MODEL PROSES
INOVASI PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Disusun
Oleh :
Nina Diyana
Ence Rosikin
Sri Hayati
Khujah Iis
|
Prodi
PGSD Kelas
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
2012
Abstrak
Masalah
yang dikaji dalam tulisan ini meliputi pengertian
proses inovasi pendidikan, model proses inovasi pendidikan dengan
tahap-tahapnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan.
Inovasi termasuk bagian dari perubahan sosial dan inovasi pendidikan merupakan
bagian dari inovasi. Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktifitas
yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar dan tahu adanya
inovasi dalam pendidikan sampai menerapkan inovasi dalam pendidikan tersebut.
Perkembangna suatu inovasi didorong oleh motivasi untuk melakukan inovasi
pendidikan itu sendiri. Proses inovasi yang dilakukan oleh orang atau
organisasi di bagi menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan dan tahap
implementasi. Pada tahap permulaan di bagi menjadi tiga langkah yaitu langkah
pengetahuan dan kesadaran, langkah
pembentukan sikap terhadap inovasi dan langkah pengambilan keputusan. Dan pada
tahap implementasi di bagi menjadi dua
langkah yaitu langkah awal (permulaan) implementasi dan langkah
kelanjutan pembinaan penerapan inovasi. Setiap hal apapun akan di pengaruhi
oleh beberapa faktor begitu pun proses inovasi pendidikan. Ada beberapa fakor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan
diantaranya yaitun faktor kegiatan belajar mengajar,
faktor internal dan eksternal dan sistem pendidikan.
Kata
kunci: model, proses, inovasi, pendidikan,
implementasi, sekolah, guru
A.
Pendahuluan
Inovasi
termasuk bagian dari perubahan sosial dan inovasi pendidikan merupakan bagian
dari inovasi. Perkembangna suatu inovasi didorong oleh motivasi untuk melakukan
inovasi pendidikan itu sendiri. Motivasi itu bersumber pada dua hal, yaitu,
kemauan sekolah atau lembaga untuk mengadakan respon terhadap tantangan
perubahan masyarakat dan adanya usaha untuk menggunakan sekolah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
Secara
umum, dalam proses inovasi terdapat dua model jika dilihat dari pelaku
inovasinya, model tersebut meliputi model proses inovasi yang berorientasi pada
individual dan model proses inovasi yang berorientasi pada organisasi. Penyelenggara
pendidikan formal adalah suatu organisasi maka pola yang lebih sesuai
diterapkan dalam bidang pendidikan adalah pola inovasi organisasi, tetapi
meskipun demikian, oranisasi pendidikan juga memiliki karakteristiknya
tersendiri jika dibandingkan dengan organisasi yang lainnya.
Maka,
untuk memperjelas wawasan tentang model inovasi pendidikan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi, ada beberapa faktor yang harus dipahami yang dapat
mempengaruhi proses inovasi pendidikan sesuai dengan karakteristik bidang
pendidikan. Selain itu, diperlukan pula perencanaan inovasi pendidikan agar
proses inovasi berlangsung efektif dengan panduan petunjuk untuk mengadakan
inovasi pendidikan di sekolah.
B.
Pengertian
Proses Inovasi Pendidikan
Proses
inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, disini ada unsur
keputusan yang mendasarinya. Pelaksanaan inovasi pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri.
Proses
inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu
atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan
(implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses
mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan
setiap saat tentu terjadi perubahan. berapa lama waktu yang dipergunakan selama
proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan
yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi.
Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang
berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir (Prof. Udin Syaefudin,
2011:45).
Proses
dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi
(dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation),
dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77).
C.
Beberapa
Model Proses Inovasi Pendidikan
Menurut
Sa’ud (2011:45)
berdasarkan hasil identifikasi para ahli terkait proses inovasi yang dilakukan
individu, maka dihasilkan beberapa tahapan proses inovasi seperti berikut:
1.
Beberapa model proses inovasi yang
berorientasi pada individual, yaitu:
a.
Lavidge dan Steiner (1961)
Ø Menyadari
Ø Mengetahui
Ø Menyukai
Ø Memilih
Ø Mempercayai
Ø Membeli
b.
Colley (1961)
Ø Belum
menyadari
Ø Menyadari
Ø Memahami
Ø Mempercayai
Ø Mengambil
tindakan
c.
Rogers (1962)
Ø Menyadari
Ø Menaruh
perhatian
Ø Menilai
Ø Mencoba
Ø Menerima
(adoption)
d. Robertson
(1971)
Ø Persepsi
tentang masalah
Ø Menyadari
Ø Memahami
Ø Menyikapi
Ø Mengesahkan
Ø Mencoba
Ø Menerima
Ø Disonansi
2. Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi
pada Organisasi,
antara
lain:
a. Milo (1971):
Ø
Konseptualisasi
Ø
Tentatif adopsi
Ø
Penerimaan Sumber
Ø
Implementasi
Ø
Institusionalisasi
b. Shepard (1967):
Ø
Penemuan ide
Ø
Adopsi
Ø
Implementasi
c. Hage & Aiken (1970):
Ø
Evaluasi
Ø
Inisiasi
Ø
Implementasi
Ø
Routinisasi
d. Wilson (1966):
Ø
Konsepsi perubahan
Ø
Pengusulan perubahan
Ø
Adopsi dan Implementasi
e.
Rogers (1983):
Tahap-Tahap
Proses Inovasi
|
Kegiatan pokok pada tiap tahap proses inovasi
|
I. Inisiasi
(permulaan)
1.
Agenda setting
2.Penyesuaian
(matching)
Keputusan
untuk
menerima
inovasi
II.
Implementasi
3.
Re-definisi/Re-strukturisasi
4.
Klarifikasi
5.
Rutinisasi
|
Kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi, dan
perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuatkeputusan
menerima inovasi.
Semua
permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan
diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi
Organisasi.
Diadakan
penyesuain antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian
direncanakan dan dibuat desain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah
yang dihadapi.
-------------------------------------------
Semua kejadian,
kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi.
1) Inovasi
dimodifikasi dan re-invensi
disesuaikan
situasi dan masalah organisasi
2) Struktur
organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat
menunjang inovasi.
Hubungan
antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan sejelas-jelasnya sehingga
inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan.
Inovasi kemungkinan telah
kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin
organisasi.
|
f. Zaltman, Duncan & Holbek (1973):
1)
Tahap Permulaan (Inisiasi)
Ø
Langkah pengetahuan dan kesadaran
Ø
Langkah pembentukan sikap terhadap
inovasi
2)
Tahap Implementasi
Ø
Langkah awal implementasi
Ø
Langkah kelanjutan pembinaan
Berikut
ini diberikan uraian secara singkat proses inovasi dalam organisasi menurut
Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973). Zaltman dan kawan-kawan membagi proses
inovasi dalam organisasi menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan (initiation
stage) dan tahap implementasi (implementation stage). Tiap tahap
dibagi lagi menjadi beberapa langkah (sub stage).
1.
Tahap Permulaan
(Intiation Stage)
a. Langkah
pengetahuan dan kesadaran
Inovasi dipandang suatu
ide, kegiatan, atau material yang diamati baru oleh unit adopsi (penerima
inovasi), maka tahu adanya inovasi menjadi masalah yang pokok. Sebelum inovasi
dapat diterima calon harus sudah menyadari bahwa ada inovasi, dan dengan
demikian ada kesempatan untuk meggunakan inovasi dalam organisasi.
Jika kita lihat dari
kaitannya dengan organisasi, maka adanya kesenjangan penampilan (performance
gaps) mendorong untuk mencari cara-cara baru atau inovasi. Tetapi juga dapat
terjadi sebaliknya karena sadar akan adanya inovasi, maka pimpinan organisasi
merasa bahwa dalam organisasinya ada sesuatu yang ketinggalan. Kemudian merubah
hasil yang telah diharapkan, maka terjadi sejenjangan penampilan.
b. Langkah
pembentukan sikap terhadp inovasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap
terhadap inovasi memegang peranan yang penting untuk menimbulkan motivasi untuk
ingin berubah atau mau menerima inovasi. Ada dua hal dari dimensi sikap yang
dapat ditunjukkan anggota organisasi terhadap adanya inovasi, yaitu:
1)
Sikap terbuka terhadap
inovasi, yang ditandai dngan adanaya:
Ø Kemauan
anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi.
Ø Mempertanyakn
inovasi (skeptic)
Ø Merasa
bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam menjalankan
fungsinya.
2) Memiliki
persepsi tentang potensi inovasi yang ditandai dengan adanya pengamatan yang
menunjukkan:
Ø Bahwa
ada kemampuan bagi organisasi ntuk menggunakan inovasi.
Ø Organisasi
telah pernah mengalami keberhasilan pada masa lalu dengan menggunakan inovasi.
Ø Adanya
komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan menggunakan inovasi serta siap untuk
menghadapi kemungkinan timbulnya masalah dalam penerapan inovasi.
Ketika suatu organisasi menghendaki
adanya inovasi, maka tidak menutup kemugkinan adanya perubahan dari sikap para
anggota organisasi terhadap proses inovasi tersebut. Terjadilah yang dinamakan disonansi inovasi.
Menurut Sa’ud (2011:51) Ada dua macam
disonansi yaitu penerimaan disonan dan penolakan disonan. Penerima disonan
terjadi jika anggota tidak menyukai inovasi, tetapi organisasi mengharapkan
menerima inovasi. Sedangkan penolakan disonan terjadi jika anggota menyenangi
inovasi tetapi organisasi menolak inovasi.
Menurut Rogers Shoemaker (1971),
lama-lama disonan dapat terkurangi dengan dua cara yaitu:
ü Anggota
organisasi merubah sikapnya menyesuaikan dengan kemauan organisasi.
ü Tidak
melanjutkan menerima inovasi, menyalahgunakan inovasi atau menerapkan inovasi
dengan penyimpanagan, disesuaikan dengan kemauan anggota organisasi.
Mohr (dikutip oleh Zaltman, 1973),
mengemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya di bidang kesehatan,
menunjukn bahwa kemauan untuk menerima inovasi kan mengarah pada penerapan
inovasi jika disertai adanya motivasi yang tinggi untuk mau berbuat serta
tersedia bahan atau sumber yang diperlukan. Jika persediaan sumber bahan yang
diperlukan (resources) tinggi, maka dampak terjadap motivasi untuk menerapkan
inovasi dapat 4 ½ kali dari pada jika persediaan sumber bahan rendah. Jadi
untuk melancarkan proses inovasi, perlu mempertimbangkan berbagai variable yang
dapat meningkatkan motivasi serta tersedianya sumber bahan pelaksanaan.
c. Langkah
pengambilan keputusan
Pada langkah langkah
pengambilan keputusan setiap informasi tentang potensi inovasi dievaluasi. Para
pengambil keputusan dalam organisasi dapat mengemukakan pendapatnya, meskipun
pada akhirnya pendapat tersebut dapat diterima atau pun tidak untuk diterapkan
dalam organisasi tersebut. Pada saat pengambilan keputusan peran komunikasi
sangat penting untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang inovasi.
Sehingga keputusan yang diambil tepat dan tidak terjadi salah pilih yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
2.
Tahap Penerapan (Implementasi)
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan dalam menggunakan atau menerapkan inovasi.
Dalam penerapan inovasi ada dua langkah yang dilakukan yaitu langkah awal permulaan
Implementasi dan langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi.
a. Langkah awal (permulaan) Implementasi
Pada
langkah awal implementasi organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi.
Misalnya
menurut Sa’ud (2011: 52) Dekan memutuskan bahwa semua dosen harus membuat
persiapan mengajar dengan model satuan Acara perkuliahan, maka pada awal penerapannya
setiap dosen diwajibkan membuat untuk satu mata kuliah dulu, sebelum nanti akan
berlaku untuk semua mata kuliah.
Contoh
lain dari langkah awal implementasi ini yaitu Dosen diminta untuk menggunakan
transparansi dalam setiap kuliah yang diberikannya. Namun pada awal
pelaksanaannya dosen tersebut baru menerapkan pada satu mata kuliah saja, yang
selanjutnya akan diterapkan untuk setiap mata kuliah yang diberikan.
b.
Langkah kelanjutan pembinaan
penerapan inovasi
Menurut
Sa’ud (2011:
52) Jika pada penerapan awal telah berhasil, para anggota telah mengetahui dan
memahami inovasi, serta memperoleh pengalaman dalam penerapannya maka tinggal
melanjutkan dan menjaga kelangsungannya.Menurut Tahap-tahap inovasi ini dapat
diterapkan di Sekolah Dasar (SD), misalnya pada kurikulum SD. Saat ini beberapa
sekolah telah menerapkan kurikulum terpadu (integrated curicculum).
Kurikulum ini pada setiap kegiatan belajar dapat mencakup beberapa mata
pelajaran yang dipadukan.
Pada awalnya inovasi ini dari seseorang dalam organisasi
pada Sekolah Dasar, dimana ia telah memiliki pengetahuan tentang adanya
kurikulum terpadu yang merupakan suatu inovasi. Dengan menyadari bahwa ada
inovasi maka akan ada kesempatan untuk menggunakan inovasi dalam sekolahnya.
Dalam hal ini pengguna melihat kondisi sekolah yang ternyata adanya kurikulum
yang padat dan waktu yang tersedia relatif singkat untuk dapat menyelesaikan
keseluruhan materi pelajaran, dibandingkan dengan kurikulum terpadu. Adanya
kesenjangan tersebut membentuk sikap ingin berubah dan menerima inovasi.
Kemudian mereka melakukan evaluasi sebelum mengambil keputusan, lalu mencoba
menerapkan pada beberapa mata pelajaran di beberapa kelas yang selanjutnya akan
diterapkan di seluruh kelas.
D.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Menurut Sa’ud (2011:54) motivasi yang
mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan bersumber pada:
a. Kemauan
sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan
kebutuhan masyarakat.
b. Adanya
usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan masalah
yang dihadapi masyarakat.
Hal yang sangat berpengaruh terhadap
kegiatan di sekolah yaitu:
a. Kegiatan
belajar mengajar.
b. Faktor
internal dan eksternal.
c. Sistem
pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).
1. Faktor
Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam
pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai
faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar
mengajar kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Berikut
beberapa alasannya menurut Sa’ud (2011:54):
a. Keberhasilan
seorang guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh
hubungan interpersonal antar guru dengan siswa.
b. Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi.
c. Sangat
minimal bantuan dari teman sejawat untuk memberikan saran atau kritik untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya.
d. Belum
ada kriteria yang baku tentang bagaimana mengelola belajar mengajar yang
efektif.
e. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda.
f. Berdasarkan
data perbedaan siswa akan lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar
mengajar dilakukan dengan cara yang fleksibel tetapi kenyataannya guru dituntut
untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama
sesuai dengan ketentuan yang
telah dirumuskan.
g. Tanpa
adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang
harus dilakukan serta tanpa bantuan dari lembaga tanpa adanya insentif yang
menunjang kegiatannya.
h. Guru
dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami
kesulitan untuk menentukan pilihan karena adanya berbagai macam tuntutan.
Dari
data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya kegiatan belajar mengajar, yang
memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat bahwa profesional guru
diragukan ada yang mengatakan bahwa jabatan guru itu “semi profesional”, karena
jika profesional yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk:
a. Menguasai
kemampuan profesional yang ditunjukan dalam penampilan,
b. Memasuki
anggota profesi dan penilaian terhadap profesinya, diawasi oleh kelompok
profesi,
Faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan system pendidikan dan
inovasi pendidikan diantaranya:
a. Para
ahli pendidik (profesi pendidikan) seperti guru, administrator pendidikan, dan
konselor.
b. Para
ahli di luar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
seperti para pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga
pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah.
c. Para
panatar guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar,
dosen, dan organisasi persatuan guru.
Faktor
di atas sulit dibedakan termasuk faktor internal atau eksternal. Namun yang
jelas termasuk faktor internal ialah siswa dan factor eksternalnya ialah orang
tua siswa. Ada yang mengatakan bahwa jabatan guru itu “semi profesional” karena
jika profesional yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk:
a.
Menguasai kemampuan
profesional yang dituunjukkan dalam penampilan.
b.
Memasuki anggota
profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya diawasi oleh penampilan
profesi.
c.
Ketentuan untuk berbuat
profesional ditentukan bersama antar sesama anggota profesi. (Zaltman, Florio,
Siloski, 1977).
2. Sistem
Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang dibuat oleh
pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen
Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam
kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul
permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya
dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan setempat.
Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan zaman.
Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan professional serta
keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugas bagi guru,
dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negative.
Siklus
otoritas yang negative bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973) yang
dikutip oleh Zaltman (1977) adalah guru memiliki keterbatasan kewenangan dan
kemampuan profesional, menyebabkan tidak mampu untuk mengambil kebijakan dalam
melaksanakan tugasnya utnuk menghadapi tantangan kemajuan zaman. Rasa
ketidakmampuan menimbulkan frustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya. Sikap apatis dan frustasi mengurangi rasa tanggung
jawab dan rasa ikut terlibat (komitmen) dalam melaksanakan tugas. Dampak dari
sikap apatis dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan dampak dari luar sebagai guru
yang tidak profesional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu
melaksanakan tugas maka mengurangi kepercayaan atasan terhadap guru yang
menyebabkan timbulnya kecurigaan atau ketidakjelasan kewenangan dan kemampuan
yang dimiliki oleh seorang guru, maka dibatasi pemberian wewenang dan
kesempatan mengembangkan kemampuannya.
E.
Kesimpulan
Proses inovasi
pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan inovasi
pendidikan.
Ada
beberapa
model proses inovasi pendidikan, Menurut
Sa’ud (2011:45)
berdasarkan hasil identifikasi para ahli terkait proses inovasi yang dilakukan
individu, maka dihasilkan beberapa tahapan proses inovasi seperti model proses inovasi yang
berorientasi pada individual dan model
proses inovasi yang berorientasi pada organisasi. Proses
inovasi dalam organisasi menjadi dua tahap yaitu tahap permulaan (initiation
stage) dan tahap implementasi (implementation stage). Tiap tahap dibagi lagi
menjadi beberapa langkah (sub stage).
Tahap Permulaan
(Intiation Stage) diantaranya langkah
pengetahuan dan kesadaran, langkah pembentukan
sikap terhadp inovasi, langkah
pengambilan keputusan. Tahap penerapan (implementasi) diantaranya langkah awal (permulaan) Implementasi dan langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan
diantaranya faktor kegiatan belajar mengajar dan sistem pendidikan
(pengelolaan dan pengawasan).
Semoga
dengan memahami model proses inovasi kita dapat memahami model proses inovasi
pendidikan serta dapat mengimplementasikannya ke dalam dunia pendidikan sesuai
dengan tuntutan zaman.
Daftar Pustaka
Adikasimbar.
(2010). Model Inovasi Pendidikan.
[online].
Dheo.
(2008). Inovasi Pendidikan.
[online].
Sa’ud,
Udin S. (2011). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sa’ud, Udin S dan Ayi Suherman. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung
: UPI Press
Suharsaputra,
Uhar. Inovasi Pendidikan.
[online].
Tersedia:http://uharsaputra.wordpress.com/pendidikan/inovasi-pendidikan
[20 September 2012]
Universitas
Terbuka. Model Proses Inovasi.
[online].
[20 September
2012]