PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Inovasi Pendidikan
Disusun
Oleh : Kelompok 2
Dede
Ahmad Sobandi 1105194 5
Fina
Yustina 1105606 18
Destri
Astrianingsih 1106171 37
Wulan
Herismaniary R 1106151 35
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2012
Abstrak
Topik yang
dikaji dalam tulisan ini adalah pengertian, model dan tipe dari proses
keputusan inovasi. Dari kajian yang dipaparkan dengan metode studi pustaka
didapatkan hasil bahwa ada lima model dalam proses keputusan inovasi : 1) tahap
pengetahuan, 2) tahap bujukan, 3) tahap keputusan, 4) tahap implementasi, 5)
tahap konfirmasi. Suatu inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang atau
masyarakat yang menentukan untuk
menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan
dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan
inovasi diantaranya keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif,
keputusan inovasi otoritas dan keputusan inovasi kontingensi.
A.
Pendahuluan
Manusia
dianugerahi akal, pikiran dan perasaan untuk mengaktualisasikan kehidupan di
dunia. Mereka mengarahkan kehidupannya untuk lebih maju, sejahtera dan makmur.
Teknologi, komunikasi dan telekomunikasi salah satu aspek-aspek yang
mempebaruhi kehidupan masyarakat dan sampai diterapkan dalam kehidupannya untuk
mengikuti perkembangan zaman. Melelui inovasi manusia menjadi berkarakteristik
modern dimana proses perubahan sosial dan masyarakat tradisional ke masyarakat
yang lebih maju. Tanda masyarakat yang lebih maju antaranya bidang ekonomi yang
makmur, bidang politik yang stabil dan terpenuhinya pelayanan kebutuhan
pendidikan, kesehatan masyarakat. Inovasi dapat diterima ketika individu
tersebut mengetahui adanya inovasi kemudian yang dilanjutkan dengan pesetujuan
dari individu. Individu akan menerima inovasi jika tergantung atau sesuai
dengan nilai-nilai warga masyarakat .proses tersebut memerlukan jangka waktu
yang tidak relatif singkat sehingga individu dapat menilai gagasan baru itu
sebagai pertimbangan diterimanya atau penolakan inovasi dalam penerapannya.
Untuk sampai menerima keputusan yang mantap perlu adanya kejelasan informasi
yang akan mengurangi ketidakpastian dan berani mengambil keputusan. Maka dari
itu kelompok kami akan membahas tentang proses keputusan inovasi.
A.
Pengertian
Proses Keputusan Inovasi
Proses keputusan inovasi ialah
proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain),
mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan
setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi,
implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah
diambilnya.
Ciri pokok keputusan inovasi adalah
dengan adanya ketidak tentuan tengtang suatu inovasi, proses pengambilan
keputusan mau tidak mau menggunakan
sesuatu yang mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi
juga mungkin berbahaya. Untuk sampai pada keputusan yang tepat menerima atau
menolak suatu inovasi perlu informasi, dengan kejelasan informasi akan
mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.
B.
Model
Proses Keputusan Inovasi
Model
proses keputusan inovasi secara konseptual digambarkan terdiri dari lima tahap:
1.
Tahap pengetahuan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan)
dihadapkan pada keberadaan inovasi dan menyadari atau membuka diri untuk menegtahui inovasi
(bagaimana fungsi inovasi tersebut).
2.
Tahap persuasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan lainnya)
membentuk sikap yang menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi.
3.
Tahap keputusan terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan)
terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun pada pilihan untuk mengambil
atau menolak inovasi.
4.
Tahap implementasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan
lainnya) menggunakan inovasi.
5.
Tahap konfirmasi terjadi ketika seseorang (atau unit pembuatan keputusan
lainnya) mencari pemantapan dari suatu keputusan inovasi yang telah dibuat,
tetapi dia dapat membalikan keputusan sebelumnya jika dihadapkan pada informasi
yang bertentangan mengenai informasi semula.
Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Tahap
Pengetahuan ( knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai
dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu
inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari
dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang
menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif
bukan secara pasif. Misalnya seorang anak melihat ada buku baru tentang ilmu
alam yang lengkap kemudian anak tersebut tertarik untuk membelinya, maka anak tersebut
sudah mulai melakukan proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan,
sedangkan anak yang lainnya walau mengetahui ada buku baru tersebut dia tidak
memiliki keingintahuan untuk mempelajarinya, maka pada anak tersebut belum
terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang
menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatan
tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga
kepercayaannya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan seseorang yang merasa
butuh, tetapi juga mungkin terjadi karena seseorang butuh sesuatu maka untuk
memenuhinya diadakan inovasi.
2. Tahap
Bujukan ( Persuation)
Pada
tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi, individu membentuk sikap yang
mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi. Pada tahap persuasi individu
menjadi secara lebih psikologi terlibat dengan inovasi; dia secara aktif
mencari informasi mengenai gagasan baru. Persepsi selektif penting untuk
menentukan prilaku individu pada tahap persuasi, dimana persepsi umum inovasi
pada tahap ini dikembangkan. Sifat-sifat yang ditanggapi dari suatu inovasi
sebagai manfaat relatifnya, kekompakannya, dan kekomplekannya terutama penting
pada tahap ini . Pada tahap persuasi, individu secara khusus termotivasi untuk
mencari informasi inovasi-evaluasi, yang merupakan pengurangan dalam
ketidakpastian mengenai konsekuensi-konsekuensi yang diharapkan dari inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau
tidak menyenangi inovasi.
Diharapkan
hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan kata
lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan
inovasi.. Namun perlu dieketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas
masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi.
Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan.
Misalnya seorang anak tahu cara memakai motor tetapi
ia tidak pernah menggunakan motornya karena beberapa hal : ia takut akan
keramaian jalan, ia takut mengalami kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu perlu
adanya bantuan pemecahan masalah.
3. Tahap
Keputusan (Decision)
Tahap
keputusan dalam proses keputusan-inovasi terjadi ketika individu (atau unit
pembuatan keputusan lainnya) terlibat dalam aktifitas-aktifitas yang menuntun
pada pilihan untuk mengambil atau menolak inovasi. Adopsi/pengambilan adalah
keputusan untuk menggunakan penuh inovasi sebagai rangkaian terbaik tindakan.
Penolakan adalah keputusan untuk tidak mengambil inovasi. Penting untuk diingat
bahwa proses keputusan-inovasi dapat secara logis menuntun pada keputusan
penolakan seperti juga keputusan untuk mengambil. Kenyataannya, setiap tahap
dalam proses adalah titik penolakan potensial. Dua jenis penolakan yang berbeda
dapat dibedakan (Eveland, 1979):
1.
Penolakan aktif, yaitu mempertimbangkan pengambilan inovasi (termasuk
percobaannya) kemudian memutuskan untuk tidak mengambilnya.
2. Penolakan pasif (juga disebut non-adopsi),
yaitu benar-benar tidak pernah
mempertimbangkan penggunaan inovasi.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi antara : pengetahaun, persuasi, dan keputusan
inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan.
Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi
urutan : pengetahuan - keputusan inovasi - baru persuasi.
4. Tahap
Implementasi (Implementasi)
Tahap
implementasi dari proses keputusan inovasi akan terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi itu sendiri. Pada tahap ini berlangsung keaktifan, baik
secara mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru
dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi mengikuti hasil keputusan
inovasi, namun bisa juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan untuk
menerima inovasi tanpa diikuti implementasi. Hal ini biasanya terjadi karena
fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
Tahap
implementasi bisa berlangsung sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu
sendiri. Pada umumnya suatu tanda bahwa taraf implementasi akan berakhir jika
penerapan inovasi itu sendiri sudah menjadi sesuatu yang bersifat rutin, dengan
kata lain sudah bukan sesuatu yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan
terjadinya re-invesi antara inovasi yang sangat kompleks dan sukar dimengerti,
penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menerima agen
pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila
inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggan akan
inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan
reinvesi.
5.
Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam
tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula.tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima
atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama
dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonasi paling
tidak berusaha menguranginya.
Dalam
hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonasi dapat terjadi :
a. Apabila
seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini
terjadi pada tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
b. Apabila
seseoarang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,
tetapi belum menatapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha
untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonasi antara apa yang disenangi
dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan
inovasi dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
c. Setelah
seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonasi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan
penerimaan dan penerapan inovasi. Ada kemungkinan lagi seseorang telah
menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha
mengurangi disonasi dengan cara menerima inovasi.
Ketiga
cara mengurangi disonasi tersebut berkaitan dengan perubahan tingkah laku
seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan, sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.
C.
Tipe
Keputusan Inovasi
Inovasi dapat ditolak atau diterima oleh seseorang
sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sisitem sosial,
yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau
berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan
adanya beberapa tipe keputusan inovasi :
1.
Keputusan Inovasi Opsiona, yaitu
pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan
oleh individu secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota
sisitem sosial yang lain.
2.
Keputusan inovasi
kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan
keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota
sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama
yang telah dibuatnya. Misalnya atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT
untuk tidak membuang sambahdisungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar
ketua RT dalam satu wilayah RW. Maka konsekuensinya semua warga RW tersebut
harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin secara
pribadi masih ada beberapa individu yag masih berkeberatan.
3.
Keputusan inovasi otoritas, ialah
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang
dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status,
wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam
suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat
inovasi.para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh unit pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan
memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai seragam
biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu
harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi
tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu
dengan penuh tanggungjawab secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan
dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian wewenang untuk
mengambil keputusan). Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam
organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi
pemerintahan dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan
dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen atau inovasi yang sasarannya
anggota masyarakat sebagai indivi Biasanya yang paling cepat diterimanya
inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga
tergantung pada bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam
pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional
lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan
dalam musyawarah antar anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat
lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Tipe keputusan yang
digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu
tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman bagi
pengendara mobil (automobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt di
mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai pemasangannya.
Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun berikutnya peraturan
pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus dilengkapi dengan tali
pengaman. Jadi keputusan inovasi
pemasangan tali pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi
terhadap peraturan ini, sehingga
pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali pengaman
diserahkan kepada tiap individu (tipe keputusan opsional).
4. Keputusan inovasi kontingensi
(contingent) yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat
dilakukan hanya setelah ada keputusan
inovasi yang mendahuluinya. Misalnya disebuah perguruan tinggi, seorang
dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakaki komputer
sebelum didahului oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas
dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah
digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani
suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan
opsional, kolektif, otoritas.
Sistem
sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif,
otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam
keputusan inovasi opsional.
D.
Kesimpulan
Proses keputusan inovasi ialah proses
yang dilalui (dialami) individu ( unit pengambil keputusan yang lain), mulai
dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap
inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi implementasi
inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika tetapi
merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu,
sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai
bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau manerima inovasi dan
menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan
tipe keputusn yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidak teuntuan (
uncertainty) tentang sesuatu inovasi.
Suatu inovasi dapat ditolak atau
diterima oleh seseorang sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan
anggota sisitem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan
keputusan bersama atau berdasarkan paksaan. Dengan dasar kenyataan tersebut
maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi diantaranya
keputusan inovasi opsional, keputusan inovasi kolektif, keputusan inovasi
otoritas dan keputusan inovasi kontingensi.
Daftar Pustaka
Syaefudin, U. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung
: Alfabeta
Sulistyo, A. dan Mulyono, A. (2005). Kamus
Lengakap Bahasa Indonesia. Surakarta : ITA
Martiana, N. dkk. (2012). Proses Keputusan Inovasi. [Online]
Hermuttaqi, B. (2011). Proses
Keputusan Inovasi. [Online]
Tersedia: http://blog.elearning.unesa.ac.id/bhakti-primafindiga-hermuttaqi/proses-keputusan-inovasi