AWAS KUMMAT
(Kamu Suka Matematika)
Diajukan
untuk Memenuhi Salahsatu Tugas
Matakuliah
Model Pembelajaran Matematika.
Disusun oleh :
Kelompok 10
Dede Ahmad Sobandi (1105194/07)
Egi Agustian (1105661/15)
M. Junaedi (1101465/23)
Topik Rusmana (1105142/34)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2014
HAKIKAT MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA
A. Hakikat Matematika
Untuk memahami
hakikat matematika dengan benar sehingga tidak terjadinya kekeliruan maka
sebelumnya harus memahami terlebih dahulu apa definisi dari matematika, karakteristik
matematika sebagai suatu ilmu serta manfaat matematika itu sendiri apa. Cahya
(2006) mengemukakan bahwa “Hakikat matematika berkenaan struktur-struktur,
hubungan-hubungan, dan konsep-konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan
yang logis.”
1.
Definisi
Matematika
Matematika
merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang
lain. Karena hampir seluruh disiplin ilmu menggunakan konsep matematika dalam
mempelajari objek kajiannya. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika
mutlak diperlukan. selain itu matematika merupakan ilmu yang objek kajiannya
bersifat abstrak karena memang matematika merupakan ilmu hasil dari penalaran.
Definisi
matematika satu sama lain berbeda tidak pernah sama persis. Perbedaan dalam
mendefinisikan matematika sepertinya dipengaruhi oleh latarbelakang dari para
ahli tersebut. Definisi matematika dapat dilihat dari dua hal yaitu berdasarkan
asal usul katanya serta berdasarkan pendapat para ahli.
Definisi
matematika menurut Suwangsih & Tiurlina (2006), “Matematika berasal dari
bahasa latin mathematika yang
memiliki arti mempelajari. Kata mathematika
memiliki asal usul dari kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu. Selain itu matematika berhjubungan pula
dengan kata mathein atau mathenin yang
berarti belajar atau berpikir.” Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa matematika berdasarkan asal katanya yang berarti ilmu pengetahuan yang
didapat dari hasil analisis dengan penalaran yang menggunakan struktur
kognitif.
Ada beberapa
pendapat para ahli dalam mengartikan matematika diantaranya:
a.
Ruseffendi
(1983)
Matematika terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. (Suwangsih &
Tiurlina, 2006, hlm. 4)
b.
Reys,
dkk. (1984)
Matematika
adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Ruseffendi, 1992, hlm. 28)
c.
Kline
(1973)
Matematika
itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. (Ruseffendi, 1992, hlm. 28)
d.
James
dan James (1976)
Matematika
adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika,
aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan
statistika. (Ruseffendi, 1992, hlm. 27)
Dari
beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa definisi matematika
adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis yang menelaah pola hubungan, pola
berpikir, seni, dan bahasa yang semuanya dikaji dengan logika serta bersifat
deduktif, matematika berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
2.
Karakteristik
Matematika sebagai Suatu Ilmu
Karakteristik
matematika sebagai suatu ilmu menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006) ada lima,
diantaranya, (1) Matematika sebagai ilmu deduktif; (2) Matematika adalah ilmu
terstruktur; (3) Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan; (4)
Matematika adalah bahasa simbol; dan (5) Matematika sebagai ratu dan pelayan
ilmu. Berikut akan dibahas satu persatu dari kelima karakteristik matematika
tersebut.
a. Matematika
sebagai Ilmu Deduktif
Menurut Ruseffendi (1992),
matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif.
Untuk mencari kebenaran dalam
matematika baik isi maupun metode yang digunakan berbeda dengan ilmu
pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu pengetahuan umumnya. Metode mencari
kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh
ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika,
mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, Perlu diingat bahwa
induksi matematika bukanlah bentuk pembuktian induktif. Induksi matematika
adalah bentuk dari pembuktian deduktif tetapi selanjutnya generalisasi yang
benar untuk sebuah keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam
matematika, suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat
diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Mungkin
terlintas dalam pikiran bukankah para ahli dalam menemukan teorema atau
dalil-dalil dalam matematika selalu diawali dengan eksperimen, coba-coba atau
melakukan induktif yang semuanya itu bersifat induktif. Lantas kenapa
matematika harus bersifat deduktif? Memang benar untuk menemukan suatu dalil
para ilmuwan menggunakan metode induktif, namun untuk dalil yang telah
ditemukan baru dapat diterima oleh matematika setelah dibuktikan dengan proses
deduktif maka setelah itu baru dalil tersebut dapat diakui, karena dari hasil
percobaan atau eksperimen satu saja ada yang bertentangan maka dalil tersebut
akan terbantahkan. Sehingga pembuktian secara deduktif disini semata-mata untuk
memutlakan sebuah dalil matematika.
Untuk
memperjelas itu semua, bisa dilihat salahsatu contoh proses pembuktian secara
deduktif yaitu:
Semua manusia akan mati.
Ali termasuk manusia.
Ali pasti akan mati
.
Jika dilihat
dari bentuk penalaran diatas maka contoh tersebut diawali terlebih dahulu
dengan premis umum. Kemudian ditarik lagi sebuah kesimpulan yang lebih khusus
lagi sehingga penalaran tersebut bersifat deduktif.
b. Matematika
adalah ilmu terstruktur
Ruseffendi (1992, hlm. 37) mengemukakan
bahwa “matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal
itu. Untuk memahaminya diperlukan pemahaman tentang suatu konsep-konsep yang
ada di dalam matematika itu sendiri.”
Matematika adalah ilmu terstruktur yang
sistematis urutannya. Hal ini terjadi karena matematika ini dimulai dari unsur
yang tidak terdefinisikan, lanjut ke unsur yang terdefinisikan, kemudian ke
aksioma atau postulat, dan yang terakhir ke dalil atau teorema.
|
Berikut ini
penjelasan mengenai struktur matematika, diantaranya:
1)
Tak
terdefinisikan.
Dari unsur-unsur yang tak terdefinikan
ini sebenarnya ada, hanya saja kita tidak bisa mendefinisikannya atau menjadi
pernyataan kalimat yang tepat berkenaan dengan unsur tersebut. Contohnya adalah
titik, bilangan, garis, bidang, lengkungan dan lain-lain.
2)
Terdefinisikan.
Ternyata ada juga unsur-unsur yang bisa
didefinisikan. Unsur yang terdefinisikan ini berkembang karena adanya unsur
yang tak terdefinisikan tadi. Contohnya adalah sudut, persegi, persegi panjang,
segitiga, bilangan ganjil, bilangan genap dan lain-lain.
3)
Aksioma
atau postulat.
Gabungan dari unsur-unsur yang tidak
terdefinisikan dengan unsur-unsur yang didefinisikan dapat melahirkan asumsi
atau kesepakatan yang biasa disebut aksioma atau postulat. Contoh sederhananya
ialah dua titik yang nantinya bisa menentukan sebuah garis.
4)
Dalil
atau teorema.
Dari unsur-unsur yang tidak
terdefinisikan, unsur-unsur yang terdefinisikan, ditambah dengan aksioma atau
postulat sehingga menjadi sebuah dalil atau teorema. Sebagai contohnya adalah
jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga yaitu 1800.
Sebagai contoh
dalam pembelajaran ke siswa, guru akan mengajarkan mengenai volume suatu kubus,
maka guru tersebut pastinya sudah mengajarkan mengenai apa itu garis atau
rusuk, sudut, titik sudut, dilanjutkan ke bangun datar seperti persegi, dan
akhirnya mengenai kubus dan volume kubus itu sendiri.
c.
Matematika
adalah Ilmu tentang Pola dan Hubungan
Suwangsih
dan Turlina (2006, hlm. 8) mengemukakan bahwa matematika disebut sebagai ilmu
tentang pola, karena pada matematika sering dicari keseragaman seperti
keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model
yang merupakan representasinya untuk membuat generalisasi. Oleh karena itu,
pola yang ada akan membentuk keterhubungan satu sama lain.
Contoh :
1 + 3 = 4
5 + 7 = 12
9 + 11 = 20, dan
seterusnya.
Dari
contoh-contoh di atas dapat dibuat generalisasi dengan pola “jumlah dari dua
bilangan ganjil adalah bilangan genap”. Pemilihan angka tersebut dilakukan
dengan cara memilih bilangan ganjil, lalu dijumlahkan, dan akan menghasilkan
bilangan genap.
Menurut
Suwangsih dan Turlina (2006, hlm. 8), matematika disebut sebagai ilmu tentang
hubungan, karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan. Adapun contohnya, sebagai berikut.
Contoh :
1)
4
+ 5 = 9 sama saja dengan 5 + 4 = 9 (berlaku sifat komutatif).
2)
2
x 2 = 4 = 22 = √16 = 8 : 2 = 2 + 2 = 8 – 4 = 4.
3)
Persegi
panjang dengan balok, persegi dengan
kubus, dan lain-lain.
d.
Matematika
adalah Bahasa Simbol
Apa yang anda pikirkan jika melihat simbol
“1” ? Bagaimana cara anda mengungkapkannya? Mungkin cara bahasa sebagian orang
tidak akan sama dalam mengucapkan simbol “1” tersebut. Bagi orang Indonesia
mungkin akan menyebutnya “satu”, bagi orang sunda “hiji”, bagi
orang arab “wahid”, bagi orang inggris “one”, dan masih banyak
sebutan dari bahasa lainnya. Walaupun terdapat banyak perbedaan dalam
pengucapan, tapi satu hal yang jelas bahwa simbol tersebut adalah simbol untuk
menyatakan sesuatu yang jumlahnya tunggal. Bisakah anda menyebutkan simbol matematika
yang lainnya atau semua simbol matemtika yang ada?
Matematika terdiri dari simbol-simbol
yang jumlahnya sangat banyak bahkan sampai tak terhingga berapa jumlahnya.
Simbol yang ada dalam matematika ditulis secara singkat namun bisa memiliki
makna yang luas. Sebagai contoh simbol “~”. Semua simbol ini menyatakan
jumlah yang tak terhingga banyaknya. Simbol matematika ini merupakan hasil
kesepakatan secara internasional bagi siapa saja yang belajar matematika.
Ketentuan yang telah disepakati ini tentu berlaku untuk siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja. Maka dari itu matematika disebut juga sebagai bahasa
simbol universal.
Pada
dasarnya penulisan setiap simbol yang ada dalam matematika sama. Namun untuk
beberapa kasus terdapat perbedaan walaupun perbedaan tersebut relatif kecil.
Misalnya saja di Indonesia kita menulis “1,5” mungkin di beberapa negara
lainnya ditulis “1.5”. Contoh lainnya, simbol perkalian (×) terkadang
dinyatakan dengan simbol “*”, simbol pembagian (:) dengan “÷”
atau “/”.
e.
Matematika
sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Pada dasarnya matematika adalah ilmu
murni yang memiliki sifat tetap dan pasti. Ilmu murni merupakan dasar bagi ilmu
pengetahuan yang lain. Fungsi matematika itu tidak hanya untuk matematika itu
sendiri, melainkan juga membantu ilmu lainnya. Oleh karena itu, matematika
disebut juga sebagai pelayan ilmu lain.
Konsep-konsep dalam matematika sangat
diperlukan oleh ilmu-ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, dan
ilmu-ilmu lainnya. Bahkan semua ilmu lain juga menggunakan matematika. Sebagai
contoh dalam ilmu fisika, kimia, dan biologi kita sering dihadapkan dengan
rumus-rumus yang tentu menggunakan konsep matematika, yaitu bilangan, dan dalam
setiap ilmu lainnya konsep ini pasti diturut sertakan.
3. Manfaat
matematika
Setiap
manusia memiliki kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Upaya pemenuhan
kebutuhan tersebut tentu berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya. Salahsatu ilmu yang sangat berperan penting dalam mendukung kehidupan
manusia adalah matematika. Ketika seseorang mempelajari matematika maka jika ia
secara tidak langsung ia sedang mempelajari apa yang ada dalam kehidupannya.
Matematika tidak hanya mengajarkan kepada kita konsep-konsepnya saja, melainkan
jika kita bijaka dan cermat matematika mampu memberikan nilai-nilai yang
penting dalam kehidupan. Apabila manusia mampu menerapkan nilai-nilai inidalam
berbagai bidang kehidupan, maka ia akan mampu menyelesaikan setiap permasalahan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Ruseffendi (1992, hlm. 59),
nilai-nilai yang terdapat dalam matematika secara garis besarnya ada tiga macam
nilai utama yaitu,“nilai praktis, nilai disiplin, dan nilai budaya”.
a.
Nilai
Praktis
Matematika
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Semua yang ada di dunia ini pada dasarnya
adalah objek kajian matematika. Maka dari itu, pengetahuan serta keterampilan
matematika memiliki nilai praktis dan bisa dimanfaatkan untuk meringankan serta
melancarkan setiap persoalan dan pekerjaan manusia.
b.
Nilai
Disiplin
Matematika dapat melatih untuk
menumbuhkan sifat disiplin baik dalam bepikir maupun bertindak. Latihan pola
pikir dan tindakan seperti ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1)
Kesederhanaan,
matematika melatih untuk terbiasa mengeluarkan pernyataan yang sederhana,
singkat, mudah dimengerti oleh orang lain yang menerima.
2)
Ketepatan,
matematika mengajarkan untuk selalu bertindak dengan tepat dan penuh
kecermatan.
3)
Kepastian
hasil, kebenaran matematika hanya ada dua, yaitu benar atau salah. Matematika
mengajarkan seseorang untuk bijak, mampu menentukan man yang benar dan mana
yang salah untuk dirinya.
4)
Keaslian,
matematika mengajarkan seseorang untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
5)
Pengujian
hasil, matematika mengajarkan untuk selalu bersikap teliti terutama dalam hal
memriksa dan menguji kembali hasil pekerjaan.
c.
Nilai
Budaya
Matematika senantiasa mengiringi hidup
manusia. Orang-orang zaman dahulu mulai menciptakan matematika atas dasar
adanya kebutuhan dalam menyelesaikan permasalahan. Perkembangan matematika
sejalan dengan perkembangan zaman manusia. Matematika merupakan hasil budaya
manusia yang memiliki nilai-nilai penting dalam kehidupan manusia.
1)
Pengembangan
daya konsentrasi, matematika melatih seseorang untuk konsentrasi dalam berpikir
dan bertindak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
2)
Ekonomis,
matematika mengajarkan seseorang untuk hidup secara sederhana dan cermat,
sehingga hal ini mampu mendorong seseorang untuk berhemat dalam upaya pemenuhan
kebutuhan hidup.
3)
Kemampuan
mengeluarkan pendapat, matematika mengajarkan seseorang untuk mampu
mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dalam bentuk pernyataan yang singkat,
jelas, dan tepat.
4)
Hasrat
untuk menemukan, kebenaran matematika yang bersifat merupakan hasil temuan
manusia, sehingga secara tidak langsung matematika akan memupuk rasa ingin tahu
dalam diri seseorang untuk menemukan hal-hal baru yang belum diketahuinya.
5)
Hasrat
untuk terus belajar, untuk memahami matematika atau bahkan menjadi ahli dalam
matemtika, seseorang harus mau terus belajar. Sifat ingin terus belajar inilah
yang diharapkan mampu diterapkan dalam bidang lainnya dalam kehidupan.
6)
Kemampuan
bekerja keras, belajar matematika hanya akan mendapatkan hasil jika dilakukan
dengan sungguh-sungguh yang disertai adanya usaha yang tidak kenal menyerah.
Oleh karena itu, matematika mengajarkan seseorang untuk bekerja keras tanpa
putus asa dalam menempuh hidup.
Belajar
matematika tidak hanya sebatas untuk pandai menghitung. Manfaat matematika bagi
setiap orang tentu bisa beragam, tergantung dari sisi mana ia memandang dan
menerapkan nilai-nilai penting matematika. Oleh karena itu, matematika dapat
dikatakan sebagai salah satu ilmu yang banyak memberikan manfaat bagi manusia
dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
B. Pembelajaran Matematika
1. Ciri-ciri
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran pada hakikatnya
adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan tingkah laku.
Menurut Ruseffendi (1992, hlm. 109), pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku.Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa
pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang bertujuan:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Pada
dasarnya objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Hal ini bertentangan
dengan teori Peaget bahwa anak yang berada pada usia 7 sampai 12 tahun masih
berada pada tahap operasional konkret yang belum bisa berpikir secara formal.
Sampai sekarang masih banyak yang menganggap bahwa pelajaran
matematika merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa, antara lain
karena bagi banyak siswa pelajaran matematika terasa sukar dan tidak menarik.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salahsatunya adalah kurangnya pemahaman guru
tentang karakteristik siswa dan karakteristik matematika itu sendiri. Tidak
sedikit guru yang menjelaskan matematika pada siswa secara abstrak, padahal
telah kita ketahui sebelumnya bahwa siswa sekolah dasar masih berada pada tahap
operasional konkret. Mungkin inilah salahsatu penyebab matematika menjadi suatu
pelajaran yang sukar dimengerti bagi sebagian siswa.
2. Prinsip-prinsip
Pembelajaran Matematika
Menurut Suwangsih &
Turlina (2006, hlm. 27) ada beberapa prinsip pembelajaran matematika di SD
sesuai dengan Kurikulum 2004, yaitu;
a.
Guru
di sekolah dasar dapat menyusun silabus atau perencanaan pembelajaran dengan
mengacu dan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku.
b.
Kecakapan
matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Pembelajarannya tidak diberikan tersendiri dengan materi matematika.
Kemahiran matematika yang disajikan secara eksplisit dalam KBK dapat menjadi
pertimbangan dan perhatian guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa
kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa melalui pembelajaran matematika.
Diantaranya adalah:
1)
Menunjukkan
pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2)
Memiliki
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau dugaan
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3)
Menggunakan
penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan
matematika.
4)
Menyusun
kemampuan strategi dalam membuat atau merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan
model matematika dalam pemecahan masalah.
5)
Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
c.
Guru
dapat melakukan pembelajaran dengan mengaitkan materi-materi dari kelas 1
sampai dengan kelas 6.
d.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran matematika,
diantaranya:
1)
Guru
hendaknya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau
prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan
penyelidikan dan menemukan sesuatu.
2)
Pembelajaran
matematika berfokus kepada pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini
mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal, terbuka atau masalah
dengan berbagai cara penyelesaian.
3)
Beberapa
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah:
a)
Memahami
soal
b)
Memilih
pendekatan atau strategi pemecahan
c)
Menyelesaikan
model
d)
Menafsirkan
solusi
e.
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan efisiensi suatu pembelajaran guru perlu
melakukan penilaian.
f.
Guru
dapat menggunakan teknologi komputer, alat peraga atau media lainnya untuk
meningkatkan efisiensi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya, Antonius.
(2006). Pemahaman dan Penyajian Konsep
Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas.
Hardy.(2012). Karakteristik Pembelajaran Matematika. [Online].Tersedia:http://hardymath.blogspot.com/2012/03/karakteristik-pembelajaran-matematika.htm
[09 Februari 2014]
Nurdiansah,
Andi.(2010). Karakteristik Pembelajaran
Matematika di Sekolah.[Online]. Tersedia:http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/10/karakteristik-pembelajaran-matematika.html[09 Februari 2014]
Ruseffendi, E.
T. (1992). Pendidikan Matematika 3.
Jakarta: Depdikbud.
Suwangsih, Erna dan Turlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:
UPI Press.versi FULL Makalah ini dapat di DOWLOAD di bawah ini :
DOWNLOAD MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA FULL
0 komentar:
Post a Comment