INOVASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Disusun
oleh :
kelompok
8
Aris
Syuhada
Jajang
Bayu K
Verina
Rizki M
Sri
Wulansari
Fitrotul
Jannah
|
1105962
(26)
1105371 (14)
1106290
(41)
1105384
(20)
1106365
(43)
|
Prodi PGSD Guru Kelas
Universitas Pendidikan Indonesia
kampus Sumedang
2012
Inovasi
Pembelajaran Kontekstual
Kelompok 8
Abstrak
Pengetahuan terbentuk
dalam struktur kognitif anak yang sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Dengan kajian yang dipaparkan
dengan metode deskriptif analitis dan sebuah landasan teori yang menjadi
pijakan inovasi pembelajaran kontekstual, dikatakan bahwa ketika menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala
ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
A.
Pendahuluan
Dalam proses kegiatan belajar mengajar harus
diterapkannya sebuah pendekatan yang mampu memahami dan membantu menemukan
bakat dan potensi yang dimiliki peserta didik, serta karakter yang ada dalam
peserta didik mampu digali dengan sebuah konsep pendekatan yang menekankan
keaktifan siswa.
Dalam kenyataanya pendekatan yang
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar masih belum bisa menggali
potensi-potensi yang dimiliki siswa, karena pendidik masih beranggapan bahwa
yang harus belajar hanyalah siswa, sedangkan pendidik hanya memberikan materi
yang harus dimengerti siswa , dan sifatnya otoriter atau yang disebut dengan
teacher center, siswa dipaksa untuk mengerti materi yang diajarkan oleh
pendidik atau guru yang mengajar , itu semua membuat psikologis dan
perkembangan anak neuju kearah keterpaksaan dan tidak bisa berkembang sesuai
dengan keinginanannya karena selalu tertekan dengan kondisi yang dibuat
berdasarkan pendekatan yang kurang memperhatikan tumbuh kembang potensi peserta
didik.
Hakikat pembelajaran yang konvensional
menuju kepada sifat abstrak, tidak nyata sedangkan pekembangan anak usia
sekolah dasar membutuhkan sesuatu yang
nyata atau kongkrit dan memiliki manfaat bagi peserta didik agar dapat diterima
dan dipahami oleh peserta didik, selanjutnya adalah siswa dalam hal ini
sifatnya individu, tidak dapat berkomunikasi secara luas hanya satu arah ,
peseta didik pun hanya melakukan kegiatan yang diinstruksikan oleh guru tanpa
memperhatikan keinginan siswa, siswa terlihat pasif dan kaku dalam proses
kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi takut terhadapa guru karena bila
mereka tidak melakukan hal yang telah diinstruksikan kemungkinan besar akan
diberikan sangsi dari pendidik, dalam pencapaian pengetahuan yang optimal dan
hasil dari belajar sifatnya final dan absolute karena hanya bertujuan untuk
mencari nilai.
Untuk itu perlu sebuah pendekatan yag
mampu mengembangkan potensi peserta didik, hingga peserta didik dapat berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran , tidak hanya guru yang berkuasa penuh dalam
kelas , namun siswa dipersiahkan untuk mengungkapkan dan member pendapat
tentang materi yang sedang diajarkan, pendekatan yang menonjolkan keakifan
siswa dalam melakukan sesuatu, akan memberikan pengalaman belajar yang berharga
dan bernuansa lain kepada siswa.
Pernah kita melakukan kegiatan bersama
siswa yang seolah siswa terbenam dan larut rasa keingin tahuan yang lebih jauh.
Belajar untuk tahu dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa kita duduk
dalam tempat yang tepat, setidaknya mereka menjalani beajar untuk menambah
pengetahuan dan informasi ke otaknya, mereka melakukan praktik dilanjutkan
belajar menjadi. Masih ingat Andreas harefa yang menuliskan,”diantara teori dan
praktik terdaat jembatan yang justru amat penting untuk memanusiakan diri
seseorang, yakni ia harus belajar menjadi”.
Sesungguhnya inilah inti dari seluruh
pembelajaran apapun model atau setarteginya dalam dunia pendidikan. Salah satu
inovasi pembelajaran kontekstual akan membicarakan bagaimana siswa menjadi
sesorang yang akrab dengan lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya
itu.
B.
Konteks
Teori
Pembelajaran kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menkankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka( sanjaya,2005).
Pembelajaran kompetensi merupakan susatu
sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic ( menyeluruh),
terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait apabila dilaksanakannya
masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya ( sukmadinata,2004)
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual dapat
diperjelas sebagai berikut :
1. Dalam CTL
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya
apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari,
dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang
utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran
kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan
baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman
pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4. Memperaktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai
umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Teori belajar yang mendasari pembelajaran kontekstual antara
lain adalah sebagai berikut:
- Kontruktivisme Berbasis Pengetahuan - Baik instruksi langsung maupun kegiatan kontruktivis dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa.
- Pembelajaran Berbasis Usaha/ Teori Pertumbuhan Kecerdasan – Peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan seseorang dapat di ubah.
- Sosialisasi – Anak- anak mempelajari standar, nilai- nilai, dan pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima tantangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah suatu proses sosial, oleh karenanya factor sosial dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
- Pembelajaran Situasi – pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks sosial.
- Pembelajaran Distribusi – pengetahuan mungkin dipandang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda dan bukan semata- mata sebagai suatu kekayaan individual.
The Northwest regional Educational laboratory USA
mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual seperti
berikut ini:
- Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan tekait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasa berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang. Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna dari Ausubel.
- Penerapan pengetahuan: adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau masa depan.
- Berpikir tingkat tinggi: siswa diwajibkan untuk memanfaatkan pola berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
- Kurikulum diajarkan berdasar standar: isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia nyata.
- Responsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat temapat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok akan mempengaruhi pembelajaran dan cara mengajar guru.
6.
Penilaian
autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian akan merefleksikan hasil
belajar sesungguhnya.
C. Pembahasan
a.
Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
Dalam setiap pendekatan pendekatan dan
pada tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri yang berhubungan
dengan apa yang menjadi fokus dan penekanan dalam pembelajaran,seperti:
pendekatan pembelajaran fokus pada siswa,kemampuan berfikir,aktifitas, pengalaman
siswa, fokus pada guru, berfokus pada masalah (personal,lingkungan,sosial), berfokus
pada teknologi (system instuksional,media,dan sumber belajar). Hal ini tercantum
dalam pembelajaran kontekstual yang dipandang sebagai individu yang berkembang.
Dalam pendekatan ini peran guru tidak lagi sebagai Instuktur
atau penguasa yang memaksakan kehendaknya, melainkan sebagai fasilitator
pembimbing siswa agar dapat belajar sesuai kemampuannya.
Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) ini
menekankan aktifitas siswa secara penuh,baik fisik ataupun mental. Dan
memandang bahwa kegiatan belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat, mencontoh
latihan secara berulang-ulang, namun terletak pada pengalaman yang
nyata,seperti: seorang siswa yang di ajak belajar di alam terbuka,contohnya
seperti siswa yang diajak belajar langsung untuk mengamati binatang ataupun
tumbuhan. Dengan demikian anak tersebut dapat mengkaji dan menganalisis apa
yang ditemuinya.
b.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam
pembelajaran kontekstual, minimal ada 3 prinsip utama yang sering digunakan,
yaitu :
i. Saling
Ketergantungan ( Interdefence)
Prinsip saling ketergantungan (Interpedence) artinya
dalam proses pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti
penekanan hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan penerapan dalam
kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan lingkungan masyarakat.
ii.
Prinsip Diferensiasi(Differentiation)
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling
ketergantungan yang sama-sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip
ini tidak hanya menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa batas,akan tetapi
suatu kesatuan yang saling berhubungan atau tergantung dalam keterpaduan yang
bersifat saling menguntungkan.
iii.
Prinsip Pengorganisasian(Self
Organization)
Setiap individu
memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dengan yang
lain atau dengan individu lain sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam
pembelajarannya seorang pendidik harus mampu mendorong siswanya untuk
merealisasikan potensinya seoptimal mungkin dan pengembangan sikap dan moralnya
yang sesuai dengan yang ada di lingkungan masyarakat.
c.
Asas-Asas
dalam Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara
materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata siswa dan motifasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif:
1. Kontrukstivisme (constructivism)
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget (Sanjaya.2005) menganggap bahwa
pengetahuan ini terbentuk bukan hanya oleh objek semata, akan tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi
proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
a. Menemukan (inquiri)
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Menemukan
merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran Kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus
selalu merancang kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkan.
Tindakan guru bukanlah untu mempersiapkan anak untuk mengapalkan
sejumlah nmateri akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar merupakan proses
mental seseorang yang tidaak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan
di arahkan kepada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang utuh.
Dalam model intuiri dapat dilauan melalui beberapa langkah sistematis,
yaitu; Meluruskan masalah, mengajukan
hipoteis,
mengumpulkan data, menguji
hipotesis berdasarkan data yang diumpulkan, dan membuat kesimpulan
b. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Dalam proses pembelajaran konstektual, guru tidak banyak menyampaikan impormasi
begitu saja, akan tetapi berusaha memncing agar siswa menemukan sendiri. Oleh
karena itu, melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya. Guru dapat
menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan
mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan
pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan
pertanyaan-pertanyaan, dan belajar bertanya tentang bukti, dan
penjelasan-penjelasan yang ada.
Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk; menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran, Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu,
memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan,
dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sendiri
c. Masyarakat
belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran
diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan
yang tidak tahu. Sehingga menimbulkan komunikasi dua arah, saling memberikan informasi
satu dengan yang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat belajar
didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada yang lain.
d. Pemodelan (modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan
akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip pembelajaran
modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari
guru saja akan tetapi guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Artinya dalam pembelajaran Kontekstual guru bukan satu-satunya
model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Asas modeling asas yang sangat penting karena
dalam pembelajaran dapat terhindar dari pembelajaran teoris yang dapat
mengundang verbalisme.
e. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru
dipelajari, merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui
pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari. ”Biarkan
secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya”.
f. Penilaian Sebenarnya ( Authentic
Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah
melakukan penilaian sebenarnya. Penilaian sebagai bagian integral dari
pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian
sebenarnya adalah penilaian yang dilakukan berkenaan dengan seluruh
aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh
usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian sebenarnya
menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilaian yang
dilakukan tidak hanya dilakukan guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang
lain.
d. Model Pembelajaran Kontekstual
Siswa belajar mengatasi masalah yang dihadapi, berfikir
sesuai taraf siswa sekolah dasar. Saat memecahkan masalah siswa menemukan
pemecahan masalah yang terjadi melalui informasi yang terdapat beberapa aspek
yang dapat dipelajari, proses saat siswa berpikir dan bekerja untuk mengetahui
masalah yang terjadi, dan mengaplikasikannya antara konsep dengan masalah serta
ide untuk memecahkan masalah juga sikap fositif terhadap masalah yang dihadapi.
Tahapan model pembelajaran meliputi tahapan-tahapan yaitu
:
1. Tahap
invitasi, siswa didorong mengemukakan pengetahuan awal tentang suatu konsep
yang di bahas. Guru juga bisa memberikan pertanyaan tentang suatu masalah
tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di
bahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa juga diberikan kesempatan
untuk mengkomunikasikan,mengikuti sertakan pemahamannya tentang konsep
tersebut.
2. Tahap
eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
melalui pengumpulan,pengorganisasian, penginterprestasikan data dalam sebuah
kegiatan yg telah dirancang guru . Secara berkelompok siswa melalui kegiatan
dan diskusi tentang masalah yang dibahas. Tahap ini juga akan memenuhi rasa ke
ingin tahuan siswa tentang fenomena kehidupan di sekelilingnya
3. Tahap
penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang
didasari pada hasil observasi ditambah penguatan guru, maka siswa dapat
menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan
4. Tahapan
pengambilan tindakan , siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan
dan keterampilan, berbgai informasi dan gagasan,mengajukan pertanyaan lanjutan,
mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan
pemecahan masalah.
C. KESIMPULAN
Inovasi pembelajaran kontekstual merupakan metode
pembelajaran yang sangat penting. Pembelajaran kontekstual memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis untuk memecahkan suatu masalah.
Belajar berfikir secara aktif mengembangkan pola pikir anak supaya tanggap
terhadap sekitar. Bagi guru pembelajaran kontekstual suatu srategi yang tepat
untuk diberikan kepada siswa.
Daftar Pustaka
Syafeudin sa’ud, udin.dan suherman, ayi.(2006).Inovasi Pendidikan.Bandung : UPI Press
Syafeudin sa’ud, udin.(2011).Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta
[online]
Tersedia
pada : http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html