Sunday, 1 December 2013

PROSES KEPUTUSAN INOVASI



PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
 Inovasi Pendidikan


Disusun Oleh : Kelompok 2
Dede Ahmad Sobandi             1105194          5
Fina Yustina                            1105606          18
Destri Astrianingsih                 1106171          37                   
Wulan Herismaniary R            1106151          35
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2012

Abstrak
Topik yang dikaji dalam tulisan ini adalah pengertian, model dan tipe dari proses keputusan inovasi. Dari kajian yang dipaparkan dengan metode studi pustaka didapatkan hasil bahwa ada lima model dalam proses keputusan inovasi : 1) tahap pengetahuan, 2) tahap bujukan, 3) tahap keputusan, 4) tahap implementasi, 5) tahap konfirmasi. Suatu inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang atau masyarakat  yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi diantaranya keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, keputusan inovasi otoritas dan keputusan inovasi kontingensi.

A.    Pendahuluan
Manusia dianugerahi akal, pikiran dan perasaan untuk mengaktualisasikan kehidupan di dunia. Mereka mengarahkan kehidupannya untuk lebih maju, sejahtera dan makmur. Teknologi, komunikasi dan telekomunikasi salah satu aspek-aspek yang mempebaruhi kehidupan masyarakat dan sampai diterapkan dalam kehidupannya untuk mengikuti perkembangan zaman. Melelui inovasi manusia menjadi berkarakteristik modern dimana proses perubahan sosial dan masyarakat tradisional ke masyarakat yang lebih maju. Tanda masyarakat yang lebih maju antaranya bidang ekonomi yang makmur, bidang politik yang stabil dan terpenuhinya pelayanan kebutuhan pendidikan, kesehatan masyarakat. Inovasi dapat diterima ketika individu tersebut mengetahui adanya inovasi kemudian yang dilanjutkan dengan pesetujuan dari individu. Individu akan menerima inovasi jika tergantung atau sesuai dengan nilai-nilai warga masyarakat .proses tersebut memerlukan jangka waktu yang tidak relatif singkat sehingga individu dapat menilai gagasan baru itu sebagai pertimbangan diterimanya atau penolakan inovasi dalam penerapannya. Untuk sampai menerima keputusan yang mantap perlu adanya kejelasan informasi yang akan mengurangi ketidakpastian dan berani mengambil keputusan. Maka dari itu kelompok kami akan membahas tentang proses keputusan inovasi.


A.    Pengertian Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Ciri pokok keputusan inovasi adalah dengan adanya ketidak tentuan tengtang suatu inovasi, proses pengambilan keputusan mau tidak mau menggunakan  sesuatu yang mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya. Untuk sampai pada keputusan yang tepat menerima atau menolak suatu inovasi perlu informasi, dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.

B.     Model Proses Keputusan Inovasi
Model proses keputusan inovasi secara konseptual digambarkan terdiri dari lima tahap:
1. Tahap pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) dihadapkan pada keberadaan inovasi dan menyadari  atau membuka diri untuk menegtahui inovasi (bagaimana fungsi inovasi tersebut).
2. Tahap persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) membentuk sikap yang menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
3. Tahap keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi.
4. Tahap implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) menggunakan inovasi.
5. Tahap konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada informasi yang bertentangan mengenai informasi semula.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.      Tahap Pengetahuan ( knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya seorang anak melihat ada buku baru tentang ilmu alam yang lengkap kemudian anak tersebut tertarik untuk membelinya, maka anak tersebut sudah mulai melakukan proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan, sedangkan anak yang lainnya walau mengetahui ada buku baru tersebut dia tidak memiliki keingintahuan untuk mempelajarinya, maka pada anak tersebut belum terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatan tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan seseorang yang merasa butuh, tetapi juga mungkin terjadi karena seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi.
2.      Tahap Bujukan ( Persuation)
Pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap yang mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu menjadi secara lebih psikologi terlibat dengan inovasi; dia secara aktif mencari informasi mengenai gagasan baru. Persepsi selektif penting untuk menentukan prilaku individu pada tahap persuasi, dimana persepsi umum inovasi pada tahap ini dikembangkan. Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi sebagai manfaat relatifnya, kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting pada tahap ini . Pada tahap persuasi, individu secara khusus termotivasi untuk mencari informasi inovasi-evaluasi, yang merupakan pengurangan dalam ketidakpastian mengenai konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dari inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi.
Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi.. Namun perlu dieketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan.
Misalnya  seorang anak tahu cara memakai motor tetapi ia tidak pernah menggunakan motornya karena beberapa hal : ia takut akan keramaian jalan, ia takut mengalami kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu perlu adanya bantuan pemecahan masalah.
3.      Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dalam proses keputusan-inovasi terjadi ketika individu (atau unit pembuatan keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. Adopsi/pengambilan adalah keputusan untuk menggunakan penuh inovasi sebagai rangkaian terbaik tindakan. Penolakan adalah keputusan untuk tidak mengambil inovasi. Penting untuk diingat bahwa proses keputusan-inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan penolakan seperti juga keputusan untuk mengambil. Kenyataannya, setiap tahap dalam proses adalah titik penolakan potensial. Dua jenis penolakan yang berbeda dapat dibedakan (Eveland, 1979):
1. Penolakan aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk percobaannya) kemudian memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2.  Penolakan pasif (juga disebut non-adopsi), yaitu benar-benar    tidak pernah mempertimbangkan penggunaan inovasi.        

Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara : pengetahaun, persuasi, dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi urutan : pengetahuan - keputusan inovasi - baru persuasi.
4.      Tahap Implementasi (Implementasi)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi akan terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi itu sendiri. Pada tahap ini berlangsung keaktifan, baik secara mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi mengikuti hasil keputusan inovasi, namun bisa juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan untuk menerima inovasi tanpa diikuti implementasi. Hal ini biasanya terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Tahap implementasi bisa berlangsung sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Pada umumnya suatu tanda bahwa taraf implementasi akan berakhir jika penerapan inovasi itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang bersifat rutin, dengan kata lain sudah bukan sesuatu yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invesi antara inovasi yang sangat kompleks dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menerima agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvesi.  
5.        Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonasi paling tidak berusaha menguranginya.
Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonasi dapat terjadi :
a.       Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi pada tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
b.      Apabila seseoarang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum menatapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonasi antara apa yang disenangi dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
c.       Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonasi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi. Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi disonasi dengan cara menerima inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonasi tersebut berkaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan, sangat erat hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.

C.    Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sisitem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi :
1.         Keputusan Inovasi Opsiona, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sisitem sosial yang lain.
2.         Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dibuatnya. Misalnya atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sambahdisungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yag masih berkeberatan.
3.         Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai  pengaruh atau peranan dalam membuat inovasi.para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
            Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggungjawab secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen atau inovasi yang sasarannya anggota masyarakat sebagai indivi Biasanya yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antar anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil (automobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi keputusan  inovasi pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap  peraturan ini, sehingga pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman diserahkan kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).

4. Keputusan inovasi kontingensi (contingent) yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan  inovasi yang mendahuluinya. Misalnya disebuah perguruan tinggi, seorang dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakaki komputer sebelum didahului oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif, otoritas.
                                Sistem sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.

D.    Kesimpulan
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu ( unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau manerima inovasi dan menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusn yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidak teuntuan ( uncertainty) tentang sesuatu inovasi.
Suatu inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sisitem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi diantaranya keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, keputusan inovasi otoritas dan keputusan inovasi kontingensi.




      Daftar Pustaka
Syaefudin, U. (2008). Inovasi Pendidikan.  Bandung : Alfabeta
Sulistyo, A. dan Mulyono, A. (2005). Kamus Lengakap Bahasa Indonesia. Surakarta : ITA
Martiana, N. dkk. (2012). Proses Keputusan Inovasi. [Online]
Hermuttaqi, B. (2011). Proses Keputusan Inovasi. [Online]
Tersedia:  http://blog.elearning.unesa.ac.id/bhakti-primafindiga-hermuttaqi/proses-keputusan-inovasi