perhatikan
gambar di bawah ini!
Arsirlah
gambar diatas sehingga menyatakan pecahan
dan
!
E.
Kemampuan
Koneksi
1.
Pengertian Kemampuan Koneksi
Koneksi matematis berasal dari
Bahasa Inggris yaitu dari kata Mathematical Connection yang kemudian
dipopulerkan NCTM pada tahun 1989. Menurut
Suherman (Nurulislamidiana,
2013),
Kemampuan koneksi dalam matematika adalah kemampuan untuk
mengkaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan
bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.
Yang
menjadi pokok bahasan dalam koneksi disini terdapat tiga hal yaitu pengkoneksian
antar konsep dalam matematika, pengkoneksian dengan disiplin ilmu lain serta
pengkoneksian secara kontekstual. Sementara itu Widarti (2013) mengemukakan bahwa,
Kemampuan
koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam mencari hubungan suatu representasi
konsep dan prosedur, memahami antar topik matematika, dan kemampuan siswa
mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, kemampuaan koneksi matematika adalah kemampuan untuk
menghubungkan konsep baik secara interdisipliner maupun multidisipliner, serta
mampu mengaplikassikannya pada kehidupan nyata. Sehingga pengkoneksian tidak hanya menghubungkan antar topik dalam
matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan
juga dengan kehidupan.
2. Aspek-aspek Kemampuan Koneksi
matematika
Menurut
Coxford (Yuli, 2011) terdapat tiga aspek yang berkaitan dengan koneksi
matematika, “Penyatuan tema–tema, proses matematika dan penghubung-penghubung
matematika”. Secara rinci mengenai ketiga aspek tersebut akan dibahas berikut
ini:
- Penyatuan
tema-tema.
Penyatuan
tema-tema seperti perubahan (change), data dan bentuk (shape)
dapat digunakan untuk menarik perhatian terhadap sifat dasar matematika yang
saling berkaitan. Gagasan tentang perubahan dapat menjadi penghubung antara
aljabar, geometri, matematika diskrit dan kalkulus.
Contohnya adalah
Bagaimana keliling suatu bangun datar dapat berubah ketika bangun datar
tersebut ditranformasikan? Pertanyaan tersebut memberikan kesempatan untuk
mengaitkan topik-topik matematika dengan menghubungkannya melalui tema
perubahan. Tema lain yang memberikan kesempatan yang luas untuk membuat koneksi
matematika adalah data. Misalnya data berpasangan menjadi konteks dan motivasi
untuk mempelajari fungsi linear karena data berpasangan sering ditampilkan
dengan grafik fungsi. Selain itu, bentuk adalah tema lain yang dapat digunakan
untuk memperlihatkan koneksi.
- Proses
matematika
Proses
matematika meliputi: Representasi, aplikasi, problem solving dan reasoning.
Empat kategori aktivitas ini akan terus berlangsung selama seseorang
mempelajari matematika. Agar siswa dapat memahami konsepsecara mendalam, mereka
harus dapat membuat koneksi di antara representasi. Aktivitas aplikasi, problem
solving dan reasoning membutuhkan berbagai pendekatan matematika
sehingga siswa dapat menemukan koneksi.
- Penghubung-penghubung
matematika.
Fungsi, matriks,
algoritma, variabel, perbandingan dan transformasi merupakan ide–ide matematika
yang menjadi penghubung ketika mempelajari topik–topik matematika dengan
spektrum yang luas.
Kemampuan
koneksi matematik merupakan suatu gabungan dari berbagai topik atau konsep
tertentu yang memiliki keterhubungan. Koneksi matematika berdasarkan dengan
bagaimana cara pengkoneksiannya dapat dibagi menjadi tiga aspek pengkoneksian
yaitu:
a.
Aspek
koneksi antar topik matematika.
Aspek ini dapat membantu siswa
menghubungkan konsep–konsep matematika untuk menyelesaikan suatu situasi
permasalahan matematika.
b.
Aspek
koneksi dengan disiplin ilmu lain.
Aspek ini menunjukkan bahwa matematika
sebagai suatu disiplin ilmu, selain dapat berguna untuk pengembangan disiplin
ilmu yang lain, juga dapat berguna untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan bidang studi lainnya.
c.
Aspek
koneksi dengan dunia nyata siswa atau koneksi dengan kehidupan sehari-hari.
Aspek ini menunjukkan bahwa matematika
dapat bermanfaat untuk menyelesaikan suatu permasalahan di kehidupan
sehari–hari.
3.
Indikator Kemampuan Koneksi
Salah satu pentingnya siswa
diberikan latihan-latihan yang berkenaan dengan soal-soal koneksi adalah bahwa
dalam matematika setiap konsep berkaitan satu sama lain,
seperti dalil-dengan dalil, antara teori-dengan
teori, antara topik-dengan topik, dan antara
cabang-cabang matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (Nurulislamidiana,
2013), yang mengemukakan bahwa,
Dalam matematika setiap konsep itu berkaitan dengan konsep
lain. Begitu pula antara yang lainnnya misalnya antara dalil dengan dalil,
antara teori dan teori, antara topik denan topik, antara cabang matematika. Oleh karena
itu, agar siswa berhasil belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi
kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu.
Selain itu untuk lebih jelas akan
kemampuan yang akan dikembangkan khususnya koneksi pada siswa maka yang perlu
diperhatikan yaitu indikator pencapaiannya. Adapun indikator kermampuan koneksi
matematik menurut Sartika (Nurulislamidiana,
2013), adalah.
a.
Mencari
hubungan antar berbagai representatif konsep dan prosedur.
b.
Memahami hubungan antar topik
matematika.
c.
Menggunakan matematika dalam bidang
studi lain atau kehidupan sehari-hari.
d.
Memahamai representatif ekuivalen
konsep yang sama.
e.
Mencari koneksi satu prosedur lain
dalam representasi yang ekuivalen.
f.
Menggunakan koneksi antar topik
matematika dan antar topik matematika dengan topik lain.
4.
Tujuan Kemampuan Koneksi
Matematika
Pengembangan
kemampuan koneksi siswa tentunya memilki tujuan. Tujuan tersebut harus
dijadikan acuan pencapaian keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan koneksi
siswa. Adapun tujuan koneksi matematika menurut NCTM (Yuli, 2011), adalah agar
siswa dapat:
a.
Mengenali
representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama.
b.
Mengenali
hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen.
c.
Menggunakan
dan menilai koneksi beberapa topik matematika.
d.
Menggunakan
dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu yang lain.
Dalam
mengembangkan kemampuan koneksi agar dapat mengukur pada tujuan maka diperlukan
suatu pedoman penskoran. Kriteria penskoran untuk tes kemampuan koneksi diberi
level 0, 1, 2, 3, dan 4. Persoalan yang diberikan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kemampuan koneksi matematik. Kriteria pedoman penskoran menurut
Sabandar (Nurulislamidiana, 2013), sebagai berikut.
Tabel
2.1
Kriteria
Pemberian Skor menurut Sabandar
Skor
Kriteria
4
Lengkap dan kompeten
3
Kompetensi dasar
2
Jawaban Parsial
1
Jawaban hanya coba-coba
0
Tidak ada respon
5. Kemampuan Koneksi Matematika
Siswa
Kemampuan-kemampuan
yang diharapkan setelah siswa mendapatkan pembelajaran yang menekankan pada
aspek koneksi matematika menurut standar kurikulum NCTM (Yuli 2011, hlm. 5),
adalah.
a.
Siswa
dapat menggunakan koneksi antar topik matematika.
b.
Siswa
dapat menggunakan koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain.
c.
Siswa
dapat mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama.
d.
Siswa
dapat menghubungkan prosedur antar representasi ekuivalen.
e.
Siswa
dapat menggunakan ide–ide matematika untuk memperluas pemahaman tetang ide-ide
matematika lainnya.
f.
Siswa
dapat menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah
yang muncul pada disiplin ilmu lain.
g.
Siswa
dapat mengeksplorasi dan menjelaskan hasilnya dengan grafik, aljabar, model
matematika verbal atau representasi.
6.
Soal Kemampuan Koneksi Matematika
a.
Soal
koneksi antarkonsep dalam matematika.
Jika diketahui
isi air dalam sebuah kubus 108 cm
kubik, akan ditumpahkan kepada tabung
yang berdiameter 14 cm maka ketinggian air dalam tabung tersebut adalah….
b.
Soal
koneksi antarmateri pelajaran.
Jika adi membeli
sepatu yang sedang ada diskon 40 %. Harga sepatu sebelum di diskon adalah Rp.
200.000,00. Kemudian sepatu tersebut dijual kembali kepada temannya dengan
harga Rp. 170.000,00, maka Adi dari penjualan sepatu tersebut untung atau rugi?
c.
Soal
koneksi kontekstual.
Ridi membeli
empat buku dan tiga pensil. Harga untuk
satu buku Rp. 2.500,00 dan satu buah pensil Rp. 750,00, maka berapa uang yang
harus dibayar oleh Ridi?
F. Pemecahan
Masalah
1. Makna Masalah dan Pengertian
Pemecahan Masalah
Sebagai manusia kita tidak akan pernah
terlepas dari masalah. Masalah senantiasi mengiringi kehidupan manusia dan
masalah inilah yang dapat membuat manusia menjadi berkembang jika mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut. Tapi seperti apakah masalah itu?
Apakah masalah setiap orang sama? Masalah yang kita hadapi dalam kehidupan
sehari-hari merupakan situasi tertentu yang dapat menimbulkan kebingungan serta
ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan. Maka dari itu diperlukan upaya
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kadar masalah bagi setiap orang tentu
tidak akan sama, ada kemungkinan suatu situasi dianggap masalah bagi seseorang
namun di situasi yang sama hal tersebut bukan masalah bagi seseorang yang
lainnya. Kemudian seperti apa masalah yang dapat dijadikan bahan pembelajaran,
khususnya dalam matematika?
Menurut Winarti &Harmini (2011), suatu pertanyaan akan
merupakan masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat
segera digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Masalah yang
bisa menjadi bahan pembelajaran juga bisa tersirat pada situasi sedemikian
hingga situasi itu sendiri membutuhkan alternatif pemecahan masalah. Suatu
pertanyaan dapat menjadi masalah tergantung pada siapa pertanyaan tersebut
dihadapkan sesuai dengan tingkat berpikir serta kemampuan dalam kesiapan
mengahadapi masalah tersebut. Suatu pertanyaan bisa diartikan sebagai suatu
permasalahan jika dapat menantang seseorang untuk menemukan alternatif
pemecahannya. Inti dari makna masalah adalah situasi yang menuntut adanya
penyelesaian atau pemecahan yang dilakukan melalui prosedur tertentu (bukan
prosedur yang rutin), dan membutuhkan penalaran yang lebih luas dan rumit.
Menurut Adjie & Maulana (2006), “Pemecahan
atau penyelesaian masalah merupakan suatu proses penerimaan tantangan dan kerja
keras untuk menyelesaikan masalah”. Sependapat dengan pernyataan Wahyudin
(2012), “Pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran
matematika, dengan demikian pemecahan masalah jangan dijadikan bagian yang
terpisah dari pembelajaran”. Pada pembelajaran matematika, pemecahan masalah
bukanhanya suatu sasaran belajar, tetapi sekaligus sebagai cara untuk melakukan
proses belajar itu sendiri.
2. Tujuan dan Indikator Pemecahan
Masalah
Pada
dasarnya pemecahan masalah dalam matematika bertujuan untuk membantu siswa
dalam mengenbangkan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliiknya. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Menurut Maulana (2008),
Pemecahan masalah akan mendorong siswa
untuk berpikir kritis dalam memandang setiap permasalahan, kemudian mencoba
menemukan jawaban secara kreatif, sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih
baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupannya.
Menurut
Ruseffendi (tanpa tahun) tujuan pemecahan masalah diberikan kepada siswa
adalah: (1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi,menumbuhkan
sifat kreativitas; (2) di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan
(berhitung, dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca
dan membuat pernyataan yang benar; (3) dapat menimbulkan jawaban yang asli,
baru, khas, dan beraneka ragam, dan dapat menambah pengetahuan baru; (4) dapat
meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; (5)
mengajak siswa untuk memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya;
(6) Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu
bidang studi tetapi (bila diperlukan) banyak bidang studi, malahan dapat
melibatkan pelajaran lain di luar pelajaran sekolah; merangsang siswa untuk
menggunakan segala kemampuannya.
Menurut Sumarmo (Smart Institute, 2011), pemecahan
masalah sebagai tujuan dapat dirinci dengan indikator sebagai berikut:
- Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan
masalah.
- Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah
sehari-hari dan menyelesaikannya.
- Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan
masalah matematika dan atau di luar matematika.
- Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
- Menerapkan matematika secara bermakna
3. Jenis Masalah dalam Matematika
Siswa pada umumnya akan tertarik
menyelesaikan suatu masalah jika masalah tersebut dapat memunculkan
ketertarikan serta kebermaknaan bagi diri mereka. Masalah yang dapat dingkat
untuk pembelajaran matematika di SD harus masalah-masalah yang berasal serta
sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pemecahan
masalah-masalah tersebut siswa akan diberi kesempatan untuk membangun
pengetahuan matematis yang baru.
Menurut Winarti & Harmini (2011),
masalah dapat dibedakan berdasarkan sumber masalahnya, yaitu, permainan,
peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, iklan, sains, data, peta,
konstruksi, dan pola. Sedangkan menurut Adjie & Maulana (2006), masalah
dapat dibedakan berdasarkan bentuk rumusan masalah dan teknik pengerjaanya,
yaitu:
1.
masalah
translasi,
2.
masalah
aplikasi.
3.
masalah
proses, dan
4.
masalah
teka-teki.
Masalah translasi merupakan masalah
dalam kehidupan sehari-hari siswa yang disajikan dalam bentuk verbal dalam
kaitan matematika. Masalah yang ada pada kehidupan siswa ini bisa berupa
masalah sederhana atau bisa juga masalah kompleks yang memerlukan penalaran
serta prosedur yang lebih rumit untuk penyelesaiannya.
Masalah aplikasi merupakan masalah dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelesaian dengan
menggunakan berbagai prosedur serta keterampilan matematika yang telah mereka
pahami sebelumnya. Penyelesaian masalah ini lebih menekankan pada aspek
kebermaknaan matematika itu sendiri. Siswa akan dapat menyadari bahwa
matematika akan sangat berguna dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Masalah proses merupakan masalah yang
dalam penyelesaiannya siswa diarahkan untuk menyusun langkah-langkah dalam
merumuskan pola pemecahan masalah tersebut. Pemberian masalah seperti ini dapat
melatih keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa untuk
menjadi terbiasa meyeleksi masalah dalam berbagai situasi.
Masalah teka-teki merupakan masalah yang
mengarahkan siswa untuk merasakan kesenangan dalam kegiatan matematika,
sehingga pada diri mereka dapat tertanam sikap positif terhadap matematika itu
sendiri. Masalah seperti ini juga dapat mengasah otak siswa serta digunakan
untuk pengantar suatu pembelajaran, untuk memfokuskan perhatian, atau untuk
mengisi waktu kelas yang sedang senggang.
4. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Penyelesaian suatu masalah merupakan
sebuah tantangan yang akan menuntut siswa untuk berpikir dan bekerja keras.
Konsep atau rumus matematika tidak akan dapat langsung diterapkan untuk
menyelesaikan suatu masalah, karena terdapat kemungkinan masalah yang satu dan
yang lainnya tidak sama dalam langkah penyelesaiannya. Siswa terlebih dahulu
dituntut untuk mampu memahami maksud dari suatu masalah hingga pada akhirnya
mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Polya (Winarti & Harmini,
2011) terdapat langkah-langkah dalam pemecahan masalah,
a.
memahami
masalah,
b.
merencanakan
pemecahan masalah,
c.
melaksanakan
pemecahan masalah, dan
d.
meninjau
kembali kelengkapan pemecahan masalah.
Pemahaman terhadap suatu masalah berarti
siswa mampu mengetahui serta mengerti apa yang hendak disampaikan oleh masalah
yang disajikan tersebut. Untuk mampu memahami masalah, siswa bisa melakukan
beberapa cara seperti membaca secara berulang masalah yang disajikan hingga
dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah tersebut,
mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, dan tidak menambahkan hal-hal yang
diluar cakupan masalah tersebut.
Langkah selanjutnya yaitu merencanakan
dan melaksanakan pemecahan masalah. Perencanaan masalah harus dilakukan dengan
melihat hubungan antara data-data yang disajikan sehingga bisa memunculkan ide
suatu rencana untuk melaksanakan pemecahan masalah. Pada pembelajaran
matematika di SD terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu masalah, diataranya:
a.
Menyederhanakan
masalah serta menghilangkan hal atau situasi yang tidak mungkin.
b.
Mengumpulkan
data yang ada pada masalah.
c.
Menyusun
cara dan menentukan rumus yang akan digunakan.
d.
Menggunakan
rumus dengan membagi masalah menjadi bagian-bagian.
e.
Menggunakan
informasi yang diketahui untuk mengembangkan pemecahan masalah tersebut.
Apabila
penyelesaian masalah telah dilaksanakan oleh siswa, arahkan mereka untuk
melakukan peninjauan kembali terhadap hasil pekerjaan mereka. Langkah ini dapat
dilakukan melalui mengecek hasil dan bila perlu meninjau apakah terdapat cara
lain dalam pemecahan masalah tersebut. Peninjauan kembali ini dimaksudkan agar
siswa merasa yakin dengan jawabannya sehingga alternatif pemecahan masalah yang
mereka pilih dapat diterapkan pada situasi lain yang relatif memiliki kesamaan.
Siswa juga dilatih supaya tidak merasa puas atas satu jawaban tetapi mereka
bisa mengkaji alternatif pemecahan masalah yang lainnya, bahkan siswa juga bisa
dilatih membuat masalah sendiri untuk dipecahkan.
5. Melatih Keterampilan Pemecahan
Masalah
Pembelajaran masalah matematika pada
dasarnya melatih siswa untuk mampu menerapkan pengetahuan matematika yang telah
mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang diangkat harus masalah
yang sudah tidak asing dan memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, sehingga dalam pembelajaran guru dapat memilih pendekatan yang sesuai.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan Matematika Realistik
melalui soal cerita.
Sutawidjaja (Adjie & Maulana, 2006)
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan soal cerita dapat
diarahkan kepada pendekatan model dan pendekatan terjemahan (translasi). Pada
pendekatan model siswa terlebih dahulu membaca atau mendengarkan soal cerita
kemudian mereka diberi kesempatan untuk mencocokan situasi pada soal tersebut
dengan model yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Sedangkan pada pendekatan
terjemahan (translasi) siswa harus membaca kata demi kata dan ungkapan demi
ungkapan dari soal cerita kemudian menterjemahkannya ke dalam kalimat
matematika.
Menurut Maulana (2008), terdapat
beberapa langkah yang dapat ditempuh guru dalam membantu siswa agar mampu
memecahkan masalah antara lain dengan memberikan masalah dalam konteks yang
beragam setiap hari, atau bahkan setiap jam pelajaran matematika. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Melatih
siswa membaca masalah.
b.
Bertanya
kepada siswa mengenai pemahaman terhadap masalah tersebut.
c.
Merencanakan
strategi penyelesaian.
d.
Menyelesaikan
masalah.
e.
Mendiskusikan
hasil.
Keterampilan memecahkan masalah perlu
dilatih sejak dini. Siswa SD perlu dilatih mengembangkan pemecahan masalah,
khususnya yang berkaitan dengan matematika. Guru harus mampu menyajikan masalah
yang sesuai dengan pengalaman serta tingkat berpikir siswa. Guru dapat
menggunakan beberapa cara untuk mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa
seperti memberikan masalah pada setiap jam pelajaran matematika atau menyajikan
aktivitas untuk memecahkan masalah itu sendiri.
6. Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
a.
Masalah
Translasi
1)
Translasi
Sederhana
Pada suatu hari Dede disuruh ibunya
membeli 2 kg telur ayam dan 3 kg daging ayam di pasar. Jika harga 1 kg telur
ayam Rp 15.000,00 dan harga 1 kg daging ayam Rp 24.000,00 maka berapa total
uang yang harus dibayar oleh Dede?
2)
Translasi
Kompleks
Pak Ahmad berniat mengubin kamar anaknya
yang berbentuk persegi panjang dengan keramik warna putih. Kamar anak Pak Ahmad
berbentuk persegi panjang dengan ukuran lebar 3 m dan ukuran panjangnya satu
setengah kali lebih besar dari ukuran lebarnya, dan luas kamar tersebut sekitar
13,5 m2. Keramik yang akan digunakan Pak Ahmad berbentuk persegi
dengan ukuran sisinya 30 cm dan harga satu keramik adalah Rp 4.000,00. Berapa
uang yang diperlukan Pak Ahmad untuk membeli keramik yang dibutuhkan untuk mengubin
secara penuh kamar anaknya tersebut?
b.
Masalah
Aplikasi
Dede sudah
menabung selama 2 bulan dan sudah terkumpul uang sebanyak Rp 120.000,00. Dede
bermaksud menggunakan uang tersebut untuk membeli sepatu untuk keperluan
sekolah. Untuk menemukan harga yang minimal namun kualitas tetap maksimal, Dede
melihat-lihat terlebih dahulu “jenis dan merek sepatu” yang diinginkan di
berbagai toko. Jika harga sepatu dengan “jenis dan merek” yang diinginkan Dede
di toko Aa harganya Rp 140.000,00 dengan diskon 10 %, di toko Bb harganya
150.000,00 dengan diskon 20%, dan di toko Cc harganya Rp 160.000,00 dengan
diskon 30%. Jika Dede ingin membeli sepatu tersebut dengan harga yang seminimal
mungkin, di toko manakah Dede harus membelinya?
DAFTAR
PUSTAKA
Adjie,
Nahrowi & Maulana. (2006). Pemecahan
Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.
Gunawan,
Panji Ridwan. (2013). Kemampuan Penalaran
Matematis. [Online]. Tersedia di:
http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/09/kemampuan-penalaran-matematis.html. Diakses 28
April 2014.
Herdian
(2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online].
Tersedia di: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/.
Diakses 28 April 2014.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Kamus
Versi Online/Daring (Dalam Jaringan). [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/.
Diakses 27 April 2014
Kurniawan,
Rudy (2009). Kemampuan Pemahaman dan
Pemecahan Masalah Matematik. [Online]. Tersedia di: http://rudyks3-majalengka.blogspot.com/2009/01/kemampuan-pemahaman-dan-pemecahan.html. Diakses 29 April 2014.
Mahmudi,
Ali.(2004). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
Matematika.[Online] Tersedia di: http://eprints.uny.ac.id/7247/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf. Diakses 29
April 2014.
Maulana. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Maulana.
(2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press.
Maulana. (2011). Dasar-dasar
Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 1. Subang: Royyan Press.
Nadia. (2011). Pengertian Penalaran
dan Macam-macam. [Online]. Tersedia di: http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian
-penalaran-dan-macam-macam.html
Diakses 28 April 2014.
Nico.
(2012). Definisi Penalaran. [Online].
Tersedia di: http://nicokani.blogspot.com/2012/03/definisi-penalaran.html. Diakses 28
April 2014.
Nurulislamidiana,
rifka. (2013). Kemampuan Koneksi Matematika. [Online] Tersedi di:
http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/kemampuan-koneksi-matematik.html. Diakses 25
April 2014.
Sagala, Syaiful. (2005). Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Setyono.
(2008). Bab I Pendahuluan. [Online].
Tesedia di: http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-i-pendahuluan_09.html. Diakses 28
April 2014.
Smart Institute. (2011). Pemecahan
Masalah Matematik. [Online].
Tersedia di: http://www.poin99plus.com/2011/03/pemecahan-masalah-matematik.html. Diakses 29
April 2014.
Tanpa
nama. (2014). Pemecahan Masalah Matematika. [Online].
Tersedia di: httpdigilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-Master-22972-8106171013%20-%20BAB%20II.pdf. Diakses 29 April 2014.
Umar, Wahyudin.
(2012). Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. [Online] Tersedia di: Http://E-Journal.Stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/2/1.
Diakses 25 April 2014.
Van De Walle,
John A. (2003). Pengembangan Pengajaran
Matematika. Jakarta: Erlangga
Wahyudin.
(2012). Filsafat dan Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung:
Mandiri.
Widarti, Arif
(2013). Kemampuan Koneksi Matematis Dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual
Ditinjau dari Kemampuan Matematis Siswa. [Online] Tersedia di: ejurnal.stkipjb.ac.id/index.php/AS/article/.../205/141. Diakses 28 April 2014.
Wikipedia.
(2014). Penalaran. [Online] Tersedia
di: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penalaran&oldid=7648831 [28 April 2014]
Winarti,
E. S. & Sri Harmini. (2011). Matematika untuk PGSD. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Yuli. (2011). Makalah Koneksi Matematika. [Online] tersedia di: http://yulimpd.wordpress.com/2011/01/27/makalah-koneksi-matematika/. Diakses 29
April 2014.
NCTM
A. Standar Proses NCTM
Standar proses merujuk kepada proses
matematika yang mana melalui proses tersebut siswa memperoleh dan menggunakan
pengetahuan matematika. Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai
sesuatu yang terpisah dari standar isis dalam kurikulum matematika. Kelima
standar proses mengarahkan metode-metode atau proses-proses untuk mengerjakan
seluruh matematika. Oleh karena itu, harus dilihat sebagai komponen-komponen
integral dengan pembelajaran dan pengajaran matematika. NCTM memuat lima
standar proses, yaitu:
1.
Pemahaman
2.
Penalaran
3.
Komunikasi
4.
Koneksi
5.
Pemecahan
masalah
Menurut
Van de Wale (2003), “mengajar matematika yang mencerminkan kelima standar
proses merupakan pengertian terbaik dari mengajar matematika menurut standar
NCTM”. Oleh karena itu bagi guru mutlak adanya
untuk menguasai keterampilan lima standar proses tersebut dalam
mengajar.
B. Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Kemampuan
pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran,
memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan
hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih
mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga
merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru,
sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.
Salahsatu tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami peserta didik. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa
siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan
dipahami sepenuhnya oleh siswa.
Pemahaman merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris yaitu understanding. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang artinya
mengerti benar dalam suatu hal. Sedangkan Bahasa Inggris pemahaman disebut comperhenson. Dalam istilah lain
pemahaman dapat disebut juga “mengerti” yang artinya kemampuan memahami.
Menurut Driver (Hasanah, 2004, hlm. 20),
“Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu
tindakan”. Dari pengertian tersebut terdapat tiga kata kunci, yaitu: Kemampuan mengenal, kemampuan menjelaskan, kemampuan
menginterprestasi atau kemampuan menarik kesimpulan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Machener bahwa untuk
memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui lima hal,
yaitu:
1.
Objek
itu sendiri.
2.
Relasinya
dengan objek lain yang sejenis.
3.
Relasinya
dengan objek lain yang tidak sejenis.
4.
Relasi
dual dengan objek lain yang sejenis.
5.
Relasi
dengan objek dalam teori lainnya.
2. Jenis-jenis
Pemahaman
Terdapat beberapa pendapat para ahli
yang menkjelaskan tentang jenis-jenis pemahaman matematika, salah satunya yang
paling populer adalah jenis pemahaman berdasarkan taksonomi tujuan Bloom,
Ruseffendi (Herdian, 2010) yang menyebutkan bahwa pemahaman dapat digolongkan
kedalam tiga segi yang berbeda yaitu pemahaman translasi (pengubahan),
interprestasi (pemberi arti), ekstrapolasi (pembuatan ekstrapolasi).
Pemahaman translasi merupakan
kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dalam bentuk lain dari
pernyataan atau ide yang dikenal sebelumnya. Misalnya mengubah soal cerita luas
persegipanjang kedalam kalimat. matematika. Pemahaman interprestasi adalah
kemampuan untuk memahami suatu ide yang disusun ke dalam bentuk lain, misalnya
mengubah persamaan garis ke dalam bentuk gambar. Pemahaman ekstrapolasi adalah
keterampilan untuk meramalkan kalanjutan dari kecenderungan yang ada, misalnya membayangkan
bentuk yang terjadi akibat dari perputaran luas daerah yang diputar terhadap
sumbu X dan sumbu Y.
Menurut Maulana (2011) ada beberapa
jenis pemahaman menurut beberapa ahli. Adapun jenis-jenis pemahaman yang
dikemukakan oleh beberapa ahli ialah sebagai berikut.
a.
Polya membagi
kemampuan pemahaman menjadi empat tahap. Keempat tahap pemahaman menurut Polya
ialah sebagai berikut.
1)
Pemahaman
mekanikal yang dicirikan oleh kemampuan mengingat dan menerapkan rumus secara
rutin dan menghitung secara sederhana.
2)
Pemahaman
induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau
dalam kasus serupa.
3)
Pemahaman
rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran suatu rumus atau teorema.
4)
Pemahaman
intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran tanpa ragu-ragu sebelum
menganalisis lebih lanjut.
b. Polattsek membagi pemahaman dalam dua jenis,
yakni sebagai berikut.
1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat
menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan secara
algoritmik saja.
2) Pemahaman fungsional, ditandai
dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, dan menyadari proses yang
dikerjakannya.
c. Copeland membedakan dua jenis pemahaman
yakni sebagai berikut.
1) Knowing how to, yaitu dapat melakukan suatu
perhitungan secara rutin atau algoritmik.
2) Knowing, yaitu dapat mengerjakan suatu
perhitungan secara sadar.
d. Skemp membedakan dua jenis pemahaman:
1) Pemahaman instrumental, dengan ciri
hafal konsep atau prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan
rumus dalam perhitungan sederhana, dan melakukan pengerjaan hitung secara
algoritmik.
2) Pemahaman relasional, yakni
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip dengan
prinsip lainnya.
Terkait dengan pemahaman siswa terhadap konsep
matematika menurut NCTM (Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa.
a.
Mengidentifikasi
konsep secara verbal dan tulisan.
b.
Membuat
contoh dan non contoh penyangkalan.
c.
Mempresentasikan
suatu konsep dengan model, diagram dan simbol.
d.
Mengubah
suatu bentuk representasi ke bentuk lain
e.
Mengidentifikasi
sifat-sifat suatu konsep dengan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu
konsep.
f.
Mengenal
berbagai makna dan interprestasi konsep.
g.
Membandingkan
dan membedakan konsep-konsep.
3. Aspek
Kemampuan Pemahaman Matematika
Terdapat beberapa aspek yang harus
termuat dalam kemampuan pemahaman. Menurut Kurniawan (2009), terdapat tujuh
aspek yang harus termuat dalam kemampuan pemahaman, yakni sebagai berikut.
a.
Interpreting/menginterpretasikan/menafsirkan,
yaitu suatu kemampuan untuk menafsirkan suatu objek yang diawali dengan proses
perubahan representasi yang satu ke representasi yang lainnya. Misalnya,
menguraikan sesuatu dengan kata-katanya sendiri, menafsirkan gambar-gambar
dengan kata-kata, menafsirkan kalimat atau kata-kata dengan gambar, dan
menafsirkan bilangan-bilangan dengan kata-kata atau sebaliknya.
b.
Examplifying atau kemampuan
memberikan contoh khusus dari suatu konsep yang umum.
c.
Classsifying atau kemampuan mengklasifikasikan,
yaitu terjadi ketika seorang siswa merekognisi suatu contoh atau kejadian
menjadi suatu konsep tertentu. Mengklasifikasikan merupakan proses yang dimulai
dengan pemberian sebuah contoh khusus kepada siswa yang kemudian mendorong
siswa untuk menemukan sebuah konsep umum.
d.
Summarizing atau merangkum, yaitu terjadi
ketika siswa memberi kesan atas sebuah statemen tunggal yang mewakili suatu
informasi yang disajikan. Yang termasuk merangkum adalah membangun sebuah
representasi suatu informasi dari suatu peran. Nama lain merangkum adalah
menggeneralisasikan dan mengabstraksikan. Mengabstraksi sebuah rangkuman
berarti seperti menentukan sebuah tema utama.
e.
Inferring atau menduga, yaitu kemampuan
menemukan sebuah bentuk dari sejumlah contoh-contoh yang serupa atau menduga
suatu objek. Inferring terjadi ketika
seseorang dapat membuat suatu abstraksi dari sebuah konsep atau sejumlah
contoh-contoh melalui hubungan pengkodean contoh-contoh yang relevan. Sebagai
contoh, ketika siswa diberikan sejumlah bilangan berurut seperti 1, 2, 3, 5, 8,
13, 21, … Inferring terjadi ketika
siswa dapat membedakan bentuk dari sejumlah bilangan yang satu dengan bilangan
sebelumnya. Proses pendugaan suatu objek termasuk membuat perbandingan di
antara sekumpulan konteks tertentu. Nama lain menduga, yaitu mengektrapolasi,
interpolasi, memprediksi, dan mengkonklusikan.
f.
Comparing atau membandingkan. Membandingkan
terjadi ketika seorang siswa diberikan sebuah informasi baru kemudian siswa
meneliti lebih lanjut dengan mengkorespondensikan informasi tersebut dengan
pengetahuan yang lebih dikenalnya. Membandingkan berarti juga menemukan
korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan bentuk pola suatu objek,
kejadian, dan ide yang lainnya.
g.
Explaining atau menjelaskan, yaitu terjadi
ketika seorang siswa dapat mengkonstruksi dan menggunakan penyebab dan efek
model sebuah sistem.
4. Contoh
Soal Pemahaman
Berdasarkan
jenis-jenis masalah menurut Ruseffendi. Berikut
a.
Pemahaman
translasi.
Waginoh memiliki
sebuah meja belajar lipat yang berbentuk persegi panjang. Meja belajar tersebut
memiliki panjang 40cm dan lebarnya 25 cm. Ubahlah pernyataan tersebut kedalam
kalimat matematika!
b.
Pemahaman
interprestasi.
Tentukanlah
letak kordinat-kordinat berikut!
a.(2,7) b.(-4, 5) c.(5,-8)
c.
Suatu
pekerjaan dapat selesai oleh 8 orang dalam waktu 24 hari. Jika jumlah pekerja
bertambah menjadi 16 orang, berapa hari pekerjaan tersebut dapat selesai?
C. Penalaran
1. Pengertian Kemampuan Penalaran
Kemampuan untuk
menggunakan nalar sangatlah penting untuk memahami matematika. Dengan
mengembangkan ide-ide dalam suatu permasalahan dapat terciptanya dugaan atau
hipotesis untuk penyelesaiannya. Kemampuan penalaran ini dibutuhkan dalam dunia
pendidikan. Menurut Gilarso (Setyono, 2008) yang dimaksud dengan penalaran
adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal
atau lebih yang atas dasar alasan-alasan tertentu dan dengan langkah-langkah
tertentu sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Nico (2012) penalaran adalah
sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
Wikipedia (2014) mengemukakan bahwa penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Suherman dan
Winataputra (Gunawan, 2013) menyatakan bahwa, “Penalaran adalah proses berpikir
yang dilakukan untuk menarik kesimpulan”. Kesimpulan yang bersifat umum bisa
ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual, tetapi dapat juga sebaliknya
dari hal yang bersifat individual menjadi bersifat umum.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah suatu penjelasan yang
berasal dari proses berpikir yang menghasilkan kesimpulan, baik sebuah konsep
maupun pengertian. Dengan kata lain, kemampuan penalaran ini terfokus terhadap
kesimpulan dari penyerapan ide-ide yang telah dibuktikan secara ilmiah.
2. Jenis Kemampuan Penalaran
Kemampuan
penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Jenis kemampuan penalaran ini dibutuhkan untuk mengetahui adanya berbagai pola
pikir yang ada. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 2 jenis kemampuan
penalaran.
a.
Penalaran
induktif
Menurut Smart (Nadia, 2011), “Penalaran induktif adalah
penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat
umum”. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi (pengamatan)
atau empirik. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum. Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan
istilah generalisasi. Sagala
(2006, hlm. 77) mengemukakan bahwa, “Berpikir induktif ialah suatu proses dalam
berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum”. Orang mencari
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis
fenomena.
b.
Penalaran
deduktif
Matematika
terkenal dengan penalaran deduktifnya, karena matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan saja. Menurut Maulana (2006, hlm. 29),
“Bahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran
pernyataan-pernyataan lain. Dalam penalaran deduktif kebenaran setiap
pernyataan harus didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar”. Menurut
Sagala (2006, hlm. 76),
“Pendekatan
dduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum hingga
keadaan khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam
keadaan khusus”.
Seperti telah dijelaskan di atas, terdapat dua jenis kemampuan penalaran,
yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan
dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi
simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. Penalaran deduktif
merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau
fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3. Indikator Kemampuan Penalaran
Kemampuan
penalaran berpengaruh pada kurikulum pendidikan, sehingga berkaitan dengan
indikator pada setiap materi yang akan dibahas. Menurut Maulana (2011),
indikator dalam kemampuan penalaran matematik adalah sebagai berikut:
a.
Menarik
kesimpulan logis.
b.
Memberi
penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat, dan hubungan.
c.
Memperkirakan
jawaban dan proses solusi.
d.
Menggunakan
pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik.
e.
Menyusun
dan menguji konjektur.
f.
Merumuskan
lawan contoh.
g.
Mengikuti
aturan inferensi, memeriksa validitas argumen.
h.
Menyusun
argumen yang valid.
i.
Menyusun
pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematik.
4. Tujuan Kemampuan Penalaran
Berdasarkan
indikator kemampuan penalaran tersebut, didapatkan beberapa tujuan dari
kemampuan penalaran, diantaranya sebagai berikut.
a.
Bisa berpikir logis.
b.
Mengetahui penjelasan yang berkaitan
dengan model, fakta, sifat, dan hubungan.
c.
Dapat melakukan dugaan sementara atau
hipotesis.
d.
Dapat melakukan pembuktian dengan
penalaran deduktif.
e. Dapat
membedakan antara argumen yang valid ataupun sebaliknya.
5. Soal Kemampuan Penalaran
a. Contoh
soal penalaran induktif.
Tebaklah bangun datar
apa yang sesuai dengan penjelasan ini?
1)
Memiliki empat sisi yang sama panjang.
2)
Memiliki empat sudut yang sama besar. Besar masing-masing
sudut adalah 90ᵒ.
3)
Kelilingnya adalah 4 x sisi.
4)
Luasnya adalah sisi x sisi.
5)
Memiliki dua diagonal sama panjang.
6)
Memiliki empat simetri putar.
7)
Memiliki empat simetri lipat.
Bangun datar tersebut
ialah ……..
b.
Contoh soal penalaran deduktif.
Soal ini diberikan
setelah adanya penanaman konsep mengenai luas bangun datar yang telah
disampaikan oleh guru sebelumnya. Berapakah luas persegi panjang yang memiliki
panjang 8 cm dan lebar 3 cm?
D. Kemampuan Komunikasi
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi
Komunikasi
matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa. Pengertian dari kemampuan komunikasi matematika dilihat
dari beberapa sumber yaitu menurut Ontario Ministry of Education (Nurdina, 2013) kemampuan komunikasi
merupakan, “Proses esensial pembelajaran matematika karena melalui komunikasi,
siswa merenungkan, memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman mereka
tentang hubungan dan argumen matematika”.
Menurut
Wahyudin (Rizky, 2012) mengemukakan bahwa,
Komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan
matematika. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan kelangengan
untuk gagasan-gagasan serta menjadikan gagasan itu diketahui publik”.
Menurut NCTM (Nurdina,
2013), “Komunikasi yaitu cara untuk berbagi gagasan dan mengklarifikasi
pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan-gagasan menjadi objek-objek refleksi,
penghalusan, diskusi, dan perombakan”. Dengan demikian proses komunikasi juga
membantu membangun makna dan kelanggengan untuk gagasan-gagasan, serta juga
menjadikan gagasan-gagasan itu diketahui publik.
Asikin (Rizky, 2012) mengemukakan
komunikasi matematika dapat diartikan sebagai, ”Suatu peristiwa saling hubungan
atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan pesan”. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat
secara tertulis maupun lisan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi pada dasarnya adalah bagian esensial
dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara untuk
mengklarifikasi pemahaman dan melanggengkan gagasan-gagasan sehingga
gagasan-gagasan itu diketahui publik.
2. Aspek Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi
dalam matematika mencakup komunikasi secara tertulis maupun lisan atau verbal
(Mahmudi, 2004). Komunikasi secara tertulis dapat berupa kata‐kata,
gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa.
Komunikasi tertulis dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian
matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai
konsep untuk menyelesaikan masalah. Proses komunikasi dapat membantu siswa
membangun pemahamannya terhadap ide‐ide matematika
dan membuatnya mudah dipahami. Ketika siswa ditantang untuk berpikir tentang
matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang atau siswa lain secara lisan
maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide‐ide
matematika itu lebih terstrukur dan menyakinkan, sehingga ide‐ide
itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh diri mereka sendiri. Dengan
demikian, proses komunikasi akan bermanfaat bagi siswa terhadap pemahamannya
akan konsep‐konsep matematika.
Menurut
Vermont Department of Education, (Mahmudi,
2004) komunikasi matematika melibatkan tiga
aspek, diantanya sebagai berikut.
a.
Menggunakan
bahasa matematika secara akurat dan menggunakannya untuk mengkomunikasikan
aspek‐aspek penyelesaian masalah.
b.
Menggunakan
representasi matematika secara akurat untuk mengkomunikasikan penyelesaian
masalah.
c.
Mempresentasikan
penyelesaian masalah yang terorganisasi dan terstruktur dengan baik.
Ada alasan penting mengapa pelajaran matematika terfokus
pada pengkomunikasian, menurut Wahyudin (Rizky, 2012), matematika pada dasarnya
adalah suatu bahasa. Bahasa disajikan sebagai suatu makna representasi dan
makna komunikasi. Matematika juga merupakan alat yang tak terhingga adanya
untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, cermat dan tepat.
3. Manfaat Kemampuan Komunikasi
Kemampuan
komunikasi sebagai salah satu dari lima standar proses NCTM selain memiliki
tujuan, tentunya memiliki juga manfaat bagi siswa. Menurut Asikin (Rizky,
2012), uraian tentang peran penting komunikasi dalam pembelajaran matematika
dideskripsikan sebagai berikut.
a.
Komunikasi dimana
ide matematika dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam
cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai
keterkaitan materi matematika.
b.
Komunikasi merupakan
alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan pemahaman
matematika para siswa.
c.
Melalui komunikasi,
siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika
mereka.
d.
Komunikasi antar
siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksian
pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah, dan peningkatan
penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan ketrampilan sosial.
e.
Writing and talking dapat menjadi alat
yang sangat bermakna (powerful) untuk
membentuk komunitas matematika yang inklusif.
4. Indikator Kemampuan Komunikasi
Dalam proses
pembelajaran matematika, ketika siswa belajar untuk menemukan, memahami dan mengembangkan konsep yang sedang
dipelajarinya melalui kegiatan berpikir,
menulis dan berdiskusi sesungguhnya mereka telah menggunakan kemampuan
matematika. Ada beberapa indikator kemampuan komunikasi dalam diskusi yang
diungkapkan oleh Djumhur (Rizky, 2012), yaitu:
a.
Siswa ikut
menyampaikan pendapat tentang masalah yang dibahas.
b.
Siswa
berpartisipasi aktif dalam menanggapi pendapat yang diberikan siswa lain.
c.
Siswa mau
mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak dimengerti.
d.
Mendengarkan secara
serius ketika siswa lain mengemukakan pendapat.
Menurut
Utari (Rizky, 2012), indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi matematika
adalah:
a.
Menghubungkan benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
b.
Menjelaskan ide,
situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata,
gambar, grafik dan aljabar.
c.
Menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematik.
d.
Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e.
Membaca dengan
pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa indikator dari kemampuan komunikasi yaitu: (1) Menyampaikan
pendapat,
mendengarkan dan berdiskusi tentang masalah
yang dibahas;
(2) Mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak
dimengerti;
(3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematik; (4) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
5. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa
Solusi pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi yang dikemukakan dalam jurnal Ontario
Ministry of Education Communication in the Mathematics Classroom (Nurdina, 2013) ada tiga,
“Pembelajaran Gallery walk, Kongres Matematika dan Bansho”. Pembelajaran
ini memberikan kesempatan kepada siswa dan memfasilitasi waktu untuk berbicara
dan mendengarkan secara aktif satu sama, mendisklusikan pemikiran tentang
konsep matematika kepada orang lain dan merefleksikan apa yang mereka pelajari.
Bahkan, forum diskusi ini terorganisir dan mendorong siswa untuk berbagi ide
yang menantang.
a.
Gallery walk
Fosnot
& Dolkdalam Ontario Ministry of
Education Gallery walk adalah teknik diskusi interaktif yang
mendapat siswa keluar dari kursi mereka dan menjadi mode fokus dan keterlibatan
aktif dengan siswa lainnya dalam ide ‘matematika. Tujuan dari Gallery
walk adalah agar siswa dan guru memiliki komunikasi matematis dan terlibat
dengan berbagai solusi melalui analisis dan respon. Hal ini sering dilakukan
setelah siswa telah menghasilkan solusi untuk masalah dalam pembelajaran
matematika. Solusi dapat direkam pada komputer, potongan kertas di atas meja
atau diposting pada bagan kertas.
b.
Math Kongres
Math Kongres adalah strategi
pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh Fosnot dan Dolk dalam Ontario
Ministry of Education. Tujuan kongres adalah untuk mendukung pengembangan
matematika di pembelajaran dalam masyarakat kelas, memperbaiki kesalahan dalam
pekerjaan anak-anak atau mendapatkan kesepakatan tentang jawaban. Sebuah
kongres memungkinkan guru untuk memfokuskan siswa pada penalaran tentang
beberapa ide matematika besar yang berasal dari pemikiran matematika yang ada
pada solusi siswa ketika mengerjakan permasalahan matematika. Oleh karena itu,
kongres matematika bukan tentang menunjukkan setiap solusi, karena waktu tidak
cukup, dua atau tiga solusi strategis siswa dipilih, dalam rangka untuk
mengembangkan pembelajaran matematika setiap siswa. Untuk mengeksplorasi
strategi ini, mencoba memecahkan masalah sendiri dalam dua cara yang berbeda.
c.
Bansho (Dewan
Menulis)
Bansho, dalam bahasa Jepang, secara
harfiah berarti menulis papan. Menurut Fernandez dan Yoshida dalam Ontario
Ministry of Education tujuan Bansho
adalah untuk mengatur dan merekam asal dari pikiran matematika dandiproduk si
secara kolektifoleh siswa di papan tulis ukuran besar. Menulis di papan
tersebut meliputi penggunaan ekspresi matematis, angka dan diagram solusi siswa
dan strategi untuk masalah pelajaran. Karena ini catatan tertulis memungkinkan
perbandingan secara simultan multipel-solusi metode, ada potensi siswa untuk
membangun ide-ide matematika baru dan memperdalam matematika mereka. Papan
tulis adalah catatan tertulis dari pelajaran keseluruhan, para siswa dan guru
memiliki pandangan seluruh diskusi matematika di kelas pada seluruh pelajaran.
Selain itu, dengan pemodelan organisasi yang efektif, Bansho mendorong keterampilan mencatat matematika siswa. Guru
menjaga semua pelajaran yang ditulis pada papan tulis tanpa menghapus.
Menurut Goetz (Mahmudi, 2004), mengembangkan
kemampuan komunikasi dalam matematika tidak berbeda jauh dengan mengembangkan
kemampuan komunikasi di bidang lain. Berikut pendapat dan saran yang
dikemukakannya terkait pengembangan komunikasi matematika siswa.
a.
Brainstorming (curah pendapat)
Perlunya curah pendapat yaitu untuk
mengawali proses menulis siswa. Curah pendapat dapat mencakup pengungkapan
sejumlah daftar kata atau konsep yang mungkin diperlukan untuk
mengkomunikasikan ide‐ide matematika. Daftar kata atau konsep
tersebut dapat diletakkan di dinding yang memungkinkan siswa dapat
mengaksesnya.
b.
Tujuan penulisan
Ketika siswa menulis dalam seni bahasa,
mereka hendaknya berpikir tentang kepada siapa tulisan itu ditujukan. Hal ini
juga hendaknya terjadi dalam menulis matematika. Apabila tugas menulis
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, siswa hendaknya mengetahui
bahwa pembaca tulisan mereka adalah guru atau sekelompok penilai yang belum
mereka ketahui. Hal ini berarti siswa harus menulis dengan jelas yang mencakup
berbagai informasi lengkap yang relevan sehingga mudah dipahami.
c.
Memberi
kesempatan secara verbal
Siswa perlu diberikan kesempatan
terlebih dahulu untuk mengungkapkan ide‐ide secara
verbal sebelum menuliskannya. Hal yang demikian akan meningkatkan kedalaman dan
kejelasan tulisan siswa.
d.
Memberikan
ide kunci
Beri
kesempatan siswa untuk menggambarkan ide‐ide kuncinya.
Selanjutnya minta siswa untuk mendeskripsikan ide‐ide mereka dalam
bentuk gambar. Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa memulai
menulis dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah
mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah beberapa katakata yang memungkinkan
dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa
merasa berhasil dan yakin untuk dapat menuliskan ide‐ide
mereka secara tertulis secara langsung.
e.
Revisi
Dorong dan beri kesempatan siswa untuk
merevisi dan membetulkan tulisan mereka. Merevisi merupakan kegiatan
memperbaiki kesalahan yang ada.
f.
Refleksi
Refleksi merupakan kunci pemahaman.
Tanpa memberikan kesempatan bagi siswa merefleksi diri, pembelajaran matematika
hanya merupakan sederet aktivitas yang rutin.
6. Peran Guru dalam Pengembangan Kemampuan Komunikasi Siswa
Guru sebagai ujung tombak pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan komunikasi
siswa. Guru dalam pembelajaran berperan sebagai pembimbing, pengarah, pemberi informasi, maupun sebagai
fasilitator. NCTM (Rizky,
2012) mengungkapkan mengenai aktivitaspara guru dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa, yaitu:
a.
Menyelidiki
pertanyaan dan tugas yang diberikan, menarik hati dan menantang masing-masing
siswa untuk berfikir.
b.
Meminta siswa untuk
mengklarifikasi dan menilai ide-ide mereka secara lisan dan tulisan.
c.
Menilai kedalam
pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi.
d.
Memutuskan kapan
dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika kepada
siswa.
e.
Memutuskan kapan
untuk memberi informasi, kapan mengklarifikasi suatu permasalahan, dan kapan
untuk membiarkan para siswa bergelut dengan pemikiran dan penalarannya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
f.
Memonitor
partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana untuk
memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi.
Menurut
Jacob (Umar, 2012), makna membangun kemampuan komunikasi bagi guru adalah
sebagai “teaching how to learn mathematics”, sedangkan bagi siswa
bermakna sebagai “learning how to learn mathematics”. Oleh karena itu, jadikan siswa sebagai
subjek dan objek belajar dalam suatu pembelajaran untuk memperoleh ilmu dari
guru dan pengalaman siswa itu sendiri.
7. Soal kemampuan Komunikasi
a.
Perhatikan gambar dibawah ini!
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Daerah yang diarsir menyatakan pecahan berapa?
Daerah yang tidak diarsir menyatakan pecahan berapa?
b.
Perhatikan gambar dibawah ini!
|
|
|
|
Apakah bagian yang diarsir menyatakan pecahan
?

- Perhatikan gambar di bawah ini!
|
|
|
|
Apakah bagian yang diarsir menyatakan pecahan
?

|
|
|
|
- Perhatikan gambar di bawah ini!

Arsirlah
gambar diatas sehingga menyatakan pecahan
dan
!


E. Kemampuan Koneksi
1. Pengertian Kemampuan Koneksi
Koneksi matematis berasal dari
Bahasa Inggris yaitu dari kata Mathematical Connection yang kemudian
dipopulerkan NCTM pada tahun 1989. Menurut
Suherman (Nurulislamidiana,
2013),
Kemampuan koneksi dalam matematika adalah kemampuan untuk
mengkaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan
bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.
Yang
menjadi pokok bahasan dalam koneksi disini terdapat tiga hal yaitu pengkoneksian
antar konsep dalam matematika, pengkoneksian dengan disiplin ilmu lain serta
pengkoneksian secara kontekstual. Sementara itu Widarti (2013) mengemukakan bahwa,
Kemampuan
koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam mencari hubungan suatu representasi
konsep dan prosedur, memahami antar topik matematika, dan kemampuan siswa
mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, kemampuaan koneksi matematika adalah kemampuan untuk
menghubungkan konsep baik secara interdisipliner maupun multidisipliner, serta
mampu mengaplikassikannya pada kehidupan nyata. Sehingga pengkoneksian tidak hanya menghubungkan antar topik dalam
matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan
juga dengan kehidupan.
2. Aspek-aspek Kemampuan Koneksi matematika
Menurut
Coxford (Yuli, 2011) terdapat tiga aspek yang berkaitan dengan koneksi
matematika, “Penyatuan tema–tema, proses matematika dan penghubung-penghubung
matematika”. Secara rinci mengenai ketiga aspek tersebut akan dibahas berikut
ini:
- Penyatuan tema-tema.
Penyatuan
tema-tema seperti perubahan (change), data dan bentuk (shape)
dapat digunakan untuk menarik perhatian terhadap sifat dasar matematika yang
saling berkaitan. Gagasan tentang perubahan dapat menjadi penghubung antara
aljabar, geometri, matematika diskrit dan kalkulus.
Contohnya adalah
Bagaimana keliling suatu bangun datar dapat berubah ketika bangun datar
tersebut ditranformasikan? Pertanyaan tersebut memberikan kesempatan untuk
mengaitkan topik-topik matematika dengan menghubungkannya melalui tema
perubahan. Tema lain yang memberikan kesempatan yang luas untuk membuat koneksi
matematika adalah data. Misalnya data berpasangan menjadi konteks dan motivasi
untuk mempelajari fungsi linear karena data berpasangan sering ditampilkan
dengan grafik fungsi. Selain itu, bentuk adalah tema lain yang dapat digunakan
untuk memperlihatkan koneksi.
- Proses matematika
Proses
matematika meliputi: Representasi, aplikasi, problem solving dan reasoning.
Empat kategori aktivitas ini akan terus berlangsung selama seseorang
mempelajari matematika. Agar siswa dapat memahami konsepsecara mendalam, mereka
harus dapat membuat koneksi di antara representasi. Aktivitas aplikasi, problem
solving dan reasoning membutuhkan berbagai pendekatan matematika
sehingga siswa dapat menemukan koneksi.
- Penghubung-penghubung matematika.
Fungsi, matriks,
algoritma, variabel, perbandingan dan transformasi merupakan ide–ide matematika
yang menjadi penghubung ketika mempelajari topik–topik matematika dengan
spektrum yang luas.
Kemampuan
koneksi matematik merupakan suatu gabungan dari berbagai topik atau konsep
tertentu yang memiliki keterhubungan. Koneksi matematika berdasarkan dengan
bagaimana cara pengkoneksiannya dapat dibagi menjadi tiga aspek pengkoneksian
yaitu:
a.
Aspek
koneksi antar topik matematika.
Aspek ini dapat membantu siswa
menghubungkan konsep–konsep matematika untuk menyelesaikan suatu situasi
permasalahan matematika.
b.
Aspek
koneksi dengan disiplin ilmu lain.
Aspek ini menunjukkan bahwa matematika
sebagai suatu disiplin ilmu, selain dapat berguna untuk pengembangan disiplin
ilmu yang lain, juga dapat berguna untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan bidang studi lainnya.
c.
Aspek
koneksi dengan dunia nyata siswa atau koneksi dengan kehidupan sehari-hari.
Aspek ini menunjukkan bahwa matematika
dapat bermanfaat untuk menyelesaikan suatu permasalahan di kehidupan
sehari–hari.
3. Indikator Kemampuan Koneksi
Salah satu pentingnya siswa
diberikan latihan-latihan yang berkenaan dengan soal-soal koneksi adalah bahwa
dalam matematika setiap konsep berkaitan satu sama lain,
seperti dalil-dengan dalil, antara teori-dengan
teori, antara topik-dengan topik, dan antara
cabang-cabang matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (Nurulislamidiana,
2013), yang mengemukakan bahwa,
Dalam matematika setiap konsep itu berkaitan dengan konsep
lain. Begitu pula antara yang lainnnya misalnya antara dalil dengan dalil,
antara teori dan teori, antara topik denan topik, antara cabang matematika. Oleh karena
itu, agar siswa berhasil belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi
kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu.
Selain itu untuk lebih jelas akan
kemampuan yang akan dikembangkan khususnya koneksi pada siswa maka yang perlu
diperhatikan yaitu indikator pencapaiannya. Adapun indikator kermampuan koneksi
matematik menurut Sartika (Nurulislamidiana,
2013), adalah.
a.
Mencari
hubungan antar berbagai representatif konsep dan prosedur.
b.
Memahami hubungan antar topik
matematika.
c.
Menggunakan matematika dalam bidang
studi lain atau kehidupan sehari-hari.
d.
Memahamai representatif ekuivalen
konsep yang sama.
e.
Mencari koneksi satu prosedur lain
dalam representasi yang ekuivalen.
f.
Menggunakan koneksi antar topik
matematika dan antar topik matematika dengan topik lain.
4. Tujuan Kemampuan Koneksi Matematika
Pengembangan
kemampuan koneksi siswa tentunya memilki tujuan. Tujuan tersebut harus
dijadikan acuan pencapaian keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan koneksi
siswa. Adapun tujuan koneksi matematika menurut NCTM (Yuli, 2011), adalah agar
siswa dapat:
a.
Mengenali
representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama.
b.
Mengenali
hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen.
c.
Menggunakan
dan menilai koneksi beberapa topik matematika.
d.
Menggunakan
dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu yang lain.
Dalam
mengembangkan kemampuan koneksi agar dapat mengukur pada tujuan maka diperlukan
suatu pedoman penskoran. Kriteria penskoran untuk tes kemampuan koneksi diberi
level 0, 1, 2, 3, dan 4. Persoalan yang diberikan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kemampuan koneksi matematik. Kriteria pedoman penskoran menurut
Sabandar (Nurulislamidiana, 2013), sebagai berikut.
Tabel
2.1
Kriteria
Pemberian Skor menurut Sabandar
Skor
|
Kriteria
|
4
|
Lengkap dan kompeten
|
3
|
Kompetensi dasar
|
2
|
Jawaban Parsial
|
1
|
Jawaban hanya coba-coba
|
0
|
Tidak ada respon
|
5. Kemampuan Koneksi Matematika Siswa
Kemampuan-kemampuan
yang diharapkan setelah siswa mendapatkan pembelajaran yang menekankan pada
aspek koneksi matematika menurut standar kurikulum NCTM (Yuli 2011, hlm. 5),
adalah.
a.
Siswa
dapat menggunakan koneksi antar topik matematika.
b.
Siswa
dapat menggunakan koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain.
c.
Siswa
dapat mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama.
d.
Siswa
dapat menghubungkan prosedur antar representasi ekuivalen.
e.
Siswa
dapat menggunakan ide–ide matematika untuk memperluas pemahaman tetang ide-ide
matematika lainnya.
f.
Siswa
dapat menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan masalah
yang muncul pada disiplin ilmu lain.
g.
Siswa
dapat mengeksplorasi dan menjelaskan hasilnya dengan grafik, aljabar, model
matematika verbal atau representasi.
6. Soal Kemampuan Koneksi Matematika
a.
Soal
koneksi antarkonsep dalam matematika.
Jika diketahui
isi air dalam sebuah kubus 108 cm
kubik, akan ditumpahkan kepada tabung
yang berdiameter 14 cm maka ketinggian air dalam tabung tersebut adalah….
b.
Soal
koneksi antarmateri pelajaran.
Jika adi membeli
sepatu yang sedang ada diskon 40 %. Harga sepatu sebelum di diskon adalah Rp.
200.000,00. Kemudian sepatu tersebut dijual kembali kepada temannya dengan
harga Rp. 170.000,00, maka Adi dari penjualan sepatu tersebut untung atau rugi?
c.
Soal
koneksi kontekstual.
Ridi membeli
empat buku dan tiga pensil. Harga untuk
satu buku Rp. 2.500,00 dan satu buah pensil Rp. 750,00, maka berapa uang yang
harus dibayar oleh Ridi?
F. Pemecahan Masalah
1. Makna Masalah dan Pengertian Pemecahan Masalah
Sebagai manusia kita tidak akan pernah
terlepas dari masalah. Masalah senantiasi mengiringi kehidupan manusia dan
masalah inilah yang dapat membuat manusia menjadi berkembang jika mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut. Tapi seperti apakah masalah itu?
Apakah masalah setiap orang sama? Masalah yang kita hadapi dalam kehidupan
sehari-hari merupakan situasi tertentu yang dapat menimbulkan kebingungan serta
ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan. Maka dari itu diperlukan upaya
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kadar masalah bagi setiap orang tentu
tidak akan sama, ada kemungkinan suatu situasi dianggap masalah bagi seseorang
namun di situasi yang sama hal tersebut bukan masalah bagi seseorang yang
lainnya. Kemudian seperti apa masalah yang dapat dijadikan bahan pembelajaran,
khususnya dalam matematika?
Menurut Winarti &Harmini (2011), suatu pertanyaan akan
merupakan masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat
segera digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Masalah yang
bisa menjadi bahan pembelajaran juga bisa tersirat pada situasi sedemikian
hingga situasi itu sendiri membutuhkan alternatif pemecahan masalah. Suatu
pertanyaan dapat menjadi masalah tergantung pada siapa pertanyaan tersebut
dihadapkan sesuai dengan tingkat berpikir serta kemampuan dalam kesiapan
mengahadapi masalah tersebut. Suatu pertanyaan bisa diartikan sebagai suatu
permasalahan jika dapat menantang seseorang untuk menemukan alternatif
pemecahannya. Inti dari makna masalah adalah situasi yang menuntut adanya
penyelesaian atau pemecahan yang dilakukan melalui prosedur tertentu (bukan
prosedur yang rutin), dan membutuhkan penalaran yang lebih luas dan rumit.
Menurut Adjie & Maulana (2006), “Pemecahan
atau penyelesaian masalah merupakan suatu proses penerimaan tantangan dan kerja
keras untuk menyelesaikan masalah”. Sependapat dengan pernyataan Wahyudin
(2012), “Pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran
matematika, dengan demikian pemecahan masalah jangan dijadikan bagian yang
terpisah dari pembelajaran”. Pada pembelajaran matematika, pemecahan masalah
bukanhanya suatu sasaran belajar, tetapi sekaligus sebagai cara untuk melakukan
proses belajar itu sendiri.
2. Tujuan dan Indikator Pemecahan Masalah
Pada
dasarnya pemecahan masalah dalam matematika bertujuan untuk membantu siswa
dalam mengenbangkan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliiknya. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Menurut Maulana (2008),
Pemecahan masalah akan mendorong siswa
untuk berpikir kritis dalam memandang setiap permasalahan, kemudian mencoba
menemukan jawaban secara kreatif, sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih
baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupannya.
Menurut
Ruseffendi (tanpa tahun) tujuan pemecahan masalah diberikan kepada siswa
adalah: (1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi,menumbuhkan
sifat kreativitas; (2) di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan
(berhitung, dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca
dan membuat pernyataan yang benar; (3) dapat menimbulkan jawaban yang asli,
baru, khas, dan beraneka ragam, dan dapat menambah pengetahuan baru; (4) dapat
meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; (5)
mengajak siswa untuk memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat
analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya;
(6) Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu
bidang studi tetapi (bila diperlukan) banyak bidang studi, malahan dapat
melibatkan pelajaran lain di luar pelajaran sekolah; merangsang siswa untuk
menggunakan segala kemampuannya.
Menurut Sumarmo (Smart Institute, 2011), pemecahan
masalah sebagai tujuan dapat dirinci dengan indikator sebagai berikut:
- Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah.
- Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
- Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.
- Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
- Menerapkan matematika secara bermakna
3. Jenis Masalah dalam Matematika
Siswa pada umumnya akan tertarik
menyelesaikan suatu masalah jika masalah tersebut dapat memunculkan
ketertarikan serta kebermaknaan bagi diri mereka. Masalah yang dapat dingkat
untuk pembelajaran matematika di SD harus masalah-masalah yang berasal serta
sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pemecahan
masalah-masalah tersebut siswa akan diberi kesempatan untuk membangun
pengetahuan matematis yang baru.
Menurut Winarti & Harmini (2011),
masalah dapat dibedakan berdasarkan sumber masalahnya, yaitu, permainan,
peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, iklan, sains, data, peta,
konstruksi, dan pola. Sedangkan menurut Adjie & Maulana (2006), masalah
dapat dibedakan berdasarkan bentuk rumusan masalah dan teknik pengerjaanya,
yaitu:
1.
masalah
translasi,
2.
masalah
aplikasi.
3.
masalah
proses, dan
4.
masalah
teka-teki.
Masalah translasi merupakan masalah
dalam kehidupan sehari-hari siswa yang disajikan dalam bentuk verbal dalam
kaitan matematika. Masalah yang ada pada kehidupan siswa ini bisa berupa
masalah sederhana atau bisa juga masalah kompleks yang memerlukan penalaran
serta prosedur yang lebih rumit untuk penyelesaiannya.
Masalah aplikasi merupakan masalah dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelesaian dengan
menggunakan berbagai prosedur serta keterampilan matematika yang telah mereka
pahami sebelumnya. Penyelesaian masalah ini lebih menekankan pada aspek
kebermaknaan matematika itu sendiri. Siswa akan dapat menyadari bahwa
matematika akan sangat berguna dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Masalah proses merupakan masalah yang
dalam penyelesaiannya siswa diarahkan untuk menyusun langkah-langkah dalam
merumuskan pola pemecahan masalah tersebut. Pemberian masalah seperti ini dapat
melatih keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu siswa untuk
menjadi terbiasa meyeleksi masalah dalam berbagai situasi.
Masalah teka-teki merupakan masalah yang
mengarahkan siswa untuk merasakan kesenangan dalam kegiatan matematika,
sehingga pada diri mereka dapat tertanam sikap positif terhadap matematika itu
sendiri. Masalah seperti ini juga dapat mengasah otak siswa serta digunakan
untuk pengantar suatu pembelajaran, untuk memfokuskan perhatian, atau untuk
mengisi waktu kelas yang sedang senggang.
4. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Penyelesaian suatu masalah merupakan
sebuah tantangan yang akan menuntut siswa untuk berpikir dan bekerja keras.
Konsep atau rumus matematika tidak akan dapat langsung diterapkan untuk
menyelesaikan suatu masalah, karena terdapat kemungkinan masalah yang satu dan
yang lainnya tidak sama dalam langkah penyelesaiannya. Siswa terlebih dahulu
dituntut untuk mampu memahami maksud dari suatu masalah hingga pada akhirnya
mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Polya (Winarti & Harmini,
2011) terdapat langkah-langkah dalam pemecahan masalah,
a.
memahami
masalah,
b.
merencanakan
pemecahan masalah,
c.
melaksanakan
pemecahan masalah, dan
d.
meninjau
kembali kelengkapan pemecahan masalah.
Pemahaman terhadap suatu masalah berarti
siswa mampu mengetahui serta mengerti apa yang hendak disampaikan oleh masalah
yang disajikan tersebut. Untuk mampu memahami masalah, siswa bisa melakukan
beberapa cara seperti membaca secara berulang masalah yang disajikan hingga
dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah tersebut,
mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, dan tidak menambahkan hal-hal yang
diluar cakupan masalah tersebut.
Langkah selanjutnya yaitu merencanakan
dan melaksanakan pemecahan masalah. Perencanaan masalah harus dilakukan dengan
melihat hubungan antara data-data yang disajikan sehingga bisa memunculkan ide
suatu rencana untuk melaksanakan pemecahan masalah. Pada pembelajaran
matematika di SD terdapat beberapa langkah yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu masalah, diataranya:
a.
Menyederhanakan
masalah serta menghilangkan hal atau situasi yang tidak mungkin.
b.
Mengumpulkan
data yang ada pada masalah.
c.
Menyusun
cara dan menentukan rumus yang akan digunakan.
d.
Menggunakan
rumus dengan membagi masalah menjadi bagian-bagian.
e.
Menggunakan
informasi yang diketahui untuk mengembangkan pemecahan masalah tersebut.
Apabila
penyelesaian masalah telah dilaksanakan oleh siswa, arahkan mereka untuk
melakukan peninjauan kembali terhadap hasil pekerjaan mereka. Langkah ini dapat
dilakukan melalui mengecek hasil dan bila perlu meninjau apakah terdapat cara
lain dalam pemecahan masalah tersebut. Peninjauan kembali ini dimaksudkan agar
siswa merasa yakin dengan jawabannya sehingga alternatif pemecahan masalah yang
mereka pilih dapat diterapkan pada situasi lain yang relatif memiliki kesamaan.
Siswa juga dilatih supaya tidak merasa puas atas satu jawaban tetapi mereka
bisa mengkaji alternatif pemecahan masalah yang lainnya, bahkan siswa juga bisa
dilatih membuat masalah sendiri untuk dipecahkan.
5. Melatih Keterampilan Pemecahan Masalah
Pembelajaran masalah matematika pada
dasarnya melatih siswa untuk mampu menerapkan pengetahuan matematika yang telah
mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang diangkat harus masalah
yang sudah tidak asing dan memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, sehingga dalam pembelajaran guru dapat memilih pendekatan yang sesuai.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan Matematika Realistik
melalui soal cerita.
Sutawidjaja (Adjie & Maulana, 2006)
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan soal cerita dapat
diarahkan kepada pendekatan model dan pendekatan terjemahan (translasi). Pada
pendekatan model siswa terlebih dahulu membaca atau mendengarkan soal cerita
kemudian mereka diberi kesempatan untuk mencocokan situasi pada soal tersebut
dengan model yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Sedangkan pada pendekatan
terjemahan (translasi) siswa harus membaca kata demi kata dan ungkapan demi
ungkapan dari soal cerita kemudian menterjemahkannya ke dalam kalimat
matematika.
Menurut Maulana (2008), terdapat
beberapa langkah yang dapat ditempuh guru dalam membantu siswa agar mampu
memecahkan masalah antara lain dengan memberikan masalah dalam konteks yang
beragam setiap hari, atau bahkan setiap jam pelajaran matematika. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Melatih
siswa membaca masalah.
b.
Bertanya
kepada siswa mengenai pemahaman terhadap masalah tersebut.
c.
Merencanakan
strategi penyelesaian.
d.
Menyelesaikan
masalah.
e.
Mendiskusikan
hasil.
Keterampilan memecahkan masalah perlu
dilatih sejak dini. Siswa SD perlu dilatih mengembangkan pemecahan masalah,
khususnya yang berkaitan dengan matematika. Guru harus mampu menyajikan masalah
yang sesuai dengan pengalaman serta tingkat berpikir siswa. Guru dapat
menggunakan beberapa cara untuk mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa
seperti memberikan masalah pada setiap jam pelajaran matematika atau menyajikan
aktivitas untuk memecahkan masalah itu sendiri.
6. Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
a.
Masalah
Translasi
1)
Translasi
Sederhana
Pada suatu hari Dede disuruh ibunya
membeli 2 kg telur ayam dan 3 kg daging ayam di pasar. Jika harga 1 kg telur
ayam Rp 15.000,00 dan harga 1 kg daging ayam Rp 24.000,00 maka berapa total
uang yang harus dibayar oleh Dede?
2)
Translasi
Kompleks
Pak Ahmad berniat mengubin kamar anaknya
yang berbentuk persegi panjang dengan keramik warna putih. Kamar anak Pak Ahmad
berbentuk persegi panjang dengan ukuran lebar 3 m dan ukuran panjangnya satu
setengah kali lebih besar dari ukuran lebarnya, dan luas kamar tersebut sekitar
13,5 m2. Keramik yang akan digunakan Pak Ahmad berbentuk persegi
dengan ukuran sisinya 30 cm dan harga satu keramik adalah Rp 4.000,00. Berapa
uang yang diperlukan Pak Ahmad untuk membeli keramik yang dibutuhkan untuk mengubin
secara penuh kamar anaknya tersebut?
b.
Masalah
Aplikasi
Dede sudah
menabung selama 2 bulan dan sudah terkumpul uang sebanyak Rp 120.000,00. Dede
bermaksud menggunakan uang tersebut untuk membeli sepatu untuk keperluan
sekolah. Untuk menemukan harga yang minimal namun kualitas tetap maksimal, Dede
melihat-lihat terlebih dahulu “jenis dan merek sepatu” yang diinginkan di
berbagai toko. Jika harga sepatu dengan “jenis dan merek” yang diinginkan Dede
di toko Aa harganya Rp 140.000,00 dengan diskon 10 %, di toko Bb harganya
150.000,00 dengan diskon 20%, dan di toko Cc harganya Rp 160.000,00 dengan
diskon 30%. Jika Dede ingin membeli sepatu tersebut dengan harga yang seminimal
mungkin, di toko manakah Dede harus membelinya?
DAFTAR
PUSTAKA
Adjie,
Nahrowi & Maulana. (2006). Pemecahan
Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.
Gunawan,
Panji Ridwan. (2013). Kemampuan Penalaran
Matematis. [Online]. Tersedia di:
http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/09/kemampuan-penalaran-matematis.html. Diakses 28
April 2014.
Herdian
(2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online].
Tersedia di: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/.
Diakses 28 April 2014.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan). [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/. Diakses 27 April 2014
Kurniawan,
Rudy (2009). Kemampuan Pemahaman dan
Pemecahan Masalah Matematik. [Online]. Tersedia di: http://rudyks3-majalengka.blogspot.com/2009/01/kemampuan-pemahaman-dan-pemecahan.html. Diakses 29 April 2014.
Mahmudi,
Ali.(2004). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
Matematika.[Online] Tersedia di: http://eprints.uny.ac.id/7247/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf. Diakses 29
April 2014.
Maulana. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Maulana.
(2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press.
Maulana. (2011). Dasar-dasar
Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 1. Subang: Royyan Press.
Nadia. (2011). Pengertian Penalaran
dan Macam-macam. [Online]. Tersedia di: http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian
-penalaran-dan-macam-macam.html
Diakses 28 April 2014.
Nico.
(2012). Definisi Penalaran. [Online].
Tersedia di: http://nicokani.blogspot.com/2012/03/definisi-penalaran.html. Diakses 28
April 2014.
Nurulislamidiana,
rifka. (2013). Kemampuan Koneksi Matematika. [Online] Tersedi di:
http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/kemampuan-koneksi-matematik.html. Diakses 25
April 2014.
ijin bertanya, buku tentang indikator penalaran judulnya apa ya?
ReplyDelete