ESENSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Dosen Mata Kuliah
Disusun
Oleh :
Kelompok
1
Adinda
Eka Rahayu 1106375
Elis
Dinansih 1105273
Elis
Rodiati 1105256
Jajang
Bayu Kelana 1105606
Yuyun
Mulyana 1104535
Kelas
4 IPA
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi
edukatif yang sadar akan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
perencanaan secara sistematik dan sistemik agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Perencanaan pembelajaran memperkirakan dan memproyeksikan
tindakan atau yang akan dilakukan pada saat pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukirman dan Djumhana (2006).
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan
pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, tentu saja
guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus mempertimbangkan
situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah masing-masing. Hal ini
tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran yang
dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi
setiap sekolah.
Jadi perancanaan pembelajaran berarti
penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas
mengajar dalam suatu interaksi guru murid, baik di dalam maupun di luar
ruangan.
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran
pun tidak bisa dibuat secara sembarangan. Agar perencanaan pembelajaran yang
dibuat dan dijadikan pedoman yang jelas dan akurat, ada prinsip yang harus
diperhatikan dan diikuti. Berdasarkan uraian diatas penulis
akan memaparkan hasil makalah yang berjudul “Esensi Perencanaan Pembelajaran Dalam Proses
Pembelajaran”.
B. Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
C. Tujuan
Makalah ini disusun
dengan tujuan :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari bahasa
inggris “instruction” yang merupakan
pengembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses belajar-mengajar yang
telah cukup lama digunakan dalam pendidikan formal (sekolah). Perkembangan istilah belajar-mengajar menjadi
pembelajaran harus juga diikuti oleh perubahan sudut pandang terhadap makna dan paradigma yang terkandung di dalamnya.
Mengajar identik dengan proses penyampaian materi dari
guru kepada siswa, namun dengan berjalannya waktu muncul pandangan lain
tentang mengajar, dalam pengertian lain mengajar diartikan sebagai
proses mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Pengertian mengajar sebagai proses
mentransfer harus dimaknai sebagai proses penyebarluasan atau penanaman ilmu
pengetahuan. Melalui penanaman, lingkungan, pemupukan yang baik maka ilmu
pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki siswa akan semakin luas dan
berkembang.
Kegiatan mengajar yang diartikan
sebagai proses menyampaikan, akan berimplikasi pada beberapa aktifitas pengejaran
sebagai berikut (Sukirman dan Djumhana, 2006: 4) :
a. Berorientasi
pada guru (teacher centered)
Guru menentukan segalanya dan berkuasa
menetapkan berbagai aspek yang berkepentingan dalam proses dan hasil pengajar.
b. Siswa
diposisikan sebagai objek pengajaran
Sesuai dengan makna yang dikandung dari
istilah mengajar sebagai proses menyampaikan, maka posisi siswa adalah sebagai
peserta belajar pasif yang hanya siap untuk menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Materi pelajaran yang di sampaikan guru sepenuhnya
tanggung jawab guru.
c. Pengajaran
dibatasi pada tempat dan waktu tertentu
Proses belajar mengajar berlangsung di dalam ruang dan waktu yang
ditentukan. Mobilitas pengajaran pun sangat terbatas yang akhirnya berdampak
pada kualitas proses dan hasil belajar mengajar tidak maksimal
d. Tujuan
pengajaran difokuskan pada penguasaan materi pengajaer
Mengingat mengajar adalah proses
penyampaian, maka tentu saja yang menjadi sasaran akhir dari pengajaran
tersebut adalah bagaimana siswa dapat menguasai materi sebanyak-banyaknya.
2.
Mengajar sebagai
proses mengelola lingkungan
Teori mengajar menurut pandangan ini menitik
beratkan pada “pengelolaan lingkungan”. Dengan demikian tugas guru bukan sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan atau
materi pelajaran, akan tetapi ada hal penting lainnya yang harus dicapai yaitu
bagaimana guru dapat mengelola lingkungan belajar, baik lingkungan fisik, bahan
materi dan sumber pembelajaran lainnya sehingga memungkinkan siswa berinteraksi
secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian implikasi dari
pandangan mengajar sebagai proses mengelola lingkungan pembelajaran akan terefleksikan
melalui beberapa indikator sebagai berikut (Sukirman dan Djumhana, 2006: 5) :
a. Mengajar
berpusat pada sisiwa (child centered)
Mengajar tidak ditentukan oleh guru
saja, melainkan ditentukan dari faktor siswa itu sendiri. Faktor siswa disini
terutama menyangkut kemampuan apa yang diharapkan oleh siswa terkait sumber
pembelajaran yang dipelajarinya dan bagaimana proses mempelajarinya sangat
ditentukan oleh siswa sebagai individu yang aktif.
b. Siswa
sebagai subjek belajar
Siswa dipandang sebagai individu
yang memiliki banyak potensi, individu yang aktif selalu ingin tahu.
c. Proses
pembelajaran tidak dibatasi oleh waktu
Mengingat pembelajarannya adalah
interaksi dengan lingkungan pembelajaran
, maka proses pembelajarannya itu sendiri tidak hanya dilakukan melalui
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang dibatasi oleh dinding-dinding ruangan
kelas yang sangat kaku.
d. Pembelajaran
berorientas pada pencapaian tujuan
Tujuan belajar siswa tidak diartikan
secara sempit yang seolah-olah hanya untuk menguasai materi atau bahan ajar
yang ditetapkan.
3.
Pembelajaran
Istilah
pembelajaran yang pamiliar pada saat ini adalah perkembangan dari istilah
belajar mengajar yang banyak dipengaruhi aliran psikologi kognitif holistik.
Aliran ini berpandangan bahwa siswa adalah sumber aktifitas belajar. Teori lain
yang memiliki relevansi dengan istilah “pembelajaran” yaitu teori
konstuktivisme, teori ini berpandangan bahwa siswa adalah pembangun pengetahuan
aktif . Menurut Mohammad Surya (dalam Sukirman dan Djumhana, 2006: 6)
Mengemukakan bahwa” Pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku
yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pengertian di atas dapat di
simpulkan bahawa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungannya. Intinya pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya
perubahan prilaku.
B. Pembelajaran sebagai suatu sistem
1. Pembelajaran
sebagai suatu sistem
Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antara berbagai unsur yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran,
unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa
dengan lingkungan pembelajaran. Dengan demikian standar proses dapat dijadikan
pegangan oleh setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk memilih dan
menentukan unsur-unsur apa saja yang harus diupayakan untuk menunjang proses
pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk memilih dan menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam
proses pembelajaran yaitu pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem dapat
ditentukan komponen-komponen yang diperlukan, aktivitas setiap komponen dalam
hubungan dengan komponen lain sehingga menunjukan suatu proses yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran adalah proses
aktivitas siswa melalui interaksi dengan lingkungan antara lain baik dengan
guru dan unsur-unsur pembeajaran lain maupun dengan siswa itu sendiri. Guru
sebagai fasilitator pembelajaran tugas utamanya adalah memudahkan belajar
siswa. Oleh karena itu para guru melaksanakan proses pembelajaran harus
berusaha semaksimal mungkin membantu siswa agar belajar lebih terarah, lebih
lancer yang harus dilaksanakan, lebih mudah dan lebih berkualitas.
Salah satu upaya untuk menciptakan
pembelajaran agar dapat berjalan dan mendapatkan hasil secara maksimal yaitu
pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan sistemik. Sistematis adalah
pembelajaran tersebut dilaksanakan melaui tahap demi tahap secara teratur dan
terencana, sedangkan sistemik bahwa pembelajaran tersebut dilakukan secara utuh
dan bulat dengan mempertimbangkan berbagai komponen yang terlibat. Dengan kata
lain bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah merupakan suatu sistem.
Menurut Andi (2011) Sistem
pembelajaran adalah kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. (http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-sistem
pembelajaran.html)
Sistem adalah proses interaksi
saling mempengaruhi atau sinergi antara berbagai komponen untuk mencapai
tujuan. Dalam konteks pembelajaran komponen-komponen yang saling berinteraksi
adalah komponen pembelajaran, missalnya materi,metode, media, dan sumber
belajar, siswa, guru, lingkungan fisik maupun non fisik daln lain sebagainya.
Dengan demikian sistem bias ditandai dengan beberapa karakteristik atau ciri
antara lain sebagai berikut:
a.
Sistem itu bertujuan
Setiap sistem
memiliki tujuan yang berfungsi sebagai kompas atau arah yang harus dituju oleh
pergerakan sistem tersebut. Dalam pembelajaran tujuan berfungsi sebagai pedoman
atau arah proses aktivitas setiap komponen pembelajaran untuk mewujudkannya.
b. Sistem
memiliki komponen-komponen
Setiap sistem
memiliki unsur-unsur atau komponen-komponen. Komponen-komponen tersebut biasa
disebut sebagai subsistem. Setiap subsistem dalam suatu sistem masing-masing
menjalankan fungsinya sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Dalam
sistem pembelajaran memiliki sub-sub sistem yaitu antara lain tujuan, materi,
metode, media dan sumber, dan komponen evaluasi. Setiap komponen pembelajaran
menjalankan fungsi sesuai dengan peran yang dimilikinya, akan tetapi semuanya
bermuara upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan pembelajaran yaitu
dalam perubahan bentuk.
c. Sistem
dikelilingi oleh sistem lain
Sistem apapun
tidak berada dalam suatu keadaan kondisi yang terlepas keterkaitan dengan
sistem lain. Pendidikan atau pembelajaran adalah sebagai suatu sistem. Secara
kelembagaan pendidikan berada dalam pengaruh atau salaing ketergantungan dengan
sistem lain (lingkungan) seperti lingkungan sistem sosial, budaya, politik,
ideologi, ekonomi, dan sistem lainnya.
d. Sistem
menjalankan proses transformasi
Suatu sistem dalam upaya untuk mencapai tujuan pasti melakukan
proses aktivitas. Setiap aktivitas tersebut diarahkan pada upaya terjadinya
perubahan dari kondisi sebelumnya ke kondisi baru yang diharapkan. Dalam
pembelajaran proses transformasi terjadi pada saat bertambahnya pengetahuan
siswa yang awalnya hanya mengetahui sebagian kecil menjadi pengetahuan yang
lebih luas.
e.
Sistem mempunyai mekanisme umpan balik
Setiap variabel
atau unsur-unsur yang ada dalam suatu sistem selalu saling memberikan pengaruh
dan sekaligus umpan balik untuk bahan koreksi sejauhmana efektivitas setiap
komponen dalam menjalankan fungsinya. Dalam sistem pembelajaran yang terdiri dari
empat komponen yaitu tujuan, materi, strategi, dan evaluasi semuanya saling
memiliki ketergantungan dan memberikan umpan balik. Setiap unsur dalam suatu
sistem termasuk sistem pembelajaran selain saling menentukan dan mempengaruhi
juga selalu memberikan umpan balik.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem adalah proses interaksi
antara guru, peserta didik dan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu
yang mana di dalamnya terdapat saling keterkaitan antara unsur-unsur atau
komponen-komponen pembelajaran.
2. Hubungan Antar
Komponen (Sub System) Pembelajaran
Adanya
sekumpulan unsur-unsur atau komponen dalam suatu sistem belum tentu bisa
dikategorikan sebagai suatu sistem, jika tidak terpenuhi persyaratan yang
lainnya. Persyaratan tersebut yaitu adanya keterhubungan, ketergantungan,
saling memengaruhi, dan saling menentukan. Komponen pembelajaran terdiri dari
empat unsur pokok, yaitu tujuan, materi, strategi dan evaluasi. Akan tetapi ada
komponen yang juga saling berkaitan yaitu komponen guru, siswa, metode dan
media pembelajaran. Komponen Tujuan Tujuan pembelajaran berperan sebagai arah
dan target pencapaian dari suatu kegiatan pembelajaran. Rumusan tujuan
pembelajaran memuat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti
pembelajaran, baik kompetensi kognitif, apektif dan psikomotorik. Tujuan
pembelajaran merupakan komponen utama yang harus terlebih dahulu dirumuskan
sebelum menentukan komponen pembelajaran yang lain. Tujuan pembelajaran sebagai
sasaran dari aktivitas pembelajaran rumusannya memuat rumusan tentang tingkah
laku baik yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
siswa yang hendak dibentuk melalui proses pembelajaran. Secara hirarkhi tujuan
pembelajaran dijabarkan dari tujuan pendidikan yang lebih umum ke tujuan yang
lebih khusus.
1. Tujuan
Pendidikan Nasional
2. Tujuan
Institusional
3. Tujuan
Kurikuler
4. Tujuan
Instruksional (Pembelajaran) Umum
5. Tujuan
Instruksional (Pembelajaran) Khusus
Komponen Siswa Siswa merupakan komponen
pembelajaran yang terpenting, karena komponen siswa sebagai pelaku belajar
dalam proses pembelajaran. Aspek penting dari komponen siswa yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran adalah karakteristiknya. Siswa adalah individu
yang unik dan memiliki sifat individu yang berbeda antara siswa satu dengan
yang lain. Dalam satu kelas tidak ada siswa yang memiliki karakteristik sama
persis, baik kecerdasan, emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan
sebagainya. Hal ini menghendaki pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa
(student centred), yaitu pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik siswa secara individual. Misalnya, pembelajaran yang
menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan bervariasi,
sehingga siswa dapat memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik (minat dan bakat) yang dimiliki. Di samping itu siswa memiliki
tipe belajar yang berbeda, ada yang bertipe visual, auditif, audio-visualistis,
dan sebagainya. Berdasarkan tipe belajar siswa ini, maka dalam pembelajaran
guru seharusnya menyiapkan/menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat
alternative dan variatif untuk melayani perbedaan tipe belajar siswa tersebut.
Komponen Guru Guru merupakan komponen
pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan
pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan
sukses, maka guru harus merancang pembelajaran secara baik, dalam arti dengan
mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa,
guru merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media, dan
evaluasi pembelajaan yang tepat dalam rancangan pembelajarannya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru harus berperan ganda, dalam arti guru tidak hanya
sebagai pengajar (informatory) saja, akan tetapi harus mampu menjadi programmer
pembelajaran, motivator belajar, fasilitator pembelajaran, organisator,
konduktor, actor, dan peran-peran lain yang dibutuhkan oleh siswa dalam
pembelajaran. Meskipun guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi tugas,
peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran sangatlah penting dan berperan
sentral. Karena gurulah yang harus menyiapkan program pembelajaran, bahan
pembelajaran, sarana pembelajaran dan evaluasi pembelajaran bagi para siswanya.
Profesi guru sebagai pelimpahan dari tugas orang tua yang tidak mampu lagi
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu kepada anak.
Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat
dan budaya pada umumnya, maka berkembang pula tugas dan peranan guru. Guru
sebagai salah satu sumber belajar memang dapat berperan banyak, seperti
tersebut pada alinea di atas. Dalam kaitan dengan peran tersebut guru sudah
semestinya dapat menyiapkan sumber-sumber belajar lain yang dibutuhkan siswa
dalam rangka menguasai materi pembelajaran yang ditargetkan dalam kurikulum.
Komponen Materi Pelajaran Materi
pelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan
kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang
berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya.
Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam
proses pembelajaran. Skop dan sekuen materi pelajaran telah tersusun secara
sistematis dalam struktur organisasi kurikulum sekolah. Karena sifat materi
kurikulum yang berbentuk garis besar program pembelajaran (GBPP), maka dalam
pelaksanaan pembelajaran, materi pelajaran harus dikembangkan terlebih dahulu
dengan cara melengkapinya dengan bahan pembelajaran yang utuh. Selain itu,
setiap pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya guru memahami karakteristik
isi pesan pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih
strategi pembelajarannya, interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan
bahan pembelajaran dan media pembelajaran, serta alat evaluasinya. Coba
tentukan media pembelajaran untuk materi pelajaran yang bersifat fakta, konsep,
dan prosedur agar Anda memahami betapa karakteristik materi mempengaruhi
penetapan media pembelajarannya. Benar jawaban Anda, bahwa untuk materi yang
bersifat fakta, pembelajarannya lebih tepat menggunakan media nyata. Untuk
materi bersifat konsep dapat digunakan media audio, visual atau audiovisual. Sedang
untuk materi yang bersifat prosedural, akan lebih tepat menggunakan metode dan
media yang didemonstrasikan.
Komponen Metode Pembelajaran Metode
pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru
dalam menyampaikan pesan/materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran.
Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru, baik metode ceramah,
tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, pemberian tugas,inkuiry, problem
solving, kerja kelompok, karyawisata, resitasi dsb. Metode pembelajaran
berperan sebagai cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran. Setiap metode
mengajar selalu memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan oleh guru. Coba Anda jelaskan bagaimana langkah/prosedur guru menggunakan
metode ceramah dalam pembelajaran, dan bagaimana waktu menggunakan metode Tanya
jawab, diskusi, eksperimen dan sebagainya. Oleh sebab itu sebelum pembelajaran
dilaksanakan, guru sebaiknya memilih metode pembelajaran yang tepat. Artinya
metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik
siswa, dan ketersediaan fasilitas pendukungnya, dan ketersediaan waktu.
Pertimbangan yang terpenting dalam memilih metode pembelajaran adalah metode
harus mampu mengaktifkan siswa, dalam arti megaktifkan mental emosional siswa
dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran yang membelajarkan adalah
pembelajaran yang mengaktifkan factor internal siswa (mental emosional) dalam
belajar. Metode pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok metode yang bersifat monologis, dialogis dan kreatif. Kelompok pertama
adalah metode-metode yang bersifat monologis, yaitu metode-metode pembelajaran
yang lebih menekankan aktivitas guru dalam pembelajaran atau metode satu arah
(one way communication), dan guru pemegang peranan utama, sedangkan siswa
bersifat pasif (mendengar dan memperhatikan). Kelompok kedua adalah metode-
metode yang bersifat dialogis, yaitu metode-metode pembelajaran yang menekankan
komunikasi/interaksi dua arah (two way communication), di mana aktivitas guru
dan siswa seimbang (sama-sama aktif). Sedang kelompok ketiga adalah
metode-metode yang bersifat kreatif, yaitu metode-metode pembelajaran yang
lebih menekankan aktivitas siswa. Metode-metode kelompok ketiga ini dimaksudkan
agar sifat kreatif siswa terbentuk, sementara guru berperan sebagai fasilitator
dan organisator pembelajaran.
Komponen Media Pembelajaran Pembelajaran
pada hakekatnya merupakan aktivitas komunikasi antara guru dengan siswa,
meskipun tidak semua pembelajaran melalui komunikasi/interaksi dengan guru
(lihat pola-pola pembelajaran). Dari pola-pola pembelajaran dapat diketahui
bahwa pada dasarnya ada dua bentuk pembelajaran yang sering dilakukan, yaitu
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran sistem jarak jauh atau pembelajaran
dengan media/bahan pembelajaran. Dalam aktivitas pembelajaran tatap muka,
kehadiran guru merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena guru
merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran. Guru memiliki banyak peran
dalam pembelajaran tatap muka, termasuk diantaranya guru sebagai informatory
harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan
mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran
seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya dalam
menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian pesan)
ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Beberapa fungsi dari media
pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1. Berperan sebagai komponen yang
membantu mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses
pembelajaran.
2. Membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik
3. Membuat pembelajaran lebih
realistis/objektif
4. Menjangkau sasaran yang luas
5. Mengatasi keterbatasan jarak dan
waktu, karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat
menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan
datang.
6. Mangatasi informasi yang bersifat
membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua
dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi
7. Menghilangkan verbalisme yang hanya
bersifat kata-kata. Dalam pembelajaran jarak jauh, media pembelajaran dapat
diujudkan dalam bentuk bahan pembelajaran yang dipersiapkan/didesain untuk
belajar mandiri, seperti: modul (bahan ajar cetak), radio/audio pembelajaran,
televisi pembelajaran, CD / video pembelajaran, dan e-learning lewat web-based/internet.
Khusus media sebagai bahan pembelajaran, dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu bahan pembelajaran yang didesain dengan tidak menggunakan
komponen pembelajaran lengkap dan dengan menggunakan komponen pembelajaran
lengkap. Menurut Edgar Dale dalam Kerucut Pengalaman (the cone of
experience)nya mengklasifikasikan media pembelajaran dalam beberapa macam, dari
yang paling konkrit sampai yang paling abstrak sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman
langsung
2. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman
tiruan atau model
3. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman
yang didramatisasikan
4. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman
yang didemonstrasikan
5. Media pembelajaran dalam bentuk karyawisata
6. Media pembelajaran melalui pameran
7. Media pembelajaran audio-visual
8. Media pembelajaran audio saja atau visual
saja
9. Media
pembelajaran dalam bentuk lambang visual
10. Media pembelajaran dalam bentuk lambang
verbal
Komponen Evaluasi Pembelajaran Evaluasi
pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan
kegagalan aktivitas pembelajaran. Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran.
Pertama, evaluasi program pembelajaran yaitu evaluasi yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa kualitas program pembelajaran yang telah dirancang dan
dilaksanakan. Dari evaluasi program inilah akan diketahui komponen pembelajaran
mana yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Jadi dengan evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga
kemungkinan rekomendasi, yaitu: program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh
digunakan/dilaksanakan, program pembelajaran dapat digunakan/dilaksanakan tapi
harus direvisi terlebih dahulu, dan program pembelajaran yang baik dan
siap/dapat digunakan/dilaksanakan. Kedua, evaluasi proses pembelajaran yaitu,
evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung.
Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui bagaimana aktivitas siswa
selama pembelajaran, aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, bagaimana
keterampilan guru dalam membuka sampai dengan menutup pembelajaran. Ketiga,
evaluasi hasil belajar, yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil
pembelajaran dalam bentuk hasil/prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan
nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan pengalaman belajar
yang dipelajari selama proses pembelajaran. Dengan evaluasi hasil belajar dapat
ditetapkan boleh/tidaknya siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran
selanjutnya atau harus mengulang. Jadi dari komponen evaluasi pembelajaran
dapat diperoleh suatu rekomendasi / kebijakan / keputusan pembelajaran. Baik
kebijakan tentang program pembelajaran, proses pembelajaran, maupun hasil
pembelajaran. Memang ketiga bentuk evaluasi ini tidak dapat dipisahkan, karena
satu sama lain saling berkaitan. Contoh, dari evaluasi hasil belajar, dapat
dilacak kualitas program pembelajaran dan proses pembelajarannya. Dari evaluasi
program, dapat diprediksi bagaimana proses dan hasil pembelajaran. Dan dari
evaluasi proses dapat dilacak kualitas program pembelajaran, dan diprediksi
hasil pembelajarannya.
Strategi Suatu perangkat materi dan
prosedur dan pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada peserta didik (Dick and Carey, 1995). Pertimbangan pemilihan
strategi pembelajaran : Tujuan instruksional Bahan atau materi pembelajaran
Pengetahuan awal peserta Alokasi waktu dan sarana penunjang Jumlah siswa
Pengalaman dan kewibawaan pengajar
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sistem pembelajaran
Unsur-unsur
sistem pembelajaran telah terjalin hubungan yang saling mempengaruhi, tetapi
selain itu terdapat beberapa komponen
yang juga dapat berpengaruh terhadap kesuksesan sitem pembelajaran.
Menurut Sukirman dan Djumhana (2006:15) Terdapat 4
komponen yang dapat mempengaruhi suksesnya sitem pembelajaran diantaranya:
1.
Faktor
guru
2.
Faktor
siswa
3.
Faktor
sarana dan fasilitas
4.
Faktor
Lingkungan
1. Faktor Guru
Di Indonesia guru merupakan salah satu sumber belajar
yang memiliki peran sentral. Dari beberapa hasil penelitian memperkuat dugaan
bahwa ketergantungan siswa pada faktor guru masih cukup tinggi dalam aktivitas
pembelajarannya.
Menurut Dunkin (Sukirman dan Djumhana:2006) beberapa
aspek yang dapat memengaruhi kualitas pembelajaran dilihat dari faktor guru,
yaitu: Pengalaman yang berkaitan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan
guru yang telah diperolehnya (teacher training experience); Karakteristik
termasuk sifat-sifat yang melekat dan dimiliki oleh para guru terhadap
profesinya (teacher properties); Adapun dalam Peraturan Pemerintah no.19 tahun
2005, guru harus memenuhi empat kompetensi utama yaitu: kompetensi pedagogic,
professional, sosial, dan kompetensi personal.
2. Faktor
Siswa
Kedudukan siswa dalam sistem pembelajaran
diposisikan sebagai subjek pembelajaran. Dengan demikian siswa adalah sebagai
pelaku pembelajaran yang aktif, bukan sebagai objek yang hanya siap menerima.
Dunkin (Sukirman dan Djumhana:2006) mengemukakan
bahwa dilihat dari faktor siswa terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
sistem pembelajaran yaitu: kondisi latar belakang dan pengalaman siswa (pupil
formative experiences); karakteristik dan sifat yang melekat dimiliki ileh
setiap individu siswa (pupils properties).
3. Faktor
Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas mendukung terhadap proses
pembelajaran. Tersedianya media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk
membantu kemudahan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
4. Faktor
Lingkungan
Pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa karena
adanya interaksi dengan lingkungan pembelajaran. Dari pengertian diatas sangat jelas bahwa lingkungan termasuk dalah
salah satu elemen yang mempengaruhi sistem pendidikan.
Lingkungan secara langsung selalu menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran adalah lingkungan fisik
(kelas). Kelas salah satu lingkungan fisik yang senantiasa dijadikan proses
pembelajaran, pengelolaan kelas yang baik akan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi suksesnya proses pembelajaran.
C. Pentingnya perencanaan dalam pembelajaran
Perencanaan
pendidikan merupakan langkah utama yang sangat penting dalam keseluruhan
pendidikan.
Pentingnya perencanaan pendidikan
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Dengan
adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapian
tujuanpembangunan.
2. Dengan
perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam pelaksanaan
yang akan dilalui.
3. Perencanaan
memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi, cara yang terbaik.
4. Dengan
perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas
5. Dengan
adanya rencana maka akan ada suatu pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau
organisasi termasuk pendidikan.
Selain
itu, perencanaan memiliki dua arti penting. Pertama dan yang utama adalah
sebagai pijakan (titik awal) dari proses keseluruhan proses manajemen. Kedua,
berfungsi mengarahkan segenap aktivitas dalam organisasi. Secara lebih
spesifik, pentingnya perencanaan didasarkan pada kenyataan sebagai berikut :
1. Keberhasilan
organisasi dan keefektifan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
perencanaan,
2. Perencanaan
memfokuskan pada tujuan yang hendak dicapai,
3. Perencanaan
membantu menghadapi ketidakpastian dan mengantisipasi permasalahan,
4. Perencanaan
memberikan arah bagi pengambilan keputusan,
5. Perencanaan
diperlukan sebagai dasar monitoring dan pengawasan
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Untuk terciptanya pembelajaran yang
berkualitas tentunya diperlukan perencanaan yang matang dan sistematis.
Seyogyanya seorang guru harus menyadari betapa pentingnya proses perencanaan
ini, pengaturan yang dilakukan secara sistematis dan sistemik bertujuan agar
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan kondusif dan mencapai tujuaannya
secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Daftar Pustaka
Sukirman, D. dan
Djumhana, N. (2006) Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: UPI Press
[Online].
Tersedia: http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-sistem-pembelajaran.html