Sunday, 1 December 2013

INOVASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL



INOVASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan


Disusun oleh :
kelompok 8
Aris Syuhada
Jajang Bayu K
Verina Rizki M
Sri Wulansari
Fitrotul Jannah

1105962 (26)
1105371 (14)
1106290 (41)
1105384 (20)
1106365 (43)

Prodi PGSD Guru Kelas
Universitas Pendidikan Indonesia kampus Sumedang
2012

Inovasi Pembelajaran Kontekstual
Kelompok 8
Abstrak
Pengetahuan terbentuk dalam struktur kognitif anak yang sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Dengan kajian yang dipaparkan dengan metode deskriptif analitis dan sebuah landasan teori yang menjadi pijakan inovasi pembelajaran kontekstual, dikatakan bahwa ketika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

A.    Pendahuluan
Dalam proses kegiatan belajar mengajar harus diterapkannya sebuah pendekatan yang mampu memahami dan membantu menemukan bakat dan potensi yang dimiliki peserta didik, serta karakter yang ada dalam peserta didik mampu digali dengan sebuah konsep pendekatan yang menekankan keaktifan siswa.
Dalam kenyataanya pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar masih belum bisa menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa, karena pendidik masih beranggapan bahwa yang harus belajar hanyalah siswa, sedangkan pendidik hanya memberikan materi yang harus dimengerti siswa , dan sifatnya otoriter atau yang disebut dengan teacher center, siswa dipaksa untuk mengerti materi yang diajarkan oleh pendidik atau guru yang mengajar , itu semua membuat psikologis dan perkembangan anak neuju kearah keterpaksaan dan tidak bisa berkembang sesuai dengan keinginanannya karena selalu tertekan dengan kondisi yang dibuat berdasarkan pendekatan yang kurang memperhatikan tumbuh kembang potensi peserta didik.
Hakikat pembelajaran yang konvensional menuju kepada sifat abstrak, tidak nyata sedangkan pekembangan anak usia sekolah dasar  membutuhkan sesuatu yang nyata atau kongkrit dan memiliki manfaat bagi peserta didik agar dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik, selanjutnya adalah siswa dalam hal ini sifatnya individu, tidak dapat berkomunikasi secara luas hanya satu arah , peseta didik pun hanya melakukan kegiatan yang diinstruksikan oleh guru tanpa memperhatikan keinginan siswa, siswa terlihat pasif dan kaku dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi takut terhadapa guru karena bila mereka tidak melakukan hal yang telah diinstruksikan kemungkinan besar akan diberikan sangsi dari pendidik, dalam pencapaian pengetahuan yang optimal dan hasil dari belajar sifatnya final dan absolute karena hanya bertujuan untuk mencari nilai.
Untuk itu perlu sebuah pendekatan yag mampu mengembangkan potensi peserta didik, hingga peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran , tidak hanya guru yang berkuasa penuh dalam kelas , namun siswa dipersiahkan untuk mengungkapkan dan member pendapat tentang materi yang sedang diajarkan, pendekatan yang menonjolkan keakifan siswa dalam melakukan sesuatu, akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain kepada siswa.
Pernah kita melakukan kegiatan bersama siswa yang seolah siswa terbenam dan larut rasa keingin tahuan yang lebih jauh. Belajar untuk tahu dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa kita duduk dalam tempat yang tepat, setidaknya mereka menjalani beajar untuk menambah pengetahuan dan informasi ke otaknya, mereka melakukan praktik dilanjutkan belajar menjadi. Masih ingat Andreas harefa yang menuliskan,”diantara teori dan praktik terdaat jembatan yang justru amat penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar menjadi”.
Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun model atau setarteginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi pembelajaran kontekstual akan membicarakan bagaimana siswa menjadi sesorang yang akrab dengan lingkungan dimana, apa, dan siapa sebenarnya dirinya itu.
B.     Konteks Teori
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menkankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka( sanjaya,2005).
Pembelajaran kompetensi merupakan susatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic ( menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait apabila dilaksanakannya masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya ( sukmadinata,2004)
Paparan pengertian pembelajaran kontekstual dapat diperjelas sebagai berikut :
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Teori belajar yang mendasari pembelajaran kontekstual antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Kontruktivisme Berbasis Pengetahuan - Baik instruksi langsung maupun kegiatan kontruktivis dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa.
  2. Pembelajaran Berbasis Usaha/ Teori Pertumbuhan Kecerdasan – Peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan seseorang dapat di ubah.
  3. Sosialisasi – Anak- anak mempelajari standar, nilai- nilai, dan pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima tantangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah suatu proses sosial, oleh karenanya factor sosial dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
  4. Pembelajaran Situasi – pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks sosial.
  5. Pembelajaran Distribusi – pengetahuan mungkin dipandang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda dan bukan semata- mata sebagai suatu kekayaan individual.
The Northwest regional Educational laboratory USA mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual seperti berikut ini:
  1. Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan tekait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasa berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang. Prinsip ini sejalan dengan pembelajaran bermakna dari Ausubel.
  2. Penerapan pengetahuan: adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau masa depan.
  3. Berpikir tingkat tinggi: siswa diwajibkan untuk memanfaatkan pola berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
  4. Kurikulum diajarkan berdasar standar: isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia nyata.
  5. Responsif terhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman pendidik dan masyarakat temapat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok akan mempengaruhi pembelajaran dan cara mengajar guru.
6.      Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.
C.    Pembahasan
a.                  Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Dalam setiap pendekatan pendekatan dan pada tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri yang berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan penekanan dalam pembelajaran,seperti: pendekatan pembelajaran fokus pada siswa,kemampuan berfikir,aktifitas, pengalaman siswa, fokus pada guru, berfokus pada masalah (personal,lingkungan,sosial), berfokus pada teknologi (system instuksional,media,dan sumber belajar). Hal ini tercantum dalam pembelajaran kontekstual yang dipandang sebagai individu yang berkembang. 
Dalam pendekatan ini peran guru tidak lagi sebagai Instuktur atau penguasa yang memaksakan kehendaknya, melainkan sebagai fasilitator pembimbing siswa agar dapat belajar sesuai kemampuannya.
Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) ini menekankan aktifitas siswa secara penuh,baik fisik ataupun mental. Dan memandang bahwa kegiatan belajar bukanlah kegiatan menghafal, mengingat, mencontoh latihan secara berulang-ulang, namun terletak pada pengalaman yang nyata,seperti: seorang siswa yang di ajak belajar di alam terbuka,contohnya seperti siswa yang diajak belajar langsung untuk mengamati binatang ataupun tumbuhan. Dengan demikian anak tersebut dapat mengkaji dan menganalisis apa yang ditemuinya.
b.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Elaine B. Jhonson (2002), mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual, minimal ada 3 prinsip utama yang sering digunakan, yaitu :
                          i.   Saling Ketergantungan ( Interdefence)
Prinsip saling ketergantungan (Interpedence) artinya dalam proses pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti penekanan hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan lingkungan masyarakat.
                     ii.      Prinsip Diferensiasi(Differentiation)
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling ketergantungan yang sama-sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip ini tidak hanya menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa batas,akan tetapi suatu kesatuan yang saling berhubungan atau tergantung dalam keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.
                   iii.      Prinsip Pengorganisasian(Self Organization)
Setiap individu  memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dengan yang lain atau dengan individu lain sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajarannya seorang pendidik harus mampu mendorong siswanya untuk merealisasikan potensinya seoptimal mungkin dan pengembangan sikap dan moralnya yang sesuai dengan yang ada di lingkungan masyarakat. 
c.       Asas-Asas dalam Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata siswa dan motifasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif:
1.      Kontrukstivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Jean Piaget (Sanjaya.2005) menganggap bahwa pengetahuan ini terbentuk bukan hanya oleh objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan  ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan  dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan  dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan  aktif dalam proses  belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
a.       Menemukan (inquiri)
Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran Kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
Tindakan guru bukanlah untu mempersiapkan anak untuk mengapalkan sejumlah nmateri akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar merupakan proses mental seseorang yang tidaak terjadi secara mekanis, akan tetapi perkembangan di arahkan kepada intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang utuh.
Dalam model intuiri dapat dilauan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu; Meluruskan masalah, mengajukan hipoteis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang diumpulkan, dan membuat kesimpulan
b.      Bertanya (questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran konstektual, guru tidak banyak menyampaikan impormasi begitu saja, akan tetapi berusaha memncing agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan, dan belajar bertanya tentang bukti, dan penjelasan-penjelasan yang ada. Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk; menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri
c.       Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Sehingga menimbulkan komunikasi dua arah, saling memberikan informasi satu dengan yang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.
d.      Pemodelan (modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Artinya dalam pembelajaran Kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Asas modeling asas yang sangat penting karena dalam pembelajaran dapat terhindar dari pembelajaran teoris yang dapat mengundang verbalisme.
e.       Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang  pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari. ”Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya”.
f.       Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah melakukan penilaian sebenarnya. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian sebenarnya adalah penilaian  yang dilakukan berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
d.      Model Pembelajaran Kontekstual
Siswa belajar mengatasi masalah yang dihadapi, berfikir sesuai taraf siswa sekolah dasar. Saat memecahkan masalah siswa menemukan pemecahan masalah yang terjadi melalui informasi yang terdapat beberapa aspek yang dapat dipelajari, proses saat siswa berpikir dan bekerja untuk mengetahui masalah yang terjadi, dan mengaplikasikannya antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah juga sikap fositif terhadap masalah yang dihadapi.
Tahapan model pembelajaran meliputi tahapan-tahapan yaitu :
1.      Tahap invitasi, siswa didorong mengemukakan pengetahuan awal tentang suatu konsep yang di bahas. Guru juga bisa memberikan pertanyaan tentang suatu masalah tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa juga diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan,mengikuti sertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
2.      Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,pengorganisasian, penginterprestasikan data dalam sebuah kegiatan yg telah dirancang guru . Secara berkelompok siswa melalui kegiatan dan diskusi tentang masalah yang dibahas. Tahap ini juga akan memenuhi rasa ke ingin tahuan siswa tentang fenomena kehidupan di sekelilingnya
3.      Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasari pada hasil observasi ditambah penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan
4.      Tahapan pengambilan tindakan , siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbgai informasi dan gagasan,mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
C.    KESIMPULAN
Inovasi pembelajaran kontekstual merupakan metode pembelajaran yang sangat penting. Pembelajaran kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis untuk memecahkan suatu masalah. Belajar berfikir secara aktif mengembangkan pola pikir anak supaya tanggap terhadap sekitar. Bagi guru pembelajaran kontekstual suatu srategi yang tepat untuk diberikan kepada siswa.








Daftar Pustaka

Syafeudin sa’ud, udin.dan suherman, ayi.(2006).Inovasi Pendidikan.Bandung : UPI Press
Syafeudin sa’ud, udin.(2011).Inovasi Pendidikan.Bandung:Alfabeta
[online]
Tersedia pada : http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html