Kreativitas merupakan
aktivitas mental karena berkaitan dengan pemahaman manusia terhadap
lingkungannya secara terus menerus dengan penuh ketekunan dan kesabaran yang
menghasilkan berbagai ide, temuan, cara-cara baru, dan berbagai tindakan yang
merupakan terobosan bagi suatu perubahan yang sangat bernilai dan bermakna bagi
manusia dalam mengembangkan, mengatur dan mengendalikan lingkungannya sehingga
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
1. Berbagai pandangan tentang kreativitas
Kreativitas merupakan
konsep yang perlu dijelaskan berdasarkan berbagai sudut pandang. Hal ini
disebabkan setiap sudut pandang memiliki keunikan dalam menjelaskan makna
kreativitas. Berbagai pandang tersebut didasarkan pada berbagai teori yang
menjelaskan tentang kreativitas. Jamaris (2004: 54-56) mensintesakan berbagai
pandangan tentang kreativitas seperti yang diuraikan pada bagian berikut ini.
a) Pandangan
Behaviorisme
Teori
behaviorme menyatakan bahwa kreativitas bukan merupakan hasil dari inisiatif
individu tanpa pengaruh dari lingkungan. Kreativitas merupakan suatu kemampuan
yang bersifat genetik yang berkembang karena pengaruh yang diterima oleh
individu dari lingkungan disekitarnya. Berkaitan dengan hal itu, skinner
menyatakan bahwa lingkungan berpengaruh pada perkembangan individu. Pengalaman
individu berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini lingkungan memberikan
contoh atau model untuk berperilaku dan bertindak dalam cara-cara yang khusus,
termasuk bertindak secara kreatif menjadi dasar kemampuan individu dalam
kreativitas. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kreativitas maka perlu
dilakukan penataan lingkungan yang sesuai kebutuan dalam mengembangkan
kreativitas (Fred Balzac, 2010).
b) Pandangan
Psikoanalis
Teori
yang berbasis pada perkembangan kepribadian menjelaskan bahwa kreativitas
merupakan bagian dari kepribadian. Seperti yang dijelaskan oleh Kitano dan
kirby (dalam Jamaris, 2013: 75), memandang kreativitas sebagai mekanisme
kontrol yang dilakukan oleh manusia terhadap berbagai tekanan yang dialaminya.
Adanya tekanan yang dialami individu maka akan terjadi kemunduran atau regresi.
Oleh sebab itu, individu berusaha untuk mengendalikan regresi.
Selanjutnya
psikoanalis memandang kepribadian sebagai satu rangkaian susunan yang terdiri
atas id, ego dan super ego. Id berkaitan dengan ketidaksadaran yang bersifat
instingtif dan mencari kepuasan atau kesenangan, misalnya keinginan untuk
selalu memakan makanan lezat. Ego berkaitan dengan kesadaran dan tanggung jawab
yang berfungsi mengendalikan id, misalnya membatasi diri untuk memakan makanan
lezat yang berlemak agar tetap sehat. Ego mewakili tanggung terhadap sesuatu
yang nyata dan masuk akal, sehingga membantu manusia untuk berinteraksi secara
sosial dan bertanggung jawab terhadap permbuatannya, misalnya bertanggung jawab
terhadap sesuatu yang kesalahan yang dilakukan. Super ego berkaitan dengan
nilai ideal yang diyakini oleh individu, seperti nilai-nilai moral mengontrol
perilaku individu, sehingga ia selalu memperhatikan nilai-nilai moral dalam
mengambil keputusan dan bertindak. Psikoanalis memandang kreativitas proses
pelepasan terhadap pelepasan kontrol ego sehingga ambang sadar manusia dapat
terungkap secara bebas. Pengungkapan tersebut dapat berbentuk karya, seperti
karya seni, lukisan atau musik, dan karya lainnya.
c) Pandangan
Humanisme
Carl
Roger dan Abrahan Maslow (dalam Jamaris,
2013:75) dari aspek kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Oleh
sebab itu, setiap individu sejak lahir memiliki potensi untuk menjadi kreatif.
Perlkembangan potensi kreatif sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
lingkungan disekitar individu tersebut.
Carl
Roger mengemukakan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
Ø
Keterbukaan terhadap
berbagai pengalaman yang disertai dengan tingkat kelenturan dan toleransi
terhadap ketidakpastian.
Ø
Kepuasan diri seseorang
terhadap apa yang dilakukannya dan tidak tergantung pada kritik yang diberikan
oleh orang lain.
Ketiga aspek tersebut dapat
diwujudkan apabila persyaratan-persyaratan ini terpenuhi.
Ø
Kemampuan untuk menerima
keunikan individu sebagai sesuatu yang berarti
Ø
Kebebasan dalam
mengekpresikan perasaan dan pikiran
Ø
Kesediaan untuk menerima
cara pandang orang lain.
Ø
Kemampuan untuk tidak
tergantung pada hasil evaluasi orang lain terhadap perasaan dan pikiran,
misalnya keteguhan hati untuk mencapai cita-cita yang ingin dicapai.
d) Pandangan
Kognitifisme
Para
kognitivist memandang kreativitas sebagain suatu proses mental yang terjadi
pada waktu manusia memahami lingkungannya dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapinya. Smith, Ward dan Finke (1995: 1) mengemukakan bahwa proses mental
merupakan faktor utama dalam kreativitas. Harapan dan keinginan yang tidak
disadari oleh manusia merupakan titik tolak dan intuisi dan pemahaman manusia
terhadap lingkungannya. Oleh sebab itu, pengetahuan yang telah ada merupakan
faktor penting dalam kreativitas.
2. Aspek-aspek yang memengaruhi kreativitas
a) Aspek
kognitif
Kemampuan
kognitif atau kemampuan berpikir adalah salah satu aspek yang berpengaruh
terhadap munculnya kreativitas seseorang, kemampuan berfikir yang dapat
menghasilkan kreativitas adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah atau dalam
menghasilkan produk baru. Kemampuan berfikir ini merangkai kemampuan dalam
mensintesis, menganalisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan berbagai
alternatif dalam pemecahan masalah atau memproduk kreasi baru.
b) Aspek
intuitif dan imajinatif
Kemampuan
intuitif dan imajinatif yang ada di alah bahwa sadar dalam mengolah informasi
secara holistik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh belahana otak bagian
kanan yang menghasilkan kreativitas.
c) Aspek
kepekaan dalam penginderaan
Kreativitas
dipengaruhi oleh kepekaan dalam penginderaan. Kemampuan dalam menggunakan pancaindra secara peka.
Kepekaan ini menghasilkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat
dilihat atau tidak disadari oleh orang lain.
d) Aspek
kecerdasan emosional
Kecerdasan
emosi berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian,
dalam menghadap berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang
menghasilkan kreativitas.
3. Ciri-ciri berpikir kreatif
Untuk lebih jelas dalam
memahami keterampilan berpikir kreatif maka perlu melihat ciri-cirinya. Dalam
hal ini Munandar (1999), memberikan uraian tentang ciri-ciri berpikir kreatif
sebagai dasar untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa seperti terlihat
dalam tabel berikut.
Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif
Pengertian
|
Perilaku
|
Berfikir
Lancar (fluency)
1.
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, atau jawaban.
2.
Memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal.
3.
Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
|
1.
Mengajukan banyak pertanyaan.
2.
Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada.
3.
Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah.
4.
Lancar mengungkapkan gagasan-gagasan.
5.
Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak dari orang lain.
6.
Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi.
|
Berfikir
Luwes (flexibility)
1.
Menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pertanyaan yang bervariasi.
2.
Dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda.
3.
Men cari
banyak alternatif atau arah yang berbeda.
4.
Mampu mengubah cara model atau pemikiran.
|
1.
Memberikan aneka ragam penggunaan yang tak
lazim terhadap suatu objek.
2.
Memberikan bermacam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.
3.
Menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang berbeda-beda.
4.
Memberikan pertimbangan terhadap situasi
yang berbeda dari yang diberikan orang lain.
5.
Dalam membahas, mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang bertentangan dengan mayoritas kelompok.
6.
Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya.
7.
Menggolongan hal-hal menurut pembagian
(kategori) yang berbeda-beda.
8.
Mampu mengubah arah berfikir secara
spontan.
|
Berfikir
Orisinil (originality)
1.
Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan
unik.
2.
Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri.
3.
Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
|
1.
Memikirkan maslah-masalah atau hal yang
tidak terpikirkan orang lain.
2.
Mempertanyakan cara-cara yang lama dan
berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
3.
Memilih asimetri dalam menggambarkan atau
membuat desain.
4.
Memilih cara berpikir lain dari pada yang
lain.
5.
Mencari model yang baru dari yang klise.
6.
Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk menyelesaikan yang baru.
7.
Lebih senang mensintesa dari pada
menganalisis sesuatu.
|
Berpikir
Elaboratif (Elaboration)
1.
Mampu memperkaya dan mengembangan suatu
gagasan atau produk.
2.
Menambah atau merinci detail-detail dari
suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
|
1.
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
2.
Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang
lain.
3.
Mencoba atau menguji detail-detail untuk
melihat arah yang akan ditempuh.
4.
Mempunyai rasa keindahan yang kuat,
sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.
5.
Menambah garis-garis, warna-warna, dan
detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarannya sendiri atau orang lain.
|
Daftar Pustaka
Munandar. U. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Rasindo,1999.
Jamarisin. Martini.
Orientasi Baru dalam Dunia Pendidikan. Jakarta:GI.2013
0 komentar:
Post a Comment