BERPIKIR KRITIS
Kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran
merupakan suatu kegiatan penemuan yang
difokuskan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuannya secara aktif. Artinya pengetahuan tersebut ditemukan, dibentuk,
dan dikembangkan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, sehingga hal
tersebut bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis setiap siswa.
Walker (Tanpa nama, 2012) mengemukakan bahwa,
Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam
pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman,
refleksi, di mana hasil proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil
tindakan.
Sedangkan menurut Fister (Ifada, 2010), “Apabila
seseorang sedang melakukan proses berpikir kritis berarti menjelaskan bagaimana
sesuatu itu dipikirkan”. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana
bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai”. Selanjutnya menurut Takwin (Susanto, 2013),
Berpikir
kritis adalah usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis, dan
mengikuti prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk
mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan apakah informasi itu
diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya.
Sementara itu, Spliter (Maulana, 2008)
menyatakan bahwa,“Berpikir kritis adalah instropeksi diri, dan berpikir kritis
membuat orang peka terhadap keadaan”.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah suatu proses intelektual
yang sengaja dilakukan secara aktif untuk mencapai suatu tindakan dalam
memecahkan suatu permasalahan. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat
mempengaruhi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga siswa tidak terlihat
membosankan ataupun pasif dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung.
Karakteristik dari kemampuan berpikir kritis dari beberapa
pendapat ada perbedaan namun pada
dasarnya antara satu dengan yang lainnya tidak ada pertentangan hanya ada
penambahan. Adanya perbedaan hal ini karena lebih bersifat cara pandang para
ahli tersebut dalam memaknai berpikir kritis. Berikut akan dipaparkan beberapa
pendapat mengenai karakteristik berpikir kritis menurut beberapa para ahli.Beyer (Afgani, 2014) mengatakan bahwa keterampilan berpikir
kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut:
1. Menentukan kredibilitas suatu sumber.
2. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
3. Membedakan fakta dari penilaian.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
5. Mengidentifikasi bias yang ada.
6. Mengidentifikasi sudut pandang.
7. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Sementara itu Ellis (Afgani, 2014) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir
kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan
nilai.
2. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang
relevan dengan yang tidak relevan.
3. Mampu menetapkan fakta yang akurat.
4. Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
5. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
6. Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
7. Mampu menditeksi bisa.
8. Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
9. Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
10. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Dari kedua pendapat para ahli tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1.
Membedakan
antara yang relevan dari yang tidak relevan.
2.
Mampu
menetapkan fakta yang akurat.
3.
Membedakan
antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang
tidak valid.
4.
Mampu
mendeteksi bisa.
5.
Mengevaluasi
bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
6.
Mampu
mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
7.
Mampu
menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
8.
Dapat
belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tidak kunjung hilang
dalam bekerjanya.
9.
Mempertanyakan
suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
Ennis
(Tanpa nama, 2011)mengemukakan, “Definisi berpikir kritis adalah berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Oleh karena itu, indikator kemampuan
berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut:
1.
Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2.
Mencari alasan.
3.
Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4.
Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya.
5.
Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6.
Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7.
Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8.
Mencari alternatif.
9.
Bersikap dan berpikir terbuka.
10. Mengambil
posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11. Mencari
penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12. Bersikap
secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Dari indikator kemempuan berpikir
kritis terebut dapat dijadikan pedoman dalam mengevaluasi kemempuan berpikir
kritis siswa. Jika siswa sudah menunjukan memiliki indikator tersebut dalam
berpikrnya maka sebagai guru berarti telah berhasil membuat siswa menjadi
kritis yang tentunya ini akan meningkatkan daya intelektual siswa.
Agar indikator kemempuan berpikir
kritis tersebut dapat tercapai maka perlu diperhatikan beberapa tahapan dalam
menerapkan kemampuan berpikir siswa.
Tahapan proses berpikir kreatif melalui lima tahap:
1.
Tahap
persiapan (mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan).
2.
Tahap
inkubasi (mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran).
3.
Tahap
iluminasi (tingkat inspirasi dikelola dan dikembangkan sehingga menjadi suatu
hasil).
4.
Tahap
verifikasi (perbaikan dan penyempurnaan).
5.
Tahap
aplikasi (mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut).
Peningkatan
berpikir kritis tentunya tidak serta merta dapat dicapai oleh setiap siswa,
karenanya perlu penerapan strategi untuk meningkatkan kemempuan berpikir
kritis. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wright dkk. (Maulana, 2008, hlm.
10), kemampuan berpikir kritis seseorang dapat ditingkatkan memlalui berbagai
cara, yaitu:
1.
Membaca
dengan kritis.
2.
Meningkatkan
daya analisis.
3.
Mengembangkan
kemampuan mengamati.
4.
Meningkatkan
rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi.
5.
Metakognisi.
6.
Mengamati
model dalam berpikir kritis.
7.
Diskusi
yang kaya.
Dari
ketujuh cara peningkatan berpikir kritis tersebut selayaknya dalam pembelajaran
di dalam kelas seorang guru harus menyelipkannya pada setiap pembelajaran.
Meningkatkan kemempuan berpikir kritis yaitu konsistensi dari guru tersebut
dalam mengaplikasikan strategi pada pembelajaran, sehingga dengan perlahan
siswa akan semakin meningkat dalam berpikir kritis.
0 komentar:
Post a Comment