Sunday, 17 May 2015

ESENSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

ESENSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Dosen Mata Kuliah
Perencanaan Pembelajaran





Disusun Oleh :
Kelompok 1
Adinda Eka Rahayu               1106375
Elis Dinansih                           1105273
Elis Rodiati                             1105256
Jajang Bayu Kelana                1105606
Yuyun Mulyana                      1104535

Kelas 4 IPA

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif yang sadar akan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan secara sistematik dan sistemik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Perencanaan pembelajaran memperkirakan dan memproyeksikan tindakan atau yang akan dilakukan pada saat pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukirman dan Djumhana (2006).
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.

 Jadi perancanaan pembelajaran berarti penerapan prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu interaksi guru murid, baik di dalam maupun di luar ruangan.
     Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran pun tidak bisa dibuat secara sembarangan. Agar perencanaan pembelajaran yang dibuat dan dijadikan pedoman yang jelas dan akurat, ada prinsip yang harus diperhatikan dan diikuti. Berdasarkan uraian diatas penulis akan memaparkan hasil makalah yang berjudul Esensi Perencanaan Pembelajaran Dalam Proses Pembelajaran”.  

B.       Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

C.      Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan :

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hakikat Pembelajaran
            Kata pembelajaran adalah terjemahan dari bahasa inggris “instruction”  yang merupakan pengembangan dari istilah belajar-mengajar atau proses belajar-mengajar yang telah cukup lama digunakan dalam pendidikan formal (sekolah).  Perkembangan istilah belajar-mengajar menjadi pembelajaran harus juga diikuti oleh perubahan sudut pandang  terhadap makna dan  paradigma yang terkandung di dalamnya.
            Mengajar identik dengan proses penyampaian materi dari guru kepada siswa, namun dengan berjalannya waktu muncul pandangan lain tentang  mengajar, dalam  pengertian lain mengajar diartikan sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa.  Pengertian mengajar sebagai proses mentransfer harus dimaknai sebagai proses penyebarluasan atau penanaman ilmu pengetahuan. Melalui penanaman, lingkungan, pemupukan yang baik maka ilmu pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki siswa akan semakin luas dan berkembang.
Kegiatan mengajar yang diartikan sebagai proses menyampaikan, akan berimplikasi pada beberapa aktifitas pengejaran sebagai berikut (Sukirman dan Djumhana, 2006: 4) :
a.       Berorientasi pada guru (teacher centered)
Guru menentukan segalanya dan berkuasa menetapkan berbagai aspek yang berkepentingan dalam proses dan hasil pengajar.
b.      Siswa diposisikan sebagai objek pengajaran
Sesuai dengan makna yang dikandung dari istilah mengajar sebagai proses menyampaikan, maka posisi siswa adalah sebagai peserta belajar pasif yang hanya siap untuk menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Materi pelajaran yang di sampaikan guru sepenuhnya tanggung jawab guru.
c.       Pengajaran dibatasi pada tempat dan waktu tertentu
Proses belajar mengajar  berlangsung di dalam ruang dan waktu yang ditentukan. Mobilitas pengajaran pun sangat terbatas yang akhirnya berdampak pada kualitas proses dan hasil belajar mengajar tidak maksimal
d.      Tujuan pengajaran difokuskan pada penguasaan materi pengajaer
Mengingat mengajar adalah proses penyampaian, maka tentu saja yang menjadi sasaran akhir dari pengajaran tersebut adalah bagaimana siswa dapat menguasai materi sebanyak-banyaknya.

2.      Mengajar sebagai proses mengelola lingkungan
Teori  mengajar menurut pandangan ini menitik beratkan pada “pengelolaan  lingkungan”.  Dengan demikian  tugas guru bukan  sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan atau materi pelajaran, akan tetapi ada hal penting lainnya yang harus dicapai yaitu bagaimana guru dapat mengelola lingkungan belajar, baik lingkungan fisik, bahan materi dan sumber pembelajaran lainnya sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian implikasi dari pandangan mengajar sebagai proses mengelola lingkungan pembelajaran akan terefleksikan melalui beberapa indikator sebagai berikut (Sukirman dan Djumhana, 2006: 5) :
a.       Mengajar berpusat pada sisiwa (child centered)
Mengajar tidak ditentukan oleh guru saja, melainkan ditentukan dari faktor siswa itu sendiri. Faktor siswa disini terutama menyangkut kemampuan apa yang diharapkan oleh siswa terkait sumber pembelajaran yang dipelajarinya dan bagaimana proses mempelajarinya sangat ditentukan oleh siswa sebagai individu yang aktif.
b.      Siswa sebagai subjek belajar
Siswa dipandang sebagai individu yang memiliki banyak potensi, individu yang aktif selalu ingin tahu.
c.       Proses pembelajaran tidak dibatasi oleh waktu
Mengingat pembelajarannya adalah interaksi dengan lingkungan  pembelajaran , maka proses pembelajarannya itu sendiri tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas yang sangat kaku.
d.      Pembelajaran berorientas pada pencapaian tujuan
Tujuan belajar siswa tidak diartikan secara sempit yang seolah-olah hanya untuk menguasai materi atau bahan ajar yang ditetapkan.
3.      Pembelajaran
Istilah pembelajaran yang pamiliar pada saat ini adalah perkembangan dari istilah belajar mengajar yang banyak dipengaruhi aliran psikologi kognitif holistik. Aliran ini berpandangan bahwa siswa adalah sumber aktifitas belajar. Teori lain yang memiliki relevansi dengan istilah “pembelajaran” yaitu teori konstuktivisme, teori ini berpandangan bahwa siswa adalah pembangun pengetahuan aktif . Menurut Mohammad Surya (dalam Sukirman dan Djumhana, 2006: 6) Mengemukakan bahwa” Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahawa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungannya. Intinya pembelajaran adalah serangkaian aktivitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya perubahan prilaku.

B. Pembelajaran sebagai suatu sistem
1.      Pembelajaran sebagai suatu sistem
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungan pembelajaran. Dengan demikian standar proses dapat dijadikan pegangan oleh setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk memilih dan menentukan unsur-unsur apa saja yang harus diupayakan untuk menunjang proses pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem dapat ditentukan komponen-komponen yang diperlukan, aktivitas setiap komponen dalam hubungan dengan komponen lain sehingga menunjukan suatu proses yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran adalah proses aktivitas siswa melalui interaksi dengan lingkungan antara lain baik dengan guru dan unsur-unsur pembeajaran lain maupun dengan siswa itu sendiri. Guru sebagai fasilitator pembelajaran tugas utamanya adalah memudahkan belajar siswa. Oleh karena itu para guru melaksanakan proses pembelajaran harus berusaha semaksimal mungkin membantu siswa agar belajar lebih terarah, lebih lancer yang harus dilaksanakan, lebih mudah dan lebih berkualitas.
Salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran agar dapat berjalan dan mendapatkan hasil secara maksimal yaitu pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan sistemik. Sistematis adalah pembelajaran tersebut dilaksanakan melaui tahap demi tahap secara teratur dan terencana, sedangkan sistemik bahwa pembelajaran tersebut dilakukan secara utuh dan bulat dengan mempertimbangkan berbagai komponen yang terlibat. Dengan kata lain bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah merupakan suatu sistem.
Menurut Andi (2011) Sistem pembelajaran adalah kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. (http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-sistem pembelajaran.html)
Sistem adalah proses interaksi saling mempengaruhi atau sinergi antara berbagai komponen untuk mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran komponen-komponen yang saling berinteraksi adalah komponen pembelajaran, missalnya materi,metode, media, dan sumber belajar, siswa, guru, lingkungan fisik maupun non fisik daln lain sebagainya. Dengan demikian sistem bias ditandai dengan beberapa karakteristik atau ciri antara lain sebagai berikut:
a.       Sistem itu bertujuan
Setiap sistem memiliki tujuan yang berfungsi sebagai kompas atau arah yang harus dituju oleh pergerakan sistem tersebut. Dalam pembelajaran tujuan berfungsi sebagai pedoman atau arah proses aktivitas setiap komponen pembelajaran untuk mewujudkannya.
b.      Sistem memiliki komponen-komponen
Setiap sistem memiliki unsur-unsur atau komponen-komponen. Komponen-komponen tersebut biasa disebut sebagai subsistem. Setiap subsistem dalam suatu sistem masing-masing menjalankan fungsinya sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Dalam sistem pembelajaran memiliki sub-sub sistem yaitu antara lain tujuan, materi, metode, media dan sumber, dan komponen evaluasi. Setiap komponen pembelajaran menjalankan fungsi sesuai dengan peran yang dimilikinya, akan tetapi semuanya bermuara upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan pembelajaran yaitu dalam perubahan bentuk.
c.       Sistem dikelilingi oleh sistem lain
Sistem apapun tidak berada dalam suatu keadaan kondisi yang terlepas keterkaitan dengan sistem lain. Pendidikan atau pembelajaran adalah sebagai suatu sistem. Secara kelembagaan pendidikan berada dalam pengaruh atau salaing ketergantungan dengan sistem lain (lingkungan) seperti lingkungan sistem sosial, budaya, politik, ideologi, ekonomi, dan sistem lainnya.
d.      Sistem menjalankan proses transformasi
      Suatu sistem dalam upaya untuk mencapai tujuan pasti melakukan proses aktivitas. Setiap aktivitas tersebut diarahkan pada upaya terjadinya perubahan dari kondisi sebelumnya ke kondisi baru yang diharapkan. Dalam pembelajaran proses transformasi terjadi pada saat bertambahnya pengetahuan siswa yang awalnya hanya mengetahui sebagian kecil menjadi pengetahuan yang lebih luas.
e.       Sistem mempunyai mekanisme umpan balik
Setiap variabel atau unsur-unsur yang ada dalam suatu sistem selalu saling memberikan pengaruh dan sekaligus umpan balik untuk bahan koreksi sejauhmana efektivitas setiap komponen dalam menjalankan fungsinya. Dalam sistem pembelajaran yang terdiri dari empat komponen yaitu tujuan, materi, strategi, dan evaluasi semuanya saling memiliki ketergantungan dan memberikan umpan balik. Setiap unsur dalam suatu sistem termasuk sistem pembelajaran selain saling menentukan dan mempengaruhi juga selalu memberikan umpan balik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem adalah proses interaksi antara guru, peserta didik dan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu yang mana di dalamnya terdapat saling keterkaitan antara unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.

2.      Hubungan Antar Komponen (Sub System) Pembelajaran
Adanya sekumpulan unsur-unsur atau komponen dalam suatu sistem belum tentu bisa dikategorikan sebagai suatu sistem, jika tidak terpenuhi persyaratan yang lainnya. Persyaratan tersebut yaitu adanya keterhubungan, ketergantungan, saling memengaruhi, dan saling menentukan. Komponen pembelajaran terdiri dari empat unsur pokok, yaitu tujuan, materi, strategi dan evaluasi. Akan tetapi ada komponen yang juga saling berkaitan yaitu komponen guru, siswa, metode dan media pembelajaran. Komponen Tujuan Tujuan pembelajaran berperan sebagai arah dan target pencapaian dari suatu kegiatan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran memuat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran, baik kompetensi kognitif, apektif dan psikomotorik. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus terlebih dahulu dirumuskan sebelum menentukan komponen pembelajaran yang lain. Tujuan pembelajaran sebagai sasaran dari aktivitas pembelajaran rumusannya memuat rumusan tentang tingkah laku baik yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap siswa yang hendak dibentuk melalui proses pembelajaran. Secara hirarkhi tujuan pembelajaran dijabarkan dari tujuan pendidikan yang lebih umum ke tujuan yang lebih khusus.
1. Tujuan Pendidikan Nasional
2. Tujuan Institusional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Umum
5. Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Khusus
Komponen Siswa Siswa merupakan komponen pembelajaran yang terpenting, karena komponen siswa sebagai pelaku belajar dalam proses pembelajaran. Aspek penting dari komponen siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah karakteristiknya. Siswa adalah individu yang unik dan memiliki sifat individu yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam satu kelas tidak ada siswa yang memiliki karakteristik sama persis, baik kecerdasan, emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan sebagainya. Hal ini menghendaki pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa (student centred), yaitu pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik siswa secara individual. Misalnya, pembelajaran yang menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan bervariasi, sehingga siswa dapat memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik (minat dan bakat) yang dimiliki. Di samping itu siswa memiliki tipe belajar yang berbeda, ada yang bertipe visual, auditif, audio-visualistis, dan sebagainya. Berdasarkan tipe belajar siswa ini, maka dalam pembelajaran guru seharusnya menyiapkan/menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan variatif untuk melayani perbedaan tipe belajar siswa tersebut.
Komponen Guru Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan sukses, maka guru harus merancang pembelajaran secara baik, dalam arti dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media, dan evaluasi pembelajaan yang tepat dalam rancangan pembelajarannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus berperan ganda, dalam arti guru tidak hanya sebagai pengajar (informatory) saja, akan tetapi harus mampu menjadi programmer pembelajaran, motivator belajar, fasilitator pembelajaran, organisator, konduktor, actor, dan peran-peran lain yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran. Meskipun guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi tugas, peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran sangatlah penting dan berperan sentral. Karena gurulah yang harus menyiapkan program pembelajaran, bahan pembelajaran, sarana pembelajaran dan evaluasi pembelajaran bagi para siswanya. Profesi guru sebagai pelimpahan dari tugas orang tua yang tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu kepada anak. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat dan budaya pada umumnya, maka berkembang pula tugas dan peranan guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar memang dapat berperan banyak, seperti tersebut pada alinea di atas. Dalam kaitan dengan peran tersebut guru sudah semestinya dapat menyiapkan sumber-sumber belajar lain yang dibutuhkan siswa dalam rangka menguasai materi pembelajaran yang ditargetkan dalam kurikulum.
Komponen Materi Pelajaran Materi pelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Skop dan sekuen materi pelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum sekolah. Karena sifat materi kurikulum yang berbentuk garis besar program pembelajaran (GBPP), maka dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pelajaran harus dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dengan bahan pembelajaran yang utuh. Selain itu, setiap pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya guru memahami karakteristik isi pesan pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajarannya, interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan pembelajaran dan media pembelajaran, serta alat evaluasinya. Coba tentukan media pembelajaran untuk materi pelajaran yang bersifat fakta, konsep, dan prosedur agar Anda memahami betapa karakteristik materi mempengaruhi penetapan media pembelajarannya. Benar jawaban Anda, bahwa untuk materi yang bersifat fakta, pembelajarannya lebih tepat menggunakan media nyata. Untuk materi bersifat konsep dapat digunakan media audio, visual atau audiovisual. Sedang untuk materi yang bersifat prosedural, akan lebih tepat menggunakan metode dan media yang didemonstrasikan.
Komponen Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan/materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru, baik metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, pemberian tugas,inkuiry, problem solving, kerja kelompok, karyawisata, resitasi dsb. Metode pembelajaran berperan sebagai cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran. Setiap metode mengajar selalu memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Coba Anda jelaskan bagaimana langkah/prosedur guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, dan bagaimana waktu menggunakan metode Tanya jawab, diskusi, eksperimen dan sebagainya. Oleh sebab itu sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru sebaiknya memilih metode pembelajaran yang tepat. Artinya metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa, dan ketersediaan fasilitas pendukungnya, dan ketersediaan waktu. Pertimbangan yang terpenting dalam memilih metode pembelajaran adalah metode harus mampu mengaktifkan siswa, dalam arti megaktifkan mental emosional siswa dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran yang membelajarkan adalah pembelajaran yang mengaktifkan factor internal siswa (mental emosional) dalam belajar. Metode pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok metode yang bersifat monologis, dialogis dan kreatif. Kelompok pertama adalah metode-metode yang bersifat monologis, yaitu metode-metode pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas guru dalam pembelajaran atau metode satu arah (one way communication), dan guru pemegang peranan utama, sedangkan siswa bersifat pasif (mendengar dan memperhatikan). Kelompok kedua adalah metode- metode yang bersifat dialogis, yaitu metode-metode pembelajaran yang menekankan komunikasi/interaksi dua arah (two way communication), di mana aktivitas guru dan siswa seimbang (sama-sama aktif). Sedang kelompok ketiga adalah metode-metode yang bersifat kreatif, yaitu metode-metode pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas siswa. Metode-metode kelompok ketiga ini dimaksudkan agar sifat kreatif siswa terbentuk, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran.
Komponen Media Pembelajaran Pembelajaran pada hakekatnya merupakan aktivitas komunikasi antara guru dengan siswa, meskipun tidak semua pembelajaran melalui komunikasi/interaksi dengan guru (lihat pola-pola pembelajaran). Dari pola-pola pembelajaran dapat diketahui bahwa pada dasarnya ada dua bentuk pembelajaran yang sering dilakukan, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran sistem jarak jauh atau pembelajaran dengan media/bahan pembelajaran. Dalam aktivitas pembelajaran tatap muka, kehadiran guru merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena guru merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran. Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, termasuk diantaranya guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya dalam menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian pesan) ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1. Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran.
2. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
3. Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif
4. Menjangkau sasaran yang luas
5. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang.
6. Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi
7. Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata. Dalam pembelajaran jarak jauh, media pembelajaran dapat diujudkan dalam bentuk bahan pembelajaran yang dipersiapkan/didesain untuk belajar mandiri, seperti: modul (bahan ajar cetak), radio/audio pembelajaran, televisi pembelajaran, CD / video pembelajaran, dan e-learning lewat web-based/internet. Khusus media sebagai bahan pembelajaran, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu bahan pembelajaran yang didesain dengan tidak menggunakan komponen pembelajaran lengkap dan dengan menggunakan komponen pembelajaran lengkap. Menurut Edgar Dale dalam Kerucut Pengalaman (the cone of experience)nya mengklasifikasikan media pembelajaran dalam beberapa macam, dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman langsung
2. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman tiruan atau model
3. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didramatisasikan
4. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didemonstrasikan
5. Media pembelajaran dalam bentuk karyawisata
6. Media pembelajaran melalui pameran
7. Media pembelajaran audio-visual
8. Media pembelajaran audio saja atau visual saja
 9. Media pembelajaran dalam bentuk lambang visual
10. Media pembelajaran dalam bentuk lambang verbal
Komponen Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas pembelajaran. Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran. Pertama, evaluasi program pembelajaran yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Dari evaluasi program inilah akan diketahui komponen pembelajaran mana yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi dengan evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan rekomendasi, yaitu: program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh digunakan/dilaksanakan, program pembelajaran dapat digunakan/dilaksanakan tapi harus direvisi terlebih dahulu, dan program pembelajaran yang baik dan siap/dapat digunakan/dilaksanakan. Kedua, evaluasi proses pembelajaran yaitu, evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung. Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, bagaimana keterampilan guru dalam membuka sampai dengan menutup pembelajaran. Ketiga, evaluasi hasil belajar, yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran dalam bentuk hasil/prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan pengalaman belajar yang dipelajari selama proses pembelajaran. Dengan evaluasi hasil belajar dapat ditetapkan boleh/tidaknya siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran selanjutnya atau harus mengulang. Jadi dari komponen evaluasi pembelajaran dapat diperoleh suatu rekomendasi / kebijakan / keputusan pembelajaran. Baik kebijakan tentang program pembelajaran, proses pembelajaran, maupun hasil pembelajaran. Memang ketiga bentuk evaluasi ini tidak dapat dipisahkan, karena satu sama lain saling berkaitan. Contoh, dari evaluasi hasil belajar, dapat dilacak kualitas program pembelajaran dan proses pembelajarannya. Dari evaluasi program, dapat diprediksi bagaimana proses dan hasil pembelajaran. Dan dari evaluasi proses dapat dilacak kualitas program pembelajaran, dan diprediksi hasil pembelajarannya.
Strategi Suatu perangkat materi dan prosedur dan pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik (Dick and Carey, 1995). Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran : Tujuan instruksional Bahan atau materi pembelajaran Pengetahuan awal peserta Alokasi waktu dan sarana penunjang Jumlah siswa Pengalaman dan kewibawaan pengajar

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran
Unsur-unsur sistem pembelajaran telah terjalin hubungan yang saling mempengaruhi, tetapi selain itu  terdapat beberapa komponen yang juga dapat berpengaruh terhadap kesuksesan sitem pembelajaran.
Menurut Sukirman dan Djumhana (2006:15) Terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi suksesnya sitem pembelajaran diantaranya:
1.      Faktor guru
2.      Faktor siswa
3.      Faktor sarana dan fasilitas
4.      Faktor Lingkungan

1.       Faktor Guru
Di Indonesia guru merupakan salah satu sumber belajar yang memiliki peran sentral. Dari beberapa hasil penelitian memperkuat dugaan bahwa ketergantungan siswa pada faktor guru masih cukup tinggi dalam aktivitas pembelajarannya.
Menurut Dunkin (Sukirman dan Djumhana:2006) beberapa aspek yang dapat memengaruhi kualitas pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu: Pengalaman yang berkaitan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru yang telah diperolehnya (teacher training experience); Karakteristik termasuk sifat-sifat yang melekat dan dimiliki oleh para guru terhadap profesinya (teacher properties); Adapun dalam Peraturan Pemerintah no.19 tahun 2005, guru harus memenuhi empat kompetensi utama yaitu: kompetensi pedagogic, professional, sosial, dan kompetensi personal.
2.      Faktor Siswa
Kedudukan siswa dalam sistem pembelajaran diposisikan sebagai subjek pembelajaran. Dengan demikian siswa adalah sebagai pelaku pembelajaran yang aktif, bukan sebagai objek yang hanya siap menerima.
Dunkin (Sukirman dan Djumhana:2006) mengemukakan bahwa dilihat dari faktor siswa terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi sistem pembelajaran yaitu: kondisi latar belakang dan pengalaman siswa (pupil formative experiences); karakteristik dan sifat yang melekat dimiliki ileh setiap individu siswa (pupils properties).
3.      Faktor Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas mendukung terhadap proses pembelajaran. Tersedianya media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk membantu kemudahan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
4.      Faktor Lingkungan
Pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa karena adanya interaksi dengan lingkungan pembelajaran. Dari pengertian diatas  sangat jelas bahwa lingkungan termasuk dalah salah satu elemen yang mempengaruhi sistem pendidikan.
Lingkungan secara langsung selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran adalah lingkungan fisik (kelas). Kelas salah satu lingkungan fisik yang senantiasa dijadikan proses pembelajaran, pengelolaan kelas yang baik akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi suksesnya proses pembelajaran.

C. Pentingnya perencanaan dalam pembelajaran
            Perencanaan pendidikan merupakan langkah utama yang sangat penting dalam keseluruhan pendidikan.
            Pentingnya perencanaan pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :
1.      Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapian tujuanpembangunan.
2.      Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam pelaksanaan yang akan dilalui.
3.      Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi, cara yang terbaik.
4.      Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas
5.      Dengan adanya rencana maka akan ada suatu pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi termasuk pendidikan.
Selain itu, perencanaan memiliki dua arti penting. Pertama dan yang utama adalah sebagai pijakan (titik awal) dari proses keseluruhan proses manajemen. Kedua, berfungsi mengarahkan segenap aktivitas dalam organisasi. Secara lebih spesifik, pentingnya perencanaan didasarkan pada kenyataan sebagai berikut :
1.      Keberhasilan organisasi dan keefektifan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan perencanaan,
2.      Perencanaan memfokuskan pada tujuan yang hendak dicapai,
3.      Perencanaan membantu menghadapi ketidakpastian dan mengantisipasi permasalahan,
4.      Perencanaan memberikan arah bagi pengambilan keputusan,
5.      Perencanaan diperlukan sebagai dasar monitoring dan pengawasan

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Untuk terciptanya pembelajaran yang berkualitas tentunya diperlukan perencanaan yang matang dan sistematis. Seyogyanya seorang guru harus menyadari betapa pentingnya proses perencanaan ini, pengaturan yang dilakukan secara sistematis dan sistemik bertujuan agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan kondusif dan mencapai tujuaannya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.



Daftar Pustaka
Sukirman, D. dan Djumhana, N. (2006) Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI Press